Hana berulang kali meremas tangannya dan berulang kali menoleh ke arah Junwoo. Ia duduk gelisah di jok mobil. Dia tidak percaya hari ini datang juga. Setelah berdamai karena Junwoo mendadak hilang tidak ada kabar, disertai alasan yang tidak masuk akal karena ia tersasar di tahun 2022. Akhirnya Hana menekan egonya demi memaafkan Junwoo.
Tiga hari yang lalu, mendadak laki-laki yang sedang menggenggam tangannya sekarang mengajak Hana pergi menemui keluarganya. Menggunakan alasan diundang makan siang yang diminta langsung oleh ibunya, Hana tidak menolak.
Menurutnya ini adalah kesempatan baik untuk berkenalan dengan keluarga Junwoo. Kalau kata Lana dan Shin Hae, ini saatnya Hana harus 'menjual diri' di depan keluarga Junwoo.
"Buah yang kubelikan cukup?" tanya Hana akhirnya. Ia merasa buah-buahan hasil perburuannya tidak layak untuk disajikan kehadapan keluarga Junwoo.
"Cukup, sebetulnya tidak perlu membawa apa pun juga tidak apa-apa, Hana-ya. Keluargaku yang mengundangmu."
"Aish, aku masih punya tata krama Lee Junwoo. Pakaianku sudah pas? Make up tidak ketebalan?" Hana menarik sun vissor mobil ke bawah dan mematut dirinya sendiri. "Oh God my lips are too red." Buru-buru Hana mengambil selembar tisu dari dalam tasnya dan menghapus lipstick Dior dari bibirnya berganti dengan lip balm yang nyaris tidak mengeluarkan warna. "Eotteo?"
Junwoo menoleh, dia menggelengkan kepala tidak setuju. Hitungan detik ia meminggirkan mobilnya sejenak sebelum meraih tas milik Hana. Ia membongkar isi tas Hana mencari sesuatu.
"Kau mau apa?"
Junwoo mengeluarkan sesuatu dari dalam tas Hana dan menyerahkannya, "Pakai yang ini. Bibirmu terlihat pucat memakai yang tadi kau gunakan. Eomma-ku nanti mengira kau sedang sakit."
Hana mengambil lipcream berwarna soft pink dari tangan Junwoo, "Wow baru kali ini aku melihat seorang laki-laki tau tentang lipcream. Terbiasa main dengan nuna-mu?" Hana mengikik membayangkan masa kecil Junwoo yang bermain salon-salonan dengan kakaknya.
"Ya!! Aku tidak tau apa pun, hanya tau warna yang cocok denganmu," ujar Junwoo sembari menjitak kepala Hana. "Amutheun, eomma senang membicarakan semua hal. Kalau ada topik yang tidak kau sukai, tidak perlu ditanggapi." Junwoo menjalankan kembali mobilnya menuju rumah orang tuanya.
Hana menghela napas panjang setelah memakai lipcream, sesulit inikah berhubungan serius dengan seorang laki-laki? Kalau ibu Junwoo tidak suka padanya, entah apa ia bisa seperti Lana yang berjuang sebegitu kuatnya. Belum lagi ketiga kakaknya. Masalah satu selesai, muncul masalah berikutnya.
Tidak sampai 20 menit kemudian, mobil Junwoo berhenti tepat di depan gerbang rumah orang tuanya. Hana menelan ludah, melihat rumah besar di hadapannya. Bukan karena tidak percaya diri dengan harta kekayaan keluarga Junwoo. Rumah kakak-kakaknya pun tergolong mewah walaupun tidak seluas rumah di depannya ini. Hana hanya merasa takut tidak dapat memenuhi ekspektasi kedua orang tua Junwoo.
Junwoo yang melihat Hana diam mematung langsung menarik kekasihnya masuk ke dalam rumah. Ia sempat terlibat pembicaraan dengan asisten rumah tangga yang menunjukkan keberadaan kedua orang tua Junwoo beserta kakak dan iparnya.
Hana mengeratkan pegangannya pada tangan Junwoo. Sial, nyalinya tidak pernah seciut ini hanya untuk bertemu orang tua pacar. Dulu dia selalu percaya diri karena merasa ada bagian dari dirinya yang bisa ia tunjukan pada orang lain. Kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki perempuan lain. Dia boleh manja dan cengeng tapi tidak semua orang tau dia memiliki bakat lain selain menjadi perempuan yang pintar bersolek.
"Appa, Eomma," Junwoo memanggil kedua orang tuanya yang sedang duduk membelakangi mereka berdua.
Sebentar kenapa Hana merasa mengenali ayah Junwoo.
"Ah, Park Hana eoseo oseyo(1)."
"Tuan Lee? Anda?"
"Eo, tiga tahun lalu ketika aku mengatakan akan mengenalkan pada putraku, itu Lee Junwoo." Ayah Junwoo berjalan mendekati Hana, "Saya kira kau sudah menikah dengan lelaki lain, beruntung anak tengil ini akhirnya memberanikan diri untuk mengajakmu berkencan." Senyuman hangat disertai tepukan halus di pundak Hana. Membuat kepercayaan dirinya meningkat. Alam semesta rupanya sudah mendukung hubungan ini bahkan dari sebelum laki-laki yang sedang senyum-senyum tidak jelas di sampingnya, berani mengutarakan perasaan.
"Park Hana?" Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dengan rambut panjang selengan yang dibiarkan tergerai, menyunggingkan senyuman. Oh tidak, posisi Hana belum aman. Kalau kakak Junwoo sudah menerimanya, ayah Junwoo ternyata adalah klien favoritnya. Bagaimana dengan ibu Junwoo? Membuka tangan lebar untuk menyambut Hana atau malah menjambak rambut Hana lalu melemparnya keluar dari rumah?
"Annyeonghaseyo Nyonya Lee," Hana membungkukkan badannya ditambah extra senyuman lebar yang jarang ia keluarkan kalau sedang berhadapan dengan klien yang sedang diincarnya.
"Kalau tau perempuan yang sering dibicarakan suamiku ternyata semenarik ini, sudah sejak lama aku menjadikanmu menantuku." Nyonya Lee memegang kedua bahu Hana lalu menarik Hana masuk ke dalam pelukannya. "Junwoo tidak merepotkanmu, kan?" Hana menggeleng, dia tidak mampu berkata-kata. Ini di luar ekspektasinya.
Nyonya Lee menuntun Hana berjalan mendekati meja taman. Chan Young berdiri memperkenalkan suaminya. Woojin, balita itu tertawa kecil saat Hana mendekat dan menoel pipi tembamnya.
"Happy?" bisik Junwoo setelah Hana duduk di sampingnya.
Hana mengangguk, "I am. Tinggal bagaimana setelah ini kau bertemu dengan ketiga kakakku."
"Apa yang harus aku khawatirkan?"
"Ketiga kakaknya sangat… apa istilahnya, Hana?" Tuan Lee tidak tahan untuk ikut berkomentar setelah ia berhasil menguping pembicaraan putranya dengan Hana.
"Protektif? Pawang? Intinya mereka menyebalkan. Mereka bahkan menyuruh dua sahabatku berjaga seperti bodyguard. Memang aku anak kecil yang akan kehilangan arah?" Hana tidak peduli kalau mulutnya sudah menjelekkan tentang ketiga kakaknya. Ia hanya menjabarkan fakta dan secara tidak langsung menyuruh Junwoo untuk bersiap.
Nyonya Lee tertawa pelan, tidak menyangka perempuan yang datang penuh keanggunan tampak malu-malu. Sekarang mampu berbicara apa adanya tanpa dibuat-buat. Ia memperhatikan Hana berbicara pada suami, kedua anak, menantu, bahkan cucunya dengan setiap tutur kata menyenangkan. Cerdas, perempuan paruh baya itu menangkap kelebihan Hana. Mata sipitnya menangkap kebahagiaan putra bungsunya. Belum ada satu pun perempuan yang mampu membuat Junwoo terlihat hidup hanya dengan menatap mimik wajah seorang perempuan seperti saat ini.
"Jadi benar kau bukan keturunan asli Korea?" tanya Nyonya Lee setelah ditinggal duduk berdua bersisian dengan Hana.
Hana meraih serbet putih dari atas meja makan. Ia tersenyum, "Ne, appa-ku masih ada turunan Indonesia. Hidungku tidak mancung seperti kalian, cenderung bangir. Kulitku putih langsat, tidak seputih kalian. Mataku tidak sesipit ketiga kakakku dan eomma, karena ini mirip dengan appa." Hana meremas serbet di tangannya. Padahal ia sudah mempersiapkan diri kalau pertanyaan ini keluar dari mulut Nyonya Lee tetapi ternyata dia belum siap.
"Hana…"
"Mianhaeyo, mungkin aku tidak seperti bayangan Anda, tapi aku benar-benar mencintai putra Anda. Aku sudah bertemu dengan banyak laki-laki, tidak ada yang seperti Junwoo. Anda tau mengapa ketiga kakakku sangat protektif padaku?" Hana tidak berani menoleh ke samping, ia terus menatap lurus. Melihat Junwoo yang sedang berbicara dengan ayahnya. "Sebelum appa dan eomma mengembuskan napas terakhir mereka, dari sekian banyak pesan, satu pesan yang masih kuingat adalah meminta ketiga kakakku untuk menjagaku, jangan sampai ada yang menyakitiku. Ketiga kakakku menganggap semua laki-laki dekat padaku hanya karena latar belakang keluargaku. Mereka takut cinta akan membuatku terluka."
"Aku perempuan ambisius yang memiliki rencana jangka panjang, aku mementingkan karier dibandingkan cinta. Aku tidak suka diatur, aku punya mimpiku sendiri dan tidak ada satu pun manusia yang boleh menghalangi mimpiku. Anda tau apa yang putramu lakukan?" Kali ini Hana menoleh, melihat netra hitam Nyonya Lee. "Dari sekian banyak kencan yang kami lakukan, ia rela menunggu dan menemaniku bekerja. Tidak banyak bicara pada orang lain tetapi bisa mengoceh panjang lebar saat bersamaku. Ia laki-laki paling sabar menghadapi tingkah lakuku, untuk kali ini aku mampu mementingkan cinta dibandingkan karierku. Jadi kalau hanya karena aku bukan perempuan asli Korea dan Anda tidak menyetujuinya. Maaf, apa pun akan kulakukan agar tetap bersama putramu." ujar Hana menutup penjelasan panjang lebarnya.
"Apa pun?" Nyonya Lee kagum dengan rasa percaya diri Hana.
"Apa pun," tegas Hana.
Nyonya Lee mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Hana. "Biarkan putraku berjuang menghadapi ketiga kakakmu." Nyonya Lee menepuk punggung tangan Hana, "Menikah dengannya, Park Hana."
Tuan Lee menepuk lengan putranya, "Apa kau sering menatapnya seperti ini?"
Junwoo menggelengkan kepala, "Aku takut eomma tidak menyetujui hubunganku dengan Hana." Tuan Lee mengekeh mendengar pernyataan tidak mendasar putranya. "Appa, nan jinjja joa(2)…"
"Ara, masalahmu bukan eomma tapi ketiga kakaknya. Aku sudah mengenal keluarga Lee-Park bertahun-tahun. Kuberikan sedikit saran, dekati orang-orang terdekat Hana agar mereka mendukungmu."
"Museun mariya, Appa?(3)"
"Kelana dan Shin Hae, dua sahabat Hana adalah kunci agar ketiga kakak pacarmu memberi kartu hijau mereka. Kau butuh dukungan dari dua perempuan itu."
Junwoo menatap ayahnya penuh kecurigaan, "Bagaimana Appa bisa tau? Aku bahkan belum bercerita tentang sahabat Hana."
"Ya," Tuan Lee gemas sendiri melihat ketidakpekaan Junwoo. "Bukan hanya dirimu yang menginginkan Hana, kami juga ingin Hana menjadi bagian dari keluarga Lee. Dari semua ketiga kakaknya, sangat mudah mengambil hati Lee Joong Gi. Dia tidak pernah masalah adiknya berpacaran tapi dia tidak mau Hana merasakan patah hati, jadi jangan sampai membuat Hana menangis lalu mengadu padanya."
Junwoo menelan ludahnya kasar, "Lalu yang lainnya?"
"Lee Dong Kook mungkin terkesan tidak peduli pada Hana tapi dia tidak segan membuatmu menghilang dari muka bumi ini kalau berani macam-macam dengan adiknya." Tuan Lee menahan senyumnya.
"Hah?"
"Gwaenchana, Dong Kook akan menerimamu kalau Park Seoga sudah memberikan lampu hijau. Laki-laki itu sangat melindungi adiknya, dua saudara laki-lakinya kalah suara kalau Seoga yang bertindak. Benteng terakhir yang harus kau hadapi kalau kau memang ingin membawa hubungan ini melangkah lebih jauh. Kau harus berjuang untuk mengambil hati Park Seoga."
Junwoo berkacak pinggang dengan helaan napas berat. Melihat Hana sudah sangat akrab dengan ibunya, pertanda kalau rintangan terbesar dari hubungan mereka adalah ketiga kakak Hana. Entah apa yang harus ia lakukan untuk menaklukkan tiga manusia buas penjaga Hana.
____________________________________________________________________________________
1. Selamat datang Park Hana.
2. Aku benar-benar suka..
3. Maksud Ayah?