"Ujang darling!!!!" Tidak pakai aba-aba Shin Hae yang baru datang bersama Hana dan Lana langsung menghampiri Wooshik yang sedang berbicara dengan rekan kerjanya.
"Jagiyaa, tumben sekali kau...." Wooshik melihat sepasang pengantin baru yang sedang bergandengan tangan. "Ckck pengantin baru yang dibicarakan satu Korea. Kenapa kalian tidak pergi berbulan madu?"
"Anjer darling lah!" Lana menyikut Hana sambil berbisik. "Dadar guling!" Lalu mereka mengikik.
"Belum, bukan tidak." Taekwon menjawab pertanyaan Wooshik. "Aku menyelesaikan pekerjaanku dulu, supaya bulan madu kami tidak terganggu."
"Woelah mentang-mentang bos lakik lu, kerjaan aja kerjaan." Hana menyindir tapi tidak sadar ia juga sibuk dengan ponselnya, karena tuan besar Seoga tetap mengiriminya pekerjaan. "Ujang, minuman yang bisa membuatku mabuk hari ini apa? Pekerjaanku menumpuk, Lana membawa suaminya, dan kau jelas sebentar lagi akan memajang Shin Hae sebagai tunanganmu."
Wooshik mempersilakan Hana untuk memilih minuman apa pun di atas meja bar. "Kasihan sekali tuan putri datang sendiri malam ini. Tenang, ada dua temanku yang sebentar lagi datang dan status mereka masih sama sepertimu. MA-NU-SI-A KE-SE-PI-AN."
"Brengki nih ya laki lu Shin, gue acak-acak nih acara." Hana mengajak Lana untuk menemaninya ke meja bar. "Oppa, aku pinjam istrimu. Biarkan dia menjadi teman mabukku malam ini."
"Ya, jangan terlalu mabuk!" Taekwon menarik tangan Lana hingga menabrak dadanya. "Jangan terlalu mabuk, Jagi." Taekwon berbisik dan mencium pipi Lana sebelum membiarkannya pergi dengan Hana.
"Dih norak, mentang-mentang baru jadi lakik bini." Cemoohan langsung keluar dari mulut Shin Hae
"Lu juga bentar lagi geragas." Hana semakin cepat menarik Lana ke meja bar. "Duh pusing banyak orang, mana dateng sendirian lagi." Hana mengambil apa pun minuman yang tersaji di atas meja bar.
"Lagian lu bukannya ngajak lakik lu, ah. Tau acara beginian juga." Lana berbalik mengomel pada Hana yang memisahkannya dari Taekwon.
"Lakik gue? Sape? Chat terakhir aja dua hari yang lalu nyah. Mana kakak gue gak berenti nih ngasih kerjaan, kagak inget apa besok Sabtu." Hana meminum minuman yang ia pegang cukup dalam satu kali tegak. Tidak lupa ia menyeka mulutnya dengan tangan, mengeluarkan suara kenikmatan, dan bersendawa. "Gini amat jadi jomblo di antara ibu rumah tangga."
"Sok gengsian sih. Telepon kek duluan. Agresif laaahh." Lana ikut menenggak minuman di depannya. "Haaaahh mabok, mabok deh gue."
"Bangke, dulu aja malu-malu tahik kuciang kau sama Taek. Sekarang beres kawen 'agresif lahh' ihh enak ya lu abis malam pertama? Sakit gak? Kan lu perawan ting ting sebelum ketemu Taek." Hana tertawa menyindir Lana yang hari ini akan ia suruh mabuk, kalau perlu sampai jackpot. Mumpung ada Taekwon yang akan menggotong Lana pulang.
"Apanya sakit? Enak tau!" Lana sengaja meledek balik. "Kasian nggak punya pacar, self service muluuuu."
Hana bertepuk tangan kencang, membuat beberapa orang disekitar mereka menoleh. "Gila, gila. Nembus langit ke berape lu? Biarin! Sekarang apateu punya dua kamar kosong, gue lebarin jadi ruangan spank, spank." Hana berjingkat-jingkat sendiri seperti menaiki bull ride machine. Tidak lupa tangannya yang bergerak seolah-olah memegang cambuk.
"Dasar mesum!" Lana menggelengkan kepalanya dan menenggak gelas berikutnya.
"Ya Tuhan, Jagiya bagaimana sahabatmu bisa punya pacar kalau kelakuannya seperti itu?" ujar Wooshik yang tidak sengaja melihat Hana. Ia sampai mengelus dada.
"Anehnya, ada saja yang menyukainya. Aku juga heran." Shin Hae menoleh sebentar, lalu menggeleng.
Wooshik tiba-tiba berseru kegirangan melihat dua orang temannya yang baru datang, "Iriwa Junwoo-ya, Haneul-ah." Wooshik menyuruh dua laki-laki yang baru sampai di bar ke arah tempat ia sedang berdiri bersama Shin Hae dan Taekwon. "Perkenalkan...."
"Taekwon-ah, pengantin baru. Waa aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Mian, aku tidak bisa datang di pesta pernikahanmu." Haneul langsung memeluk Taekwon.
"Kalian sudah saling kenal?" Wooshik melihat Taekwon dan Haneul bergantian.
"Dangyeonhaji, Taekwon adalah satu-satunya manusia yang menolongku ketika urusan perempuan menjadi sulit kudapatkan." Haneul melepas pelukannya dan tertawa. "Shin Hae-ya, bagaimana rasanya menjadi tunangan seorang musisi terkenal?" Haneul menyapa Shin Hae.
"Biasa saja, dia tetap tidak memberikanku berlian 500 karat." Wooshik menjewer telinga Shin Hae, "Yaaa, berani berbuat kasar padaku. Tidak dapat jatah malam ini." Shin Hae mengelus telinganya yang memerah.
"Istrimu di mana?" Haneul bertanya kepada Taekwon.
"Di sana, mabuk dengan sahabatnya." Taekwon tertawa. "Jadi jangan paksa aku minum malam ini. Istriku sudah pasti akan mabuk meski aku melarangnya."
Laki-laki yang berdiri di dekat Haneul ikut menoleh ke arah tunjuk Taekwon. "Hana? Dan istrimu itu adalah Lana?" Junwoo memutar badannya lagi melihat Taekwon.
"Eo, istriku Kelana. Kau kenal mereka?"
Junho terkejut mendengar perkataan Taekwon, "Jang Wooshik, jadi kau sudah kenal dengan Hana?" Junwoo bertanya penuh selidik, "Kenapa setiap aku bercerita Hana, kau seperti tidak mengenalnya?"
"Wae? Tentu saja aku mengenalnya, dia sahabat Shin Hae. Lagi pula yang bernama Hana tidak hanya satu di dunia." Wooshik membalikkan wajah penuh selidik pada Junwoo. "Kau bagaimana bisa kenal dengan Hana?"
"Aish, siapa yang tidak kenal Park Hana? Adik dari tiga kakak yang punya usaha besar di semenanjung Korea ini." Shin Hae menggeplak kepala Wooshik yang sok serius.
"Ani, perempuan yang selama satu bulan ini dekat denganku, Park Hana itu." Junwoo menunjuk Hana dengan dagunya.
"Mwo?!" Kompak empat orang yang berada di dekat Junwoo berseru bersamaan.
Di meja bar Hana dan Lana yang mulai merasakan aura akan mabuk sangat cepat malam ini, menertawakan hidup mereka yang berubah selama satu tahun terakhir. "Duh gak kebayang sih Taek punya bayi, apa lagi lu. Ceritain dong gimana rasanya jadi bini? Hebat gak lakik lu di ranjang?"
"Penasaran amat urusan ranjang." Lana menoyor kepala Hana. "Mantaaappp pokoknya!" Ia kemudian mengacungkan dua ibu jari dan tertawa. "Haaahh lakik gue mane sihh ah, jadi kangen kan."
"Ya maklum dong belum pernah terjamah sampe sono." Hana malah tertawa saat kepalanya menjadi sasaran empuk Lana. "Baru juga bentar udah kangen aja lu. Ati-ati ntar makin dikekang, belut liar Taek kemana-mana. Ya udah balik, gue bawain nih minuman yang mulia Kelana." Hana membawa dua gelas cocktail dan menyuruh Lana berjalan sendiri tanpa perlu ia pegangi.
"Gini amat Tuhan hidup saya, selalu..." Hana berhenti sejenak untuk menyeruput minuman yang berada di tangannya. "Selalu menderita tanpa ada yang menemani." Lagi-lagi Hana berhenti hanya untuk minum.
Lana yang gemas dengan cara berjalan Hana, jadi menarik lengan perempuan yang sudah mulai mabuk ke arah perkumpulan mereka.
"Lan pelan-pelan woy, tumpah nih minuman." Masih sempatnya Hana minum walaupun sudah ditarik-tarik oleh Lana. "Kalem minum dulu." Hana menahan gerakan Lana sampai matanya melihat sosok Junwoo yang sedang berdiri di antara teman-temannya. Hana langsung tersedak dengan minumannya sendiri, ia batuk berkali-kali.
"Mampus lu! Udah pernah gue bilang minum jangan sambil jalan, ngeyel sih!" Lana tetap menyeret Hana mendekati suaminya dan Shin Hae.
"Bukan...itu....lakik..." Terbata-bata Hana berbicara, tapi belum selesai ucapannya. Dia sudah berdiri berhadapan dengan Junwoo. "Junwoo-ya, yeogi mwo haeya? (1)" Hana mencoba terlihat baik-baik saja. "Siapa yang mengundangmu kesini? Ya, siapa yang kenal laki-laki ini?" Hana menunjuk Junwoo dengan gelas yang sedang dipegangnya.
Junwoo menggelengkan kepalanya, kemungkinan besar memang Hana sudah mabuk. "Aku diundang Wooshik, calon suami sahabatmu. Kau tidak suka?"
Hana menghentakkan kakinya kesal, "Dua hari tidak ada kabar sekarang mau mengajakku ribut?"
"Siapa yang pura-pura tidak mengenaliku, pura-pura tidak mengingatku? Aku yakin hari itu kau jalan-jalan dengan Lana." Junwoo menyedekap kedua tangannya ke dada.
"Dua hari lalu? Bagaimana Lana bisa menemaniku jalan-jalan kalau dia sedang bersiap untuk menikah? Aku terlambat datang menemuimu karena harus mengambil high heels Lana di apartemen dan ya, aku jadi benar-benar terlambat ke pernikahan Lana karena menunggumu selama 45 menit. Taekwon oppa sampai mendelik terus kepadaku selama acara. Tidak percaya? Tanya mereka." Hana berceloteh panjang lebar, menjelaskan hal yang terjadi dua hari lalu.
"Aish baru bertemu sudah ribut. Bagaimana kalian nanti kalau berumah tangga?" Taekwon menatap Hana dan Junwoo bergantian.
"Hidup berumah tangga dengannya?" Hana dan Junwoo saling menunjuk bersamaan "Apa kau gila?" Lagi, mereka berujar bersamaan dan melihat Taekwon dengan tatapan tidak percaya.
"Nah, nah, persis seperti yang kita lakukan dulu, Jagi." Taekwon merangkul Lana dan tertawa. "Jangan aneh kalau setahun atau dua dari sekarang, kau harus repot mengurusi pernikahan sahabatmu."
"Eo matta, Lana dan pawangnya ini sama persis dengan kalian. Bedanya Lana selalu pura-pura tidak mau diajak bergulat diranjang. Padahal…"
"Dinding apartemen Lana saksinya. Suara mereka sudah siap saling terjang tapi tidak pernah terjadi. Ku pikir mereka menikah cepat karena Lana sudah hamil duluan."
Shin Hae dan Wooshik kompak menghina Lana dan Taekwon.
"Eeeyyy lihat, yang selalu berhasil melakukannya dengan ribut sedang mencela kita, Jagi." Lana balas meledek Shin Hae dan Wooshik.
"Itu tidak akan pernah terjadi pada kami, manusia ini terlalu egois." Hana dan Junwoo saling melihat setelah mengucapkan kata-kata yang sama persis.
"Kau kenapa mengikutiku terus?" Hana mendelik kesal ke Junwoo.
"Ish, anak manja kau yang mengikutiku." Junwoo tidak segan menyentil pipi Hana.
"Jadi, sampai kapan kalian akan terus bertengkar?" Taeckwon mulai jengah dengan keributan dua manusia di hadapannya.
"Yeorobun, perkenalkan ini Lee Junwooo laki-laki egois, menyebalkan, suka menggantungkan harapan yang kebetulan sedang dekat denganku satu bulan terakhir. Dan, tolong aku sendiri tanpa laki-laki. Jadi, jangan menceritakan tentang semua urusan ranjang kalian. Aku mendengarnya." ucap Hana yang mulai melantur tapi menyindir dua sahabatnya dengan memincingkan mata ke arah Lana dan Shin Hae bergantian.
"Ga, bicara denganku." Hana menarik Junwooo menjauh dari yang lainnya.
Hana terus menarik Junwoo sampai keluar bar dan mencari tempat untuk berbicara dengan laki-laki menyebalkan ini.
"Kau bosan denganku?" Hana sedang malas bertele-tele ia langsung melancarkan serangan pertanyaan yang entah itu akan menyakitinya atau tidak.
Junwoo melepas cengkeraman tangan Hana yang masih menempel pada pergelangannya. "Sekarang bisa mengingatku? Bisa mengenaliku?" Junwoo berkacak pinggang mendengar pertanyaan Hana.
"Huh? Kau aneh, kalau memang sudah tidak nyaman denganku…"
"Kata siapa? Aku…" Junwoo memotong pembicaraan Hana tapi dia sendiri tidak tau harus memulai dari mana menjelaskan kejadian aneh dua hari yang lalu. "Aku merasa ada yang janggal, aku banyak berpikir dua hari ini tapi bingung menjelaskannya padamu." Tatapan Junwoo melembut ke Hana.
Mata almond itu selalu menarik bagi Junwoo, bahkan dalam keadaan mabuk, tatapan Hana tetap teduh.
"Jelaskan, jadi aku bisa mengerti." Hana bersandar pada kaca etalase toko yang sudah tutup.
Junwoo menautkan jemarinya ke jemari Hana, berharap semoga penjelasannya dapat dimengerti oleh perempuan yang sudah setengah mabuk ini. "Aku bukan menghilang, dua hari terakhir kemarin aku mencari seorang ilmuwan. Seseorang mengacaukan waktuku, dalam satu hari aku bisa berada di dua waktu yang berbeda." Seperti dugaan Junwoo, Hana hanya melongo mendengar penjelasannya.
Junwoo tersenyum, ditariknya tubuh Hana agar mudah ia peluk. "Kau masih mau masuk ke dalam atau pulang bersamaku?"
"Setengah jam di dalam lalu kita pulang ke apartemenmu." Hana mengeratkan pelukannya, "Atau kita langsung pulang sekarang, mataku…" Hana menguap lebar-lebar pertanda ia lebih butuh kasur dibandingkan ingar bingar pesta Wooshik.
___________________________________________________________________________________
1. Junwoo, sedang apa kau di sini?