Hana tidak berhenti mengeluarkan suara ringisan kesakitan. Akibat terlalu percaya diri bisa mengalahkan Junwoo dalam 'lomba' lari yang ia bikin, kakinya tersandung tali sepatunya sendiri dan berakhir jatuh terjerembab ke aspal. Alhasil bibir, dagu, siku, dan lututnya jadi korban.
"Kau lebih pendek dariku, Park Hana." Junwoo tertawa sendiri sambil membersihkan dan meniup lutut Hana yang lecet. "Langkahku pasti lebih besar dibandingkanmu. Kkeut, neo ibireul gwaenchana?(1)" Junwoo memperhatikan bibir Hana yang mulai membengkak.
Hana menarik bibir bawahnya, memperlihatkan sudut bibirnya yang terluka. "Apaaa (2)." Hana mulai merengek seperti anak kecil. "Kenapa tidak mengalah?"
"Ish, hadiahnya adalah 100.000 won, mana mau aku mengalah. Gaja, kita ke apotek sebelum bibirmu semakin tebal." Junwoo membantu Hana berdiri. "Mau digendong atau jalan sendiri?" Seringai licik muncul dari mulut Junwoo.
Hana menepis tangan Junwoo. Meski kakinya ngilu, dia tetap berjalan dengan tingkat kesombongan yang tinggi. Junwoo hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Hana yang sudah jelas cedera, tetapi masih saja memaksakan diri untuk berjalan sendiri. Walaupun sedikit terseok-seok, Hana berhasil sampai ke mobil milik Junwoo. Beruntung hari ini ia tidak nekat membawa mobilnya.
"Setelah kupikir, tidak perlu ke apotek. Dari sini ke rumah Seoga oppa dekat. Masih banyak obat-obatan di kamarku yang dulu." Hana mengajukan ide yang lebih efektif dan hemat. Mengingat Lana sudah tidak tinggal bersamanya lagi dan Shin Hae yang jarang pulang. Ada kebutuhan pokok yang harus ia stok di apartemen.
"Geurae, tunjukan rumah kakakmu di mana." Junwoo menyuruh Hana masuk ke dalam mobil dan memasangkan sabuk pengaman Hana. "Neo oppaga jibe eobseo? (3)"
Hana menepuk jidatnya, dia lupa kalau hubungannya dengan Junwoo belum sampai di telinga ketiga kakaknya dan Hana baru menyadari sampai saat ini dirinya dan Junwoo belum ada deklarasi mereka sedang menjalani sebuah hubungan serius, meskipun dirinya sudah sangat diterima oleh keluarga Junwoo. Hana mencoba mengingat, apakah Junwoo sudah mengajaknya berpacaran?
"Pikirkan nanti, kau mau ku akui sebagai teman apa pacar?" Hana melontarkan pertanyaan yang membuat Junwoo memalingkan wajahnya sesaat, dari jalan raya ke Hana. "Mwo? Seoga oppa cuma tau sahabatku Lana dan Shin Hae. Jadi pilihannya teman atau pacar?"
"Neo namchin (4)." Junwoo tidak bisa menahan senyumnya saat melihat wajah Hana yang berkeringat jadi bersemu merah karena malu. Hana sampai melepas ikatan rambutnya untuk menutupi wajahnya. Tidak peduli rambut yang biasanya tertata indah menjadi megar seperti singa. Hana hanya mampu memberikan tanda ok tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Memberi tau jalan ke rumah Seoga saja, Hana terus menerus menggerakkan jarinya tanpa suara. Ia menahan malu.
"Perlu aku peringatkan satu hal. Seoga oppa adalah induk macan yang siap menerkam siapa pun. Jadi, jaga sikapmu selama di rumahnya." Hana memperingatkan Junwoo sebelum membuka pintu mobil. Junwoo hanya mengangguk, dia yakin kakak Hana tidak akan semenakutkan itu. Semua ucapan tentang Seoga yang terkenal menyeramkan, mungkin itu hanya dilebih-lebihkan. Semua kakak akan bersikap protektif dan hal tersebut wajar dilakukan seorang Seoga.
Hana memasukkan kode keamanan pintu rumah Seoga, ia memutar knop pintu secara perlahan. Mengendap-endap ia berjalan masuk ke dalam rumah. "OPPA….OPPA." Tidak ada yang menyahut. Hana bernapas lega, kakaknya yang galak sedang tidak ada di rumah. "Deurogada (5) tuan besar tidak ada disarangnya." Hana menyuruh Junwoo masuk.
Junwoo mengamati rumah besar dan mewah milik Seoga, "Kakakmu tinggal sendiri? Tidak ada pembantu?"
"Punya, tapi dia tidak pernah membiarkan pembantunya berada di rumah saat dia pergi." Hana melepaskan sepatu olahraganya lalu menggantinya dengan sandal rumah. "Pacarnya sedang studi banding dan pelatihan di Eropa. Semua kakakku sudah punya pasangan. Kau tunggu di sofa ruang tamu ya, aku ambil dulu kotak P3K-nya." Hana bergegas menaiki tangga menuju kamar lamanya.
Tak berapa lama, Hana menghampiri Junwoo sambil membawa dua gelas berisi air putih yang sebelumnya sempat ia ambil dari dapur. "Kalau kau mau minuman aneh-aneh beli di minimarket depan. Seoga oppa hanya punya air, teh, dan kopi."
"Ini saja cukup. Kemarikan kotak P3K-mu." Junwoo menengadahkan tangannya, meminta kotak P3K yang dikempit Hana di ketiaknya.
"Na heunja suissoya. (6)" Hana duduk di samping Junwoo. Membongkar segala macam obat-obatan yang ia punya. Ia mengambil alkohol, kapas, dan obat luka. Suara kesakitan keluar saat ia membasuh lututnya dengan alkohol dan obat luka.
Hana meraih ponselnya, mengaca pada layar transparan ponsel. Ia mengaduh saat luka di dagunya terkena alkohol. Junwoo gemas melihat cara Hana yang sedang mengobati lukanya. Ia mengambil kapas baru, meneteskan obat luka itu ke kapas.
Junwoo meraih dagu Hana pelan, ia tepuk-tepuk kapas ke dagu Hana. Tanpa Junwoo sadari tindakannya membuat jantung Hana berdegup kencang, napas Junwoo bisa ia rasakan begitu dekat dengan wajahnya. Hana bisa melihat manik hitam Junwoo yang fokus mengobati dagunya.
"Wae?" Junwoo sadar Hana memperhatikannya terlalu intens. Hana menggeleng, tapi hati dan jantungnya tidak bisa berbohong. Jarak yang terlalu dekat dengan Junwoo membuatnya ingin mengecap bibir kemerahan laki-laki ini.
Junwoo menurunkan tangannya dari dagu Hana. Ia menangkup wajah Hana yang semakin bersemu merah. Dia menyapu bibir Hana yang menggunakan lipbalm rasa mix berries. Ini pertama kalinya ia merasakan bibir ranum Hana setelah beberapa kali berkencan.
Hana selama hidupnya selalu dikekang oleh ketiga kakaknya, semua laki-laki yang pernah dekat dan menjadi pacarnya harus melewati kawanan singa yang siap menerkam. Selama tiga tahun terakhir, ia hanya menyukai tanpa bisa membawa laki-laki ke apartemen. Ada dua sahabatnya yang seperti mata-mata suruhan ketiga kakaknya.
Hari ini tidak ada siapa pun yang biasanya melarang dan memantau Hana. Sapuan bibir Junwoo direspon balik oleh Hana yang langsung melumat bibir Junwoo. Hana seakan lupa kalau bibirnya masih terluka dan bengkak. Ringisan akibat bibir Junwoo yang menyentuh luka, membuat Hana membuka mulutnya. Hal itu dimanfaatkan Junwoo untuk bermain dan mengeksplor mulut Hana.
Junwoo semakin mendekatkan tubuhnya ke Hana, ciuman panas dan intens itu membuat Hana lupa diri kalau ia sedang berada di rumah Seoga. Hana bergerak mengangkat tubuhnya ke atas pangkuan Junho. Tangannya ia kalungkan ke leher Junwoo.
Celana pendek olahraga yang Hana pakai, memudahkan Junwoo untuk mengelus paha mulus Hana. Desahan lolos dari mulut Hana, ketika Junwoo menciumi lehernya. Ada perasaan berbeda yang tidak pernah ia rasakan, kenikmatan dunia yang belum pernah ia lakukan bersama mantan-mantannya dulu.
"Uri mannaneun geoya?(7)" Junho bertanya di sela-sela ciuman panas mereka.
Hana tersenyum, "Ne, na jom gyesok saranghaejwo. (8)" Hana mulai menuntut dengan perasaannya terhadap Junwoo. Ia menginginkan lebih pada laki-laki ini.
Beruntungnya, Junwoo yang sudah terlebih dulu bertekuk lutut dengan perasaannya. Cuma Hana yang saat ini berani mengobrak-abrik hidupnya. "Hangsang, Park Hana. (9)" Mereka kembali larut dalam intensitas panas. Tangan Junwoo bahkan mulai berani meraba ke arah dada Hana. Tidak sadar kalau satu singa pawang Hana sudah kembali ke sarangnya.
"PARK HANA!!!!" Teriakan Seoga yang menggema, membuat Hana dan Junwoo terperanjat. "Neo nuguya? (10)" Seoga langsung mencerca Junwoo.
Hana segera bangkit, "Oppa, kenalkan ini Lee Junwoo." Hana menarik Junwoo agar segera berdiri.
"Annyeonghaseyo Seo Joon-ssi." Junwoo membungkuk. Ok ini hanya bentakan keterkejutan dari Seoga, bukan cacian.
Seoga meletakkan tas olahraganya, berjalan menghampiri dua orang yang mendadak merusak mood pagi harinya.
"Apa yang kalian lakukan? Kalau aku tidak pulang, sofa mahalku akan kotor karena perbuataan nista kalian." Raut wajah Seoga seperti siap untuk menerkam Hana dan Junwoo bergantian. "Kenapa wajahmu, hah?" Seoga melihat luka di bibir dan dagu Hana.
"Itu…"
"Bengkak karena kalian terlalu nafsu berciuman?" Seoga langsung menuduh Hana.
"Ani, tadi…"
"Sejak kapan kau mulai berani melakukan hal seperti tadi? Mau membuatku malu?" Seoga tidak memberikan Hana kesempatan untuk berbicara. "Aish, begini kelakuanmu setelah keluar dari rumah?"
"Oppaaa, dengarkan dulu." Hana mulai sebal karena pembicaraannya selalu dipotong oleh Seoga.
Seo Joon mengangkat tangannya, menghentikan semua omong kosong yang akan dikatakan oleh adiknya. Ia malah mengambil ponsel dari saku celana olahraganya. Tatapannya tetap dingin, tidak suka melihat Hana dan Junwoo. "Ya Lee Dong Kook, cepat ke rumahku sekarang. Adikmu mulai bertingkah. Nyaris laki-laki di rumahku ini akan menghamili adikmu."
"OPPA!!!" Hana menjerit kesal, dia dan Junwoo belum berbuat sampai sejauh itu.
Seoga tidak peduli dengan teriakan Hana. "Tidak perlu mengajak Joong Gi, nanti adikmu besar kepala karena dibela olehnya." Seoga memutus sambungan telepon dan kembali melihat Hana. "Keruanganku, SEKARANG!" Seoga berjalan meninggalkan Hana dan Junwoo. "PALLI PARK HANA!" Sebelum melangkah lebih jauh, Seoga kembali meneriaki adiknya.
Hana menghentakkan kakinya penuh kekesalan, "Saekkiya! Tunggu di sini. Kalau aku tidak kembali, berarti aku sudah digantung olehnya."
Junwoo hanya melongo melihat adegan yang baru saja terjadi. Tidak menyangka kalau adik-kakak yang biasanya selalu terdengar rukun ketika ia sedang menghubungi Hana, ternyata bisa bertengkar hebat seperti ini. Benarkah Seoga adalah seorang induk macam? Dia lebih mirip hyena.
________________________________________________________________
1. Sudah, bibirmu tidak apa-apa?
2. Sakit.
3. Kakakmu tidak ada di rumah?
4. Pacarmu.
5. Masuklah
6. Aku bisa sendiri.
7. Apa sekarang kita berpacaran?
8. Iya, tetaplah mencintaiku seperti ini.
9. Selamanya, Park Hana.
10. Kau siapa?