Chereads / One Time (Time Traveler) / Chapter 13 - Lana's Wedding

Chapter 13 - Lana's Wedding

Hana mengerlingkan mata sebal mendengar kakaknya menceramahi Taekwon dua jam sebelum pernikahan Lana dan Taekwon.

"Ya Ok Taekwon, dengar aku mengatakan apa? Jangan menyakiti Lana, beri dia makan yang baik kalau bisa berlebih, jangan memaksanya untuk memasak kalau dia kelelahan karena bekerja. Sewa pegawai untuk membersihkan apartemen, jangan menyuruhnya untuk membersihkan apartemen sendiri. Kalau kalian sudah punya anak, urus berdua kalian harus menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Lalu…"

"Ya Tuhan, kenapa lagaknya seperti orang tua Lana. Ya Oppa…" Hana menjentikkan jarinya berkali-kali ke Dong Kook. "Apa kau akan sepeduli ini padaku kalau aku menikah?"

Dong Kook memutar badannya yang semula berhadapan dengan Taekwon, "Dangyeonhaji, tapi masih ada Seoga dan Joong Gi yang lebih banyak menceramahi calon suamimu. Lana sendiri, Taekwon harus banyak kunasehati sebelum terlambat." Lalu ia kembali menceramahi calon pengantin pria sampai semua orang yang berada di ruangan menggelengkan kepala.

Hana menghempaskan tubuhnya ke sofa, ia tengadahkan kepala ke sandaran sofa "Fine, maybe Lana is your real sister not like me," desisan Hana pelan tapi mampu mendiamkan ocehan Dong Kook kepada Taekwon. Joong Gi dan Seoga berhenti berbicara, bahkan seorang Taekwon memilih menghindar pergi ke arah balkon.

Suasana mendadak hening, karena tidak mendengar suara-suara berisik di sekitarnya. Hana mengangkat kepalanya dan melihat ketiga kakaknya bergantian. "Wae? Kenapa diam?"

"Kau sedang ada masalah?" Dong Kook menghampiri Hana lalu duduk di samping adiknya.

Hana menggeleng, merasa tidak ada masalah yang harus dibicarakan pada ketiga kakaknya. Apa yang baru saja ia katakan memang hanya berupa sindiran untuk satu kakaknya ini. Semenjak kenal Lana, bukankah Dong Kook memang lebih memedulikan Lana dibandingkan dirinya? Dan, untuk Hana itu tidak menjadi masalah.

"Lalu maksud perkataanmu tadi apa?" Kali ini pertanyaan keluar dari mulut Seoga.

"Nah, nothing. Gwaenchana, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Hana bangkit dari duduknya dan merapikan dress satin berwarna beige yang menjadi seragam pengiring pengantin wanita. "Aku pergi dulu menemui Lana, mungkin dia membutuhkan sesuatu." Hana melangkah menjauhi tatapan ingin tau ketiga kakaknya.

Hana menghampiri kamar pengantin wanita. Lokasi pernikahan Lana dan Taekwon berlangsung di salah satu hotel di Seoul, Shilla Hotel. Banyak selebritis yang menikah di lokasi ini. Selain memang kemewahan yang luar biasa, hotel ini sangat menjaga privasi para tamunya.

Hana tersenyum melihat Lana terlihat sangat cantik dengan gaun putih berekor sampai lantai yang membentuk tubuh mungilnya terlihat sangat seksi. Gaun putih lengan panjang dengan model sabrina dibagian pundak karya Oscar de la Renta menjadi pilihan Taekwon tiga bulan yang lalu, saat Hana menyodorkan semua desainer baju pengantin yang ingin ia kenakan suatu saat nanti.

Hana tidak mau mengganggu momen Lana dengan kedua orang tuanya. Shin Hae mendekati Hana yang masih betah berdiri di dekat pintu.

"Lu ngapain bediri deket pintu?"

"Kagak mau nanya doang, ada yang perlu gue bantu gak?"

Shin Hae mencebik, "Heh, gue tau ya dari Taekwon dan Dong Kook. Ini pesta si Lana banyak campur tangan lu. Udah ada yang ngurus juga. Duduk manis aja napa."

Hana menggeleng, situasi ramah tamah kekeluargaan saat ini sedang ia hindari. Lagipula ia sudah ada janji dengan Junwoo untuk bertemu.

"Gue ada janji dulu bentar. Sampein aja salam ke keluarga Lana." Baru Hana ingin beranjak pergi. Lana mendadak berteriak karena high heels untuk pesta pernikahannya tertinggal di apartemen. Hana merespon cepat, ia yang akan mengambilkan sepatu Lana di apartemen. Meminta sahabatnya itu tidak perlu panik.

Hana secepat mungkin bergegas pergi menuju parkiran mobil. Waktu yang tersisa untuk ia pergi ke apartemen, bertemu dengan Junwoo, dan kembali ke sini adalah sekitar satu jam. Semoga hari ini jalanan bersahabat.

Hana menyetir ke apartemen secepat kilat, tidak peduli hari ini dia akan melanggar banyak peraturan lalu lintas. Sesampainya di apartemen dia langsung melesat masuk ke unit apartemen dan mengambil high heels Lana. Sungguh dalam keadaan buru-buru seperti ini, ingin sekali dia menjambak rambut Lana karena bisa-bisanya meninggalkan hal penting di hari pernikahannya sendiri.

Secepat mungkin Hana beranjak pergi dari apartemen menuju kafe. Untuk kali ini ia berdoa agar laki-laki itu tidak terlambat sedikit pun. Bisa habis dia dibantai kawanan singa kalau sampai terlambat datang ke acara pemberkataan. Tetapi mungkin Tuhan hari ini sedang menguji kesabarannya. Tangan dan kaki Hana sudah bergerak gelisah saat waktu semakin cepat berdetik. Sudah 45 menit tidak terlihat pula batang hidung Junwoo.

Hana tidak peduli setelah ini akan berakhir seperti apa hubungannya dengan Junwoo yang terpenting bisa kembali ke Shilla Hotel tepat waktu. Tersisa 30 menit sebelum acara dimulai. Hana menyetir seperti orang kerasukan, memaki semua pengendara yang menghalangi jalan. Jangan ditanya sudah berapa kali ponselnya berdering.

Sesampainya di hotel, Hana berlari menuju kamar Lana. Dan, tebak siapa yang berdiri di depan kamar calon istrinya dengan tatapan siap mencakar wajah Hana. Ok Taekwon mengomeli dan menyalahkan Hana karena tidak datang tepat waktu menyebabkan acara pemberkataan terlambat setengah jam.

Oh, tentu saja bukan Taekwon yang menceramahi Hana. Seorang Lee Dong Kook yang seharusnya membela sang adik, ikut menyerang Hana dengan rentetan kalimat menyebalkan. Kalau tidak ingat ini adalah hari bahagia sahabatnya, ingin sekali Hana menyumpal mulut kakaknya dengan kaos kaki.

Beruntung meskipun terlambat dari jadwal, acara pemberkataan berjalan lancar. Hana sampai mengerlingkan mata karena melihat kakaknya menangis secara berlebihan dibandingkan dirinya. "Apa Dong Kook oppa akan menangis seperti ini kalau aku yang menikah?" Bisik Hana pada Joong Gi.

Joong Gi tertawa, "Mungkin, tapi bukan permasalahan ia akan menangis atau tidak. Apa kau siap mendengar wedding toast yang akan dia ucapkan?"

"Oh noo, lebih baik aku menguncinya di toilet daripada dia berbicara panjang lebar dan mengomeli calon suamiku," ujar Hana meringis ngeri membayangkan seorang Dong Kook berbicara dihadapan para tamu. Bukan memberikan selamat tapi menyudutkannya.

"Weits tuan putri bengong aje lu dari tadi. Wae? Wae?" Shin Hae mengejutkan Hana yang sedang minum sendiri di balkon.

"Gak papa, lagi pengen sendiri aja. Lagian si Lana gila juga ya. Acara kawinan kemis tetep rame tamu yang dateng. Ini keluarga dia di Jawa di undang semua apa?"

"Wey, wey, tolongin dong ini jepit rambut gue turun terus. Heran udah mau abis sebotol hairspray tetep aja gak diem tuh kenapa, sih?" Datang-datang Lana terlihat heboh sendiri dengan rambutnya.

Hana mengekeh melihat sahabat yang biasanya selalu berdandan ala kadarnya sekarang benar-benar heboh dengan tatanan bridal hair-nya. "Sini gue benerin." Hana menyuruh Lana memutar badan agar memudahkan ia merapikan rambut cantik Lana malam ini. "Sepi deh malem ini di apateu. Lana sama lakiknya malem pertama di hotel, elu juga Shin ikutan malem pertama?"

Shin Hae mengikik, "Iya dong persis sebelah kamar Lana. Biar adu suara desahan. Pengen tau gue si Taek kuat berapa ronde."

"Anjir, yang ada gue sama Taek gosipin kelen bedua keknya." Lana mengikik. "Kalean ngapaen sih di sini?"

"Tuh tuan putri gelagatnya dari pagi kagak enak. Abis dihamilin lu, Han?" Hana yang biasanya akan menggampar mulut murahan Shin Hae, kali ini hanya tertawa sumbang.

"Siapa yang mau hamilin kalo gak ada lakiknya." Hana menurunkan tangan dari kepala Lana. "Balik gih lu bedua ke pasangan masing-masing, gue mau nyepi dulu di sini."

"Nyepi mah di Bali! Lagian kan aing udah bilang, undang aje lakik lu. Ga bakalan Dong Kook ngamuk."

"Elu mah enak ya ngomong. Orang ade kesayangan, dari pagi juga tuh si Taek udah diceramahin, nangis paling kejer liat lo kawin. Curiga sih gue kayaknya bukan ade dia, ya walaupun emang bukan ade kandung juga sih." Nada bicara Hana berubah. Shin Hae bermain mata dengan Lana.

"Ini lu gak bisa boong yee Han. Ada apaan sih?" Hana menggeleng atas pertanyaan Shin Hae.

"Paling dia galau urusan cinta. Kemane lakik lu? Ghosting?" Lana menatap Hana dan bertanya ringan.

"Justru gue yang ghostingin dia. Haaaa coba gue tanya sama lu, Lan. Gimana caranya itu keluarga Taek nerima lu?" Hana mengguncang bahu Lana.

"Hah... Hmmm gimana caranya?" Lana memutar bola matanya. "Gue deketin nuna-nya sih, sama ponakannya. Terus sekalinya diajak ke rumahnya, gue beresin serumah-rumah. Hahaha.." Lana tertawa mengenang memorinya bersama keluarga Taekwon.

Hana menghela napas panjang, merebut gelas sampanye milik Shin Hae. "Gue mau gimana pedekate sama nuna-nya, kalo sekali ketemu aja langsung dibikin ketar ketir perkara gue campuran. Denger gue orang Indonesia aja langsung bawa-bawa emaknya yang pengen Korea asli."

"Bahahahahah... biasanya lu tambeng, Han," sindir Lana diikuti tawa pelannya.

"Yang sekarang gak kayak dulu. Gue yakin banget sama yang ini. Say I'm stupid for love but he's comfort me. Cuma ya gitu belum apa-apa udah di bilang, emaknya mau sama Korea asli. Gimana caranya lu narik peratian emaknya Taek??" Hana mulai bernada frustasi.

"Ya kalo yakin justru harusnya makin tambeng dong." Shin Hae mencibir.

"Hahaha bangsyat si Shin Hae. Tapi bener." Lana mengiyakan. "Hmmm emaknya nggak merhatiin gue, dicuekin malah gue dari awal. Jadi ya gue bikin rusuh aja rumahnya. Gue ajak keluarganya main GO, ngekek-ngekek sama bapaknye. Lama-lama maknya kepoan pen ikutan maen." Hana diam sebentar memproses setiap perkataan Lana yang ternyata cukup mahir dalam menjalankan tugas sebagai calon menantu yang baik sebelum menikah.

"Duh gue bukan mau kawin cepet-cepet sih tapi arghhhh mati sendiri beneran nih gue gak ada laki yang nemenin. Lagian keknya dia udah gak mau sama gue." Hana mengacak rambutnya.

"Nape gak yakin lu?" Shin Hae mengeluarkan jurus ingin tau sampai tuntas.

"Dia aja tadi gak dateng ya. Gue kek orang bego nungguin 45 menit." Hana masih merasa kesal atas kejadian tadi siang. Bisa-bisanya Junwoo membalikkan keadaan, dia yang menghilang kali ini.

"Ah, ini dia pengantin wanita." Dong Kook berteriak setelah menemukan orang yang dicari. "Kelana, sedang apa di sini? Ayo berdansa denganku sebelum kau tidak bisa kuajak jalan-jalan lagi."

"Fix Lan, besok-besok kalo Taek gak ada. Ribut di ranjang deh lu sama kakaknya Hana." Shin Hae berbisik cukup keras.

"Oppa lihat, mereka terus-terusan meledekku." Lana merajuk, kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Shin Hae dan Hana.

"Terserah kalian! Orang yang akan berdansa denganku menggantikan appa adalah dua kakakku yang lain bukan dirimu, Oppa." cibir Hana yang membuat Dong Kook tertawa kecil.

"Lana sendiri, kau punya tiga kakak. Berbagilah dengannya." Dong Kook mengacak rambut Hana lalu mengulurkan tangan kehadapan Lana, "Gaja?"