Chereads / One Time (Time Traveler) / Chapter 12 - What Happen?

Chapter 12 - What Happen?

"Jadi kau orang Indonesia?" tanya Chan Young setelah mendengar asal usul Hana.

Hana mengangguk, tidak enak sebetulnya menceritakan kisah lama tentang keluarganya. "Suami pertama eomma-ku asli Korea tapi dia melakukan kekerasaan dalam rumah tangga. Eomma pergi dari rumah lalu bertemu dengan appa-ku, campuran Indonesia-Korea. Kakak kandungku yang ketiga sangat mirip dengan eomma."

"Ah, itu mengapa kedua kakakmu yang lain berbeda marga denganmu ya." Entah mengapa suara Chan Young terdengar meremehkan di telinga Hana.

Hana mengangguk, darah campuran memang akan sangat sulit diterima oleh sebagian besar keluarga di Korea. Apalagi Junwoo adalah anak lelaki satu-satunya yang harus menurunkan marga. Asal usul calon pasangan menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Meskipun berita tentang kesuksesan ketiga kakaknya menjadi berita di mana-mana, sialnya Hana terkadang harus menelan kekecewaan karena hanya dia satu-satunya yang terlihat berbeda dibandingkan saudara-saudaranya. Wajahnya terlalu mirip dengan ayahnya.

Ini menjadi menjadi salah satu faktor Hana memutuskan hubungan dengan laki-laki sebelum Junwoo. Selain karena tidak pernah ada restu dari ketiga kakaknya, keluarga mantannya memandang Hana aneh.

"Lalu kedua orang tuamu tinggal di mana?" tanya Chan Young lagi.

Hana tersenyum tipis, "Appa meninggal lima tahun yang lalu, disusul eomma tiga tahun kemudian." Kini Hana hanya mampu menunduk, memainkan jari-jarinya. Sekaya apa pun dirinya, tetap tidak bisa menghilangkan darah campuran itu.

"Ah, mianhae. Jadi sekarang kau tinggal dengan kakak-kakakmu?"

Hana menggeleng, ia mengangkat wajahnya berusaha tersenyum. "Di apartemen, bertiga dengan dua sahabat perempuanku."

"Hana, boleh aku jujur denganmu?" Hana mengangguk, dia paham Chan Young akan membawa pembicaraan berikutnya kemana. Ia sudah mengalaminya berulang kali. Bedanya kali ini dari kakak bukan ibu.

"Bukan hanya Junwoo yang suka bercerita tentangmu di depanku. Appa-ku entah mengapa selalu membicarakanmu, mengagumimu…" Sebentar, Hana merasa aneh. Ia tidak pernah bertemu dengan ayah Junwoo, bagaimana ayahnya bisa tau tentang dirinya? "Aku tidak jadi masalah Junwoo akan bersama siapa yang penting dia bahagia. Tapi eomma-ku selalu ingin Junwoo berakhir bersama perempuan Korea asli. Bagaimanapun…"

"Nuna, geuman," pungkas Junwoo cepat.

"Aku hanya mengatakan fakta, Lee Junwoo. Hana harus tau sebelum ia melanjutkan hubungan ini denganmu." Chan Young merasa lebih baik Hana tau tentang keluarganya daripada menimbulkan masalah dikemudian hari.

"Ara, aku dan Hana baru beberapa kali berkencan. Aku bahkan belum pernah bertemu dengan ketiga kakaknya. Hana juga belum pernah dengan eomma dan appa. Apa Nuna tidak terlalu jauh membicarakan masalah ini?" Junwoo menoleh ke kanan, memperhatikan wajah pasrah Hana. Mata yang biasanya selalu hidup baginya kini redup, tertutup dengan senyuman terpaksa.

"Boleh aku menemui keluargamu, Hana-ya?" Junwoo meletakkan satu tangannya di atas kedua tangan Hana, mencoba menenangkan. Ingin memberitahu kalau semua akan baik-baik saja.

"Kau serius dengan Hana?" Chan Young melihat perubahan besar pada mimik wajah adiknya dan Hana. Baru kali ini ia melihat Junwoo nampak menunjukkan keseriusan pada seorang perempuan.

Pembicaraan canggung ini terselamatkan oleh deringan panjang di ponsel Hana. Hana meminta izin untuk mengangkat telepon, ia bangkit dan menjauh.

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

Junwoo mengusap wajahnya resah, "Nuna…butuh tiga tahun untukku bisa sedekat ini dengan Hana. Kau tau ceritanya bagaimana, bisakah untuk kali ini Nuna membantuku? Aku serius dengan Hana."

"Arasseo, aku senang akhirnya kau menemukan perempuan pilihanmu. Aku akan membelamu, kalau eomma berkata yang tidak-tidak." Chan Young menepuk bahu Junwoo, pertanda dukungan dari dua orang di keluarga sudah berada di tangan Junwoo.

Namun, Hana berpikir lain. Sekembalinya ia ke meja makan untuk berpamitan karena dipanggil oleh Seoga untuk ke rumah. Itu adalah kali terakhir Junwoo bertemu dengan Hana. Sudah tiga hari Junwoo tidak mendapatkan kabar tentang Hana. Semua pesan dan telepon tidak pernah mendapatkan balasan. Junwoo tidak tau harus menghubungi Hana ke mana.

Ia pergi ke kafe tempat Hana biasa datang tapi hasilnya nihil. Ia datangi ke tempat yang biasanya mereka kunjungi, namun hasilnya sama. Hana hilang dari peredarannya.

"Kau tidak datang ke kantornya? Dia pasti bekerja, kan?" Haneul, sahabat lelaki Junwoo memberikan saran ketika tau akar permasalahan Junwoo.

"Apa tidak menjadi masalah?" Junwoo fokus memandang keluar jendela kafe. Apa sekarang Hana menyerah?

"Kau serius dengan perempuan bernama Hana ini? Memang kau tidak punya kontak sahabatnya? Keluarganya?" Wooshik sahabat lelaki lain Junwoo menanyakan hal yang tidak bisa dijawab Junwoo.

Haneul tertawa, "Ya Jang Wooshik, sahabatmu ini jangankan meminta nomor orang-orang terdekat Hana. Dia saja butuh tiga tahun untuk berani mengajak Hana berbicara."

"Jinjja? Aish, pengecut sekali tuan muda Lee ini. Sudahlah masih banyak perempuan cantik di luar sana. Datang ke pestaku Jumat ini," ujar Wooshik memberikan solusi tanpa arti.

Haneul nampak bersemangat, Junwoo hanya bisa mengangguk. Pikirannya dipenuhi oleh Hana sekarang.

"Lee Junwoo," panggil Haneul.

"Eo?" Junwoo tetap menatap ke arah luar jendela, berharap Hana lewat di depannya.

"Ya, ssaekiya!" tegur Haneul yang mulai gemas.

"Waee?" Junwoo menjawab malas-malasan.

"Igeo neo yeochin yollakhaeya, babo!(1)" Junwoo menurunkan kepala, melihat ke arah ponselnya yang ditaruh di atas meja. Nama Hana muncul pada panggilan telepon.

Secepat kilat Junwoo menyambar ponselnya dan pergi menjauhi Haneul dan Wooshik yang menertawakan dirinya.

"Yeoboseo." Sial, memang suara Hana yang saat ini Junwoo rindukan.

"Hana-ya, eodiya? Kenapa teleponku tidak pernah diangkat?" persetan basa-basi. Junwoo hanya ingin tau alasan Hana menghindarinya.

"Mian, aku butuh waktu untuk berpikir." Suara Hana terdengar menyedihkan sekarang. Bagus, mungkin penantian Junwoo selama tiga tahun akan berakhir saat ini juga.

"Nuna hanya ingin memastikan kau siap, Hana. Dia sekarang mendukung…"

"Bisa kita bertemu besok di kafe dekat kantorku? Aku hanya punya waktu sebentar sebelum ke pernikahan sahabatku," potong Hana cepat. Baginya berbicara langsung akan lebih baik dibandingkan melalui telepon.

"Ok, jam berapa?"

"Sebelum makan siang. Mian, aku sedang buru-buru nanti kukabari lagi." Sambungan telepon mati secara sepihak.

Junwoo mengembuskan napas, frustasi sendiri dengan keadaannya. "Aishhhhh!!!"

Keesokan harinya Junwoo datang terlambat dari waktu janjiannya dengan Hana. Akibat semalam tidak bisa tidur hingga pagi menjelang. Ditambah meeting pagi yang ternyata membutuhkan waktu lebih lama.

Junwoo berjalan cepat menuju kafe, tidak sengaja ia menabrak seorang perempuan dan membuat isi tas perempuan itu jatuh. Ketika ia ingin mengucapkan maaf, sambil berlutut matanya berbinar melihat sosok dihadapannya.

"Hana?"

"Huh? Nuguya? Ah, mianhaeyo aku tidak sengaja menabrakmu." Hana yang masih lengkap mengenakan pakaian kantor, padahal katanya kemarin ingin datang ke pesta pernikahan sahabatnya. Membuat Junwoo tertawa karena candaan Hana.

"Tipikal Hana, bukan?" Junwoo membantu Hana memunguti barang-barang yang tercecer di jalan. "Ini kantormu? Maaf aku terlambat datang. Kau mau pergi ke tempat Dong Kook atau Joong Gi hyeong? Tidak jadi ke pernikahan sahabatmu?"

Hana memasukan semua barangnya ke tas dan melihat Junwoo dengan tatapan heran, "Dashi, nuguya?" Hana berdiri dan bersiap untuk pergi.

Junwoo mulai bingung, apakah ini lelucon yang sengaja Hana buat? Junwoo menyerahkan sisa barang Hana, mengeryitkan dahinya bingung. "Aku Junwoo, kau tidak ingat denganku? Kita sudah dekat selama satu bulan terakhir ini."

Hana diam memperhatikan Junwoo. "Maaf, aku sedang buru-buru." Hana mengambil sisa barangnya dan bergegas pergi dari hadapan Junwoo.

Junwoo berkacak pinggang, "Waa benar-benar perempuan ini. Dia terbentur apa sampai melupakanku?"

Junwoo memperhatikan punggung Hana yang berjalan sangat cepat hingga hilang dari pandangannya.

Ingin sekali Junwoo bertepuk tangan kencang, Hana cocok sekali memenangkan piala Baeksang Awards atau mungkin Oscar sebagai aktris terbaik. Ingin mengakhiri hubungan saja sampai akting pura-pura lupa.

Junwoo berjalan kembali ke parkiran mobil. Pikirannya masih dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan. Mungkin selama satu bulan ini, dia memang tidak begitu mengenal Hana. Ponselnya tak lama berdering panjang, ada telepon masuk dari Chan Young.

"Junwoo-ya, kau tidak lupa hari ini makan siang bersama appa dan eomma, kan?"

"Ani, aku baru mau jalan ke restoran sekarang." Junwoo memencet tombol unlock pada kunci mobilnya.

"Ok, kabari kalau sudah sampai." Junwoo mematikan ponselnya dan menaruh di cupholder dekat persneling.

Sebelum jalan ia kembali memikirkan sikap Hana. Apa memang ia harus ikhlas melepaskan Hana?

——————————————————-

1. Ini pacarmu menelpon, bodoh.