Chereads / TERJEBAK PRIA AROGAN / Chapter 7 - Bab 7- Pelunasan hutang

Chapter 7 - Bab 7- Pelunasan hutang

Pukul dua belas malam Bella baru tiba didepan rumahnya. Bella diantar pulang oleh Brian, awalnya Bella menolak tapi karena ini sudah terlalu larut malam akhirnya ia menerima tawaran Brian.

Dengan membawa tas milik Brian yang berisi uang seratus juta, Bella membuka pintu rumahnya pelan. Tak ingin membangunkan ibu dan adiknya. Bella perlahan melangkahkan kakinya menuju kamarnya, lalu menutup kembali pintu kamarnya.

Ia duduk ditepi ranjang meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal. Hari ini begitu sangat melelahkan, ia benar-benar dikejar-kejar oleh hutang. Kesana kemari mencari pinjaman. Dan akhirnya harus meminjam uang kepada Brian, pria yang menurutnya sangat brengsek.

Kenapa brengsek ? Karena ia seenaknya saja mencari kesempatan untuk merenggut keperawanannya. Dasar pria brengsek, umpat Bella dalam hati. Dan sialnya malam ini ia harus terikat perjanjian dengannya, benar-benar kemalangan untuk Bella. Tapi mau bagaimana lagi! Ia harus menolong ibunya.

Esoknya Bella sudah bangun bersiap untuk pergi ke cafe, tapi sebelumnya ia akan membayar hutang-hutang ibunya terlebih dahulu. Ia sudah meminta ijin pada bos-nya Roger untuk masuk siang hari karena akan mengurusi urusan hutang piutangnya.

"Kakak pulang jam berapa?" tanya Dion disela-sela sarapannya.

Ana yang mendengar Bella keluar malam menatap penasaran. "Kamu keluar Bell?"

"Iya Bu. Aku cari pinjaman uang."

"Ya ampun Bell, kamu nyari pinjaman kemana malam-malam? Maafkan ibu ya Bell ini gara-gara ibu," lirih Ana sedih.

"Ibu jangan sedih aku sudah mendapatkan uangnya."

"Kamu dapat uang dari mana Bell?" tanya Bu Ana menatap penasaran.

"Aku pinjam sama temannya bos aku Bu," terang Bella.

"Siapa Bell?"

"Namanya Brian Bu, dia temannya pak Roger."

"Ternyata teman pak Roger baik ya, mau meminjamkan uang kepada kita," tukas Ana.

Bella menelan nasi gorengnya dengan kasar. Baik dari mana? Dia hanya pria berkuasa yang memanfaatkan rakyat jelata untuk kesenangannya, batin Bella sebal.

"Tapi Bu, aku harus bekerja dikantornya untuk membayar uang yang aku pinjam padanya Bu."

"Berarti kamu pindah kerjaan dong Bell?"

"Iya Bu, terpaksa," jawab Bella lemas.

"Maafkan ibu ya Bell, ibu jadi menyusahkan kamu dan adikmu," kata Ana sedih.

"Ibu jangan bilang begitu dong, kami ikhlas ko," timpal Dion.

"Iya Bu. Ibu tak perlu memikirkan kami, justru kami lah yang harus membahagiakan ibu sekarang ini," tambah Bella.

Mata Ana berkaca-kaca mendengar perkataan anak-anaknya, ia merasa terharu dan juga bangga mempunyai anak-anak yang begitu menyayanginya.

"Terimakasih ya Bell, Dion." Ana menatap satu persatu anaknya dengan tatapan haru.

"Iya Bu sama-sama," jawab Bella dan Dion serempak. Mereka pun kembali melanjutkan sarapannya.

Pukul sebelas siang dua orang rentenir itu kembali mendatangi rumah Ana. Mereka bersiap-siap untuk menagih hutang, jika hutang tak dibayar maka rumah milik mendiang suami Ana akan menjadi milik rentenir itu.

"Apa kalian sudah mendapatkan uang?"

"Sudah, tapi kami ingin ada bukti pelunasan hutangnya,'' sahut Bella. Ia tak ingin sewaktu-waktu rentenir itu datang kembali menagih hutang padahal hutang telah dibayar lunas.

"Itu tak masalah asalkan ada uangnya," tukas rentenir yang bernama Joko itu.

Bella menyerah tas milik Brian kepada Joko. Joko yang melihat uang di dalam tas langsung tersenyum puas. Kemudian dia membuat kwitansi pelunasan hutang Bu Ana, lalu Bella memfoto Ana dan juga Joko sebagai bukti kalau hutang Ana telah lunas.

"Semuanya sudah beres, dan terimakasih," ucap Joko tersenyum puas, lalu meninggalkan rumah Ana.

"Terimakasih ya Bell, akhirnya ibu bisa bernafas lega," ucap bu Ana mengusap dadanya yang terasa lega. Hutang dari suaminya masih hidup akhirnya bisa lunas berkat Bella yang meminjam uang kepada Brian.

"Iya Bu. Dan sekarang aku minta ibu tak usah kerja lagi diam saja dirumah Bu,"pinta Bella menatap sendu ibunya.

"Tapi Bell, ibu bosan dirumah terus. Apalagi kalian sibuk dengan urusan masing-masing.''

"Ibu bisa berjualan dirumah saja Bu," saran Bella.

"Jualan apa Bell?"

"Ibu kan bisa jualan kue. Kue-kue buatan ibu itu enak kenapa tidak dicoba saja Bu buat jualan," usul Bella.

"Iya deh ibu coba Bell, tapi sebelumnya ibu mau pamit dulu sama majikan ibu.''

"Iya Bu, aku mengerti,'' jawab Bella tersenyum.

Setelah urusan hutang piutang beres Bella bersiap untuk berangkat kecafe.

"Bu aku berangkat kerja dulu ya, gak enak aku tadi minta ijin cuma setengah hari saja," pamit Bella.

"Iya Bell, hati-hati ya.''

"Iya Bu."

Tiba dicafe Bella langsung mengambil alih pekerjaannya. Ia mulai membersihkan meja-meja yang kotor yang berantakan. Membawa piring dan gelas kotor ke belakang.

"Bell?" panggil Nani.

"Iya."

"Gimana kamu sudah mendapatkan uangnya?

"Sudah, dan aku sudah melunasinya," jawab Bella menaruh nampan berisi piring dan gelas kotor kedalam wastafel.

"Syukurlah. Eh tapi kamu dapat uang darimana Bell?"

"Dari pak Roger."

"Katanya pak Roger gak ada uang tapi ko bisa minjamin kamu sih Bell?" cecar Nani mengernyit heran. Masih ingat kemarin Bella memberi tahu bahwa Roger tak ada uang.

"Entah," Bella menaikkan kedua bahunya.

"Bella kamu dipanggil tuh sama pak bos," seru Lina berdiri didepan pintu dapur.

"Iya."

" ku ke ruangan pak bos dulu ya Nan," pamit Bella melangkah pergi.

Lina menatap sinis Bella, setelah Bella menjauh Lina mendekati Nani. "Dia sering banget keruangan pak bos apa dia sering buat masalah?"

"Kamu bicara sama aku Lin?" tanya Nani menunjuk dirinya sendiri.

"Ya aku ngomong sama kamu lah masa sama cucian piring," sewot Lina.

"Biasa aja kali Lin gitu aja sewot," tukas Nina.

"Ya kamu ditanya malah ngomong gitu, gak sopan banget," decih Lina sebal.

"Ngapain juga kamu ngurusin urusan orang lain mending kamu lanjut kerja aja. Aku juga mau beresin cucian atau kamu mau yang beresin piring kotor ini?"

"Iihh ogah, udah kamu aja yang beresin tugas aku cuma melayani pengunjung," ucap Lina meninggalkan dapur.

Nani menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Lina yang jijik-an. Padahal didepan pun ia hanya diam berdiri, melihat pengunjung laki-laki yang tampan baru dia dengan sigap melayani.

Bella masuk kedalam ruangan Roger, ia lalu duduk dihadapan bosnya itu.

"Ada apa pak?" Tanya Bella.

"Begini tadi Brian menelpon ku katanya kamu mau menemani dia ke Paris selama dua minggu, apa benar Bell?"

"Iya pak, itu jaminan saya untuk melunasi utang saya.''

"Terus kamu mau?"

"Mau bagaimana lagi pak, saya terpaksa."

"Ya sudah itu keputusan mu bell."

"Iya pak."

"Jadi kapan kamu berangkat ke Paris?"

"Tiga hari lagi pak."

"Apa kamu sudah bilang sama ibumu Bell?"

"Belum pak, tapi saya sudah memberitahu ibu saya bahwa saya akan pindah kerjaan," jawab Bella.

"Ya sudah kalau begitu.''

"Tapi pak, jika saya sudah mengakhiri perjanjian kerja saya dengan Brian apa boleh saya kembali lagi bekerja di cafe pak Roger," pinta Bella berharap, ia pun tak ingin setelah perjanjian kerjanya dengan Brian usai ia jadi pengangguran.

"Tentu saja boleh Bell, tapi aku tak yakin soal itu," tukas Roger ragu.

"Maksud pak Roger apa?" Bella mengernyitkan keningnya.

"Tidak ada, hanya saja Brian bukan tipe orang yang mudah melepaskan jika dia sudah menyukai sesuatu,'' jawab Roger penuh teka teki.

Sejenak Bella memikirkan perkataan Roger tapi ia langsung menepisnya, Brian sudah berjanji tidak akan macam-macam padanya. Dan Bella percaya itu.