Chereads / One Time (Time Traveler) / Chapter 10 - First Meeting Her

Chapter 10 - First Meeting Her

Setelah Taekwon dan Lana pulang, Na Mi masih tercengang mendengar ceritaku. Aku tertawa pelan. Reaksinya sama seperti Hana, saat dulu kami bertukar cerita. Betapa Tuhan sudah menggariskan kehidupanku dengan Hana sejak awal aku melihatnya di kafe.

"Jadi harabeoji sudah lebih dulu menjodohkan Appa dengan eomma? Dan Appa sudah pernah bertemu dengan eomma?"

"Hei, bagaimana kau bisa paham kosa kata perjodohan, Na Mi-ya?" Aku benar-benar harus mulai memperhatikan Na Mi setelah ini. Dia berbicara dengan siapa sampai mengerti arti kata 'perjodohan'.

Na Mi mengedikkan bahunya, "halmeoni pernah berbicara dengan harabeoji ingin menjodohkan Appa dengan anak temannya. Aku tidak suka." Na Mi mengerucutkan bibirnya. Aku tertawa, kenapa anak ini persis sekali dengan ibunya.

"Memang kalau Appa bertemu perempuan lain, kau tidak senang?"

Na Mi menggeleng cepat, "Appa akan melupakan eomma, Appa pasti sibuk dengan perempuan itu."

Aku mengulurkan tangan untuk mengelus kepala putriku. Tidak ada perempuan yang bisa menggantikan Hana, kalau suatu hari nanti aku bertemu dengan perempuan lain. Hana masih akan tetap di hatiku. Ada dan tidak adanya Hana, aku masih dibodohi cinta untuknya.

Aku mengajak Na Mi untuk pulang, sudah terlalu malam membiarkan anak kecil berada di restoran yang sebentar lagi akan berubah menjadi tempat orang-orang pecandu alkohol. Namun, Na Mi masih belum ingin pulang ke apartemen. Ia menunjuk sebuah taman bermain dan memintaku untuk melanjutkan cerita.

Aku mengangkat tubuhnya naik ke atas ayunan. Aku mendorongnya perlahan, gelak tawa renyahnya terdengar sangat menyenangkan di telingaku. Ada perandaian di hati kecilku, andai Hana masih di sini, andai Hana bisa bermain dengan Na Mi, andai aku masih bisa melihatnya tertawa bersama Na Mi.

"Appa,"

"Eo?"

"Apa setelah hari itu, Appa bertemu lagi dengan eomma?"

Aku bergerak duduk di atas ayunan sebelah Na Mi. Membawa sedikit tubuhku ke belakang lalu meluncur pelan membiarkan ayunan itu menggerakkan tubuhku. Ingatanku kembali ke tahun 2022, tiga minggu setelah menjemput ayahku di restoran, di mana untuk pertama kalinya aku setuju dengan perempuan pilihan ayah.

Aku mencoba peruntunganku untuk kelima kalinya, sudah empat kali aku pergi ke cafe yang sama dan memastikan kalau Hana masih sendiri. Sayangnya, di hari kelima aku menemukan Hana berjalan masuk dengan seorang laki-laki. Mereka terlihat sangat dekat, Hana tertawa lepas ketika laki-laki itu mengeluarkan sebuah lelucon yang menurutku bahkan tidak lucu sama sekali.

Aish, aku bahkan tidak mengenal Hana pada saat itu tetapi kenapa tidak menyukainya tertawa bersama laki-laki lain. Aku duduk di bangku dekat mereka. Berusaha terlihat sibuk dengan memainkan ponsel yang hanya berulang kali kunyalakan saat ponselku berubah ke mode otomatis mati. Mendengarkan setiap perkataan Hana dan laki-laki itu.

"Jadi kapan aku bisa bertemu Lana?"

Keningku berkerut, kenapa laki-laki ini malah bertanya tentang perempuan lain? Bukankah Hana adalah pacarnya?

"Ya Oppa,"

Oppa? Mereka bersaudara atau…

"Kami sudah pindah di seberang unit apartemenmu tapi kenapa masih saja bertanya kapan kau bisa bertemu Lana? Kalian sudah bertukar nomor telepon, jadi hubungi dia," ujar Hana saat itu sambil menyeruput caramel latte-nya. Iya aku sudah tahu apa pesanannya di cafe ini.

"Eyy tidak semudah itu anak manja, kau lupa di hari kedua setelah bertemu dengannya, dia melupakanku. Melupakanku! Di saat perempuan lain mengantre untuk duduk di pangkuanku, dia melupakanku." Laki-laki itu tidak bisa menutupi rasa kesalnya.

Hana tertawa, aku ikut mengekeh. Ini baru lelucon yang lucu.

"Geurom, sebentar lagi dia ulang tahun. Aku dan sahabatku akan mengadakan pesta kejutan untuknya. Datanglah dengan hadiah istimewa untuknya. Siapa tahu itu akan menjadi hadiah yang akan dia kenang seumur hidupnya."

Nasihat Hana terjawab sampai saat ini. Lana masih mengenakan kalung hadiah ulang tahun dari Taekwon delapan tahun yang lalu. Dan, laki-laki hari itu adalah Taekwon. Sewaktu obrolan kami sebelum tidur dan menceritakan tentang hari itu. Aku dan Hana tertawa sampai Hana mengeluarkan air mata.

"Jagiya, geumanhae. Aku tidak mungkin memiliki hubungan apa pun dengan Taekwon oppa. Sangat jelas dia menolakku, memanfaatkanku untuk mendekati Lana." Hana menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya.

"Bagus, jadi aku tidak perlu saling sikut dengan Taekwon hyeong untuk memperebutkanmu." Aku menarik Hana lebih rapat ke tubuhku. Posisi menyamping saling berhadapan sebelum tidur disertai obrolan kami hingga terlelap adalah kegiatan favoritku.

"Lalu kenapa tidak mendekatiku hari-hari berikutnya?" Hana memainkan rambutku dengan mata almondnya yang menatapku lembut. Pipi tembamnya semakin tembam karena tangan kanan yang ia letakkan di bawah pipi. Aku suka Hana lebih berisi, ya karena memang dia sedang hamil dan jangan tanyakan bagaimana lekuk badan Hana pada saat itu. Imanku tidak kuat saat melihat Hana dalam keadaan sudah siap tidur lengkap dengan short kimono yang menunjukkan belahan dadanya. Demi apa pun, aku baru tahu saat perempuan hamil, tidak hanya perutnya yang semakin membesar. Buah dada pun semakin bulat, besar, kenyal, dan…

"Appa, kenapa tersenyum sendiri?" Na Mi mengembalikanku pada kenyataan. Aku menoleh dan tertawa.

"Aniya hanya teringat eomma-mu."

Na Mi kemudian diam, kakinya memainkan pasir hitam di bawah ayunan. Aku mengerti perasaannya. Selalu terulang ketika orang di sekitarnya berbicara tentang Hana. Na Mi merasa ia tidak seberuntung yang lainnya karena pernah mengenal dan berbicara langsung dengan Hana. Wajar bagiku karena Hana pergi saat Na Mi lahir, karena kesalahanku Na Mi tidak bisa bertemu dengan ibunya.

"Kau tahu, Appa baru bertemu lagi dengan eomma tiga tahun kemudian setelah Appa berulang kali hanya berani memandangi eomma-mu dari jauh di kafe." Aku mengulurkan tangan kananku, bercerita lagi tentang Hana. Tangan kecilnya menyambut, ada senyuman merekah dari mulutnya. Ini adalah salah satu cara agar Na Mi bisa selalu ingat dan merasa dekat dengan Hana. Bercerita setiap hari tentang ibunya.

"Waeyo? Apakah eomma tidak suka dengan Appa?"

Aku menggeleng, "ani, karena pada saat itu eomma sedang dekat dengan laki-laki lain." Memang setelah kejadian Taekwon, Hana kembali datang ke fafe itu dengan dua perempuan, yang tak lain adalah Lana dan Shin Hae. Namun, berulang kali pula, Hana datang ke kafe itu bersama satu laki-laki.

Kalau bersama laki-laki itu jelas sekali memang Hana sedang berpacaran. Merangkul, memeluk, tangan Hana yang selalu membersihkan bekas makanan di bibir laki-laki itu menggunakan tisu sampai ciuman yang…ok aku hentikan sampai situ.

Hana ternyata cukup berani memamerkan kemesraan di depan publik. Dan, aku baru mengetahui setelah berpacaran, karena tidak mungkin ia lakukan di rumah apalagi apartemen. Tiga kakaknya dan dua sahabatnya akan bersiaga satu kalau Hana mulai membawa laki-laki.

"Lalu Appa bertemu dengan eomma di mana?"

Aku tertawa geli, "aplikasi pencari jodoh." Aku lihat Na Mi mengernyit bingung. "Intinya Appa dan eomma pertama kali berbicara melalui ponsel."

Saat itu aku tidak sengaja melihat profile Hana di salah satu aplikasi kencan. Cukup tercengang karena perempuan seperti Hana mencari jodoh melalui aplikasi seperti itu. Setelah berkenalan hanya melalui chat, kami memutuskan untuk bertemu. Hana yang pertama kali menegurku di sebuah restoran.

"Lee Junwoo?"

Aku mengangkat kepala dari tablet yang sedang aku mainkan.

"Park Hana." Hana mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku.

Untuk pertama kalinya aku melihat mata almond itu menyipit karena kedua sudut bibir membentuk lengkungan senyuman secara dekat.

"Waa aku tidak menyangka ternyata kau lebih baik daripada di foto." Hana menarik kursi yang berseberangan denganku.

"Lebih baik?"

"Biasanya aku selalu ditipu. Foto dan aslinya berbeda. Tapi kau sama persis bahkan lebih tampan saat bertemu langsung. Kau perawatan wajah?" Hana menepuk pipiku tanpa perasaan canggung.

Aku melongo, baru kali ini ada perempuan yang terlalu berani bertindak. Ini adalah pertemuan pertama kami, meski selama tiga tahun terakhir aku selalu memujanya dari jauh.

"Apa aneh kalau seorang laki-laki melakukan perawatan wajah?" Aku jelas menggoda karena tidak ada perawatan khusus untuk wajahku.

Hana menggeleng, justru wajahnya berbinar senang. "Kalau kau suka perawatan, aku senang. Nanti kalau kuajak ke spa atau salon untuk facial, kita bisa melakukannya bersama."

Aku mengekeh, "ya, aku tidak punya waktu untuk ritual seperti itu. Tapi aku temani sampai kau selesai perawatan."

"Perawatan itu bisa dua sampai tiga jam. Kau yakin akan menunggu selama itu?"

Ck andai waktu itu Hana tau, jangankan perawatan dua sampai tiga jam. Aku sudah menunggu momen berbicara sedekat ini dengannya selama tiga tahun.

"Aku bisa sambil bekerja. Tapi, setelah itu kau harus siap kuajak kemanapun aku mau." Menyenangkan bernegosiasi dengan Hana.

"Kol." Hana mengacungkan kedua ibu jarinya.

Menit-menit berikutnya kami lalui dengan berbagai macam topik pembicaraan. Melihat gestur Hana yang suka mendadak manja karena ia berpindah duduk di sebelahku dan tidak segan mengalungkan tangannya di lenganku lengkap dengan nada merajuk.

Mendengar ia melakukan percakapan dengan salah satu kakaknya melalui telepon dan mengeluarkan semua keluh kesahnya karena dipaksa bekerja, meskipun besok adalah hari Sabtu.

Hana menautkan jemarinya di sela-sela jemariku. Selesai dari restoran ia mengajakku berjalan kaki. Ia menunjuk ini dan itu, mengeluarkan pendapat menyenangkan dan mengesalkan sekaligus.

Hana mengambil selembar tisu dari dalam tas, menyeka noda saus tteokbokki tertinggal di sudut bibirku. "Aku suka laki-laki dewasa yang masih bertingkah seperti anak kecil." Ia lalu membuang tisu itu dan tersenyum.

"Oneul jeul gowo seyo (1), ayo lakukan lagi. Kau tidak bosan jalan-jalan denganku, kan?"

Aku tersenyum, mengelus rambut panjang kecoklatannya. "Haja, kita lakukan sampai bosan."

Mulai saat itu aku langsung berjanji tidak akan melepaskan perempuan manja, selalu mengeluh, berbicara apa adanya dari jangkauanku.

_______________________________________________

1. Hari ini sangat menyenangkan.