Silau mentari masuk ke sela-sela gorden hotel mewah. Bella mengerjapkan mata, menetralkan penglihatannya. Ia duduk dari tidurnya menatap sekeliling ruangan yang asing baginya.
Hingga akhirnya ia baru menyadari tubuhnya hanya terbungkus selimut tipis yang menutupi tubuh polosnya. "Ya ampun, aku kenapa?" Bella panik.
Ia melihat ke belakang tubuhnya nampak tubuh pria yang terbaring dengan badan yang tak mengenakan apa-apa, tubuh bawahnya tertutup selimut.
Bella tak mengenali pria yang seranjang dengannya bahkan ia pun tak ingat apa yang terjadi padanya saat pesta reunian semalam. Yang ia ingat hanya teman-temannya memberikan Bella segelas orange jus lalu ia merasakan pusing itu saja yang Bella ingat.
"Ya Tuhan. Apa yang tejadi padaku,'' lirih Bella menggenggam erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia lantas menarik selimut tipis tersebut untuk menutupi tubuh polosnya.
Bella mencari baju yang semalam ia pakai, namun ternyata pakaiannya telah robek tak berbentuk. "Bagaimana aku bisa pulang, pakaian ku robek begini," Bella meraih dress yang sudah terkoyak habis.
"Bagaimana ini." Bella meratapi nasibnya berjongkok memegang dress yang telah sobek.
Pria yang tadi terbaring mulai terusik. Tubuhnya terasa dingin oleh paparan pendingin ruangan. Ia terbangun menatap tubuhnya yang polos. Selimut yang semalam ia pakai sudah tak ada.
Mata elangnya menatap wanita yang sedang berjongkok di lantai yang hanya terbalut selimut. "Sedang apa kau," Suara khas bangun tidur membuat Bella diam membeku.
"Hai, apa kau tuli hah," bentak pria tersebut.
Bella perlahan bangkit lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah pria tersebut. "M-maaf," lirih Bella tertunduk takut.
Pria yang bernama Brian Regan itu memicingkan matanya menatap wanita yang semalam telah berbagi kehangatan dengannya. "Kau sedang apa?" tanya Brian.
"Aku sedang mengambil dress ku tapi pakaian ku telah robek," jawab Bella takut. Bahkan kepalanya masih tertunduk tidak berani menatap Brian.
"Ck, hanya pakaian. Nanti aku akan menggantinya.'' Brian bangkit dari tempat tidurnya, meraih celana boxer yang tercecer di lantai.
Ia lalu berdiri berkacak pinggang dihadapan Bella yang masih tertunduk. "Angkat wajahmu,'' titah Brian.
Perlahan Bella mengangkat wajahnya, menatap wajah pria dihadapannya. Brian tersenyum miring. "Berapa bayaran mu?"
"Apa?" Bella mengernyit bingung.
"Berapa harga semalam tidur denganmu?'' kembali Brian bertanya sorot mata Brian menatap tajam manik hitam Bella.
"Maksud mu apa tuan!" Bella tak mengerti.
"Kau jangan pura-pura lugu. Bukankah kau wanita jalang yang menginginkan uangku."
"Apa!!! Kau pikir aku wanita murahan,"bentak bella tak terima.
"Lalu apa? Seorang wanita yang meminta belaian dari seorang lelaki, bukankah itu wanita jalang,'' sarkas Brian menatap cemooh Bella.
"Aku bukan wanita murahan tuan," tekan Bella. "Aku yakin aku dijebak oleh teman-teman ku," lanjutnya.
"Ck, jangan berpura-pura mencari alasan klasik. Aku tahu wanita seperti mu menginginkan bayaran yang mahal kan?" tebak Brian tak mau kalah.
"Aku bilang 'AKU BUKAN WANITA MURAHAN," teriak Bella emosi.
"Ya ya terserah kau saja." Brian berlalu pergi, kemudian meraih ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur.
Ia bicara dengan seseorang di balik ponselnya. Lalu menatap kembali Bella yang diam menahan kekesalan. " Sebaiknya kau mandi. Aku sudah memesankan pakaian untuk mu."
Bella masih diam membeku, hatinya sangat marah diperlakukan seperti wanita murahan. Ia yakin ada yang menjebaknya hingga ia berakhir seperti ini. Harusnya ia tak ikut reunian sekolah, harusnya ia diam dirumah saja menonton televisi dengan tenang.
Tapi karena Bella ingin membuktikan bahwa dirinya pun bisa cantik. Akhirnya ia berangkat menghadiri acara reunian. Sekarang yang ada penyesalan yang ada dihati Bella. Tubuh yang selama ia jaga harus direnggut oleh pria asing. Bahkan pria tersebut menatapnya bagai wanita jalang yang membutuhkan belaian. Itu sangat menjijikkan bagi Bella.
"Kenapa kau diam?" Brian kembali berdiri dihadapan Bella.
"Aku akan segera pergi saat pakaian yang kau pesan tiba."
"Terserah kau saja." Brian menatap lamat-lamat wajah cantik Bella. Permainan panas semalam masih membekas di ingatannya. Dan ia pun ingat bahwa wanita dihadapannya ini masih perawan.
"Kau masih perawan, kenapa kau menjual keperawanan mu?''
"Sudah ku bilang aku bukan wanita murahan yang rela menjual keperawanannya," sentak Bella tak terima.
"Lalu apa?"
"Sudah ku bilang padamu, aku dijebak. Dan asal kau tahu. Aku menjaga diriku dengan baik untuk kuberikan kepada calon suamiku nanti tapi kau malah merenggut semuanya. Kau menghancurkan masa depan ku." Teriak Bella meluapkan kekesalannya.
Brian tersenyum mengejek. "Jangan berlebihan. Wanita jaman sekarang selalu melakukan seks terlebih dahulu sebelum menikah. Dan kau salah satunya."
"Dasar brengsek," Bella mengangkat tangannya akan menampar pria dihadapannya, namun dengan cepat tangan Brian menahan. "Kau mau menampar ku dengan tangan kotor mu itu hah,'' Brian mendelik tajam.
"Kau memang pantas mendapatkannya, seenaknya menghina wanita, apa kau pikir kau dilahirkan dimana hah? Kalau bukan dari rahim seorang wanita," teriak Bella emosi.
Brian menarik selimut yang membungkus tubuh polos Bella. "Ahhh ,apa yang kau lakukan," pekik Bella ,kini tubuh polosnya terekspos sempurna didepan Brian. Bella menutup asetnya dengan kedua tangannya.
"Kau itu hanya wanita jalang, jangan so' mengajariku seperti wanita suci," Brian mencengkram kuat dagu Bella. Menatap tajam kearah mata Bella.
"Lepaskan aku," berontak Bella mencoba melepaskan cengkraman tangan yang menjepit dagunya.
Brian menarik tubuh Bella menuju kasur, ia membanting tubuh ramping Bella. "Beraninya kau melawan dari ku. Apa kau tak tahu siapa aku hah," bentak Brian penuh emosi.
Brian mengukung tubuh Bella dibawahnya. "Apa yang kau mau lakukan padaku?" Bella melotot tajam.
"Tentunya memberi pelajaran terhadap orang yang berani menantang ku," tekan Brian.
"Lepaskan," Bella terus memberontak saat Brian mencoba mencium lehernya. "Lepaskan aku brengsek," teriak Bella.
"Akan aku tunjukkan bagaimana brengsek nya pria seperti ku," Brian menyeringai.
Brian mencoba mencium bibir Bella, namun suara ketukan pintu terus menggema dibalik pintu kamar hotelnya. "Ah shit." Brian bangkit dari tempat tidur, ia menuju pintu dimana seseorang terus mengetuk pintunya.
"Tuan," sapa Arya asisten pribadinya.
Brian menatap tajam Arya. "Ada apa?"
"Ini pesanan tuan," Arya memberikan sebuah paper bag.
Brian meraihnya dengan kasar lalu menutup pintu dengan kencang. "Astaga kapan dia berubahnya," Arya hanya bisa mengelus dadanya.
Bella meraih selimut yang tadi Brian lempar, membalut kembali tubuh polosnya.
"Itu pakaian mu," Brian melempar paper bag ke arah ranjang.
Dengan cepat Bella meraih paper bag tersebut lalu pergi ke kamar mandi.
"Seperti gadis polos saja. Biasanya wanita jalang yang pernah aku tiduri pasti memakai baju dihadapan ku, seolah mereka menginginkan ku lagi. Tapi apa benar dia dijebak." Brian bersedekap menatap pintu kamar mandi yang tertutup.