Bella meletakkan kopernya disisi ranjang ia meneliti setiap sudut kamar hotel milik Brian. Cukup luas dan juga mewah.
"Aku akan tidur disofa," putus Bella pada akhirnya. Melihat sofa panjang berada dikamar Brian, tak mungkin ia bisa tidur diranjang pasti Brian mengijinkannya.
Brian menaikkan sebelah alisnya menatap Bella. "Terserah kau saja." Jawab Brian cuek.
Brian merebahkan tubuhnya diranjang empuknya, perjalanan panjang membuat tubuhnya lelah. Bella melirik sekilas Brian yang memejamkan matanya lantas membereskan koper miliknya dan juga Brian.
Usai membereskan semua baju-baju Brian dan dirinya Bella masuk kekamar mandi membersihkan tubuhnya terasa lengket, tak lupa ia membawa baju ganti untuk dipakai dikamar mandi.
Dua puluh menit kemudian Bella keluar dari kamar mandi ia sudah berpakaian santai dengan kaos lengan pendek dengan bawahan celana panjang kulot.
Bella mengeringankan rambut basahnya dengan handuk, namun ia tak tahu ada mata yang terus mengawasi dengan tatapan menyeringai.
Brian menatap intens tubuh Bella yang membelakanginya, tubuh yang pernah ia jamah setiap incinya, tubuh yang memberikan malam panas yang tak pernah ia lupakan. Tetapi ia harus bersabar agar Bella tak berontak dan marah padanya.
"Kau sudah mandi?" Suara bass milik Brian menggema ditelinga Bella.
Bella menghentikan aktivitasnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah ranjang yang Brian tiduri.
"Seperti yang kau lihat aku sudah mandi," ketus Bella berlalu menghindari Brian.
Brian menyeringai melihat Bella yang menghindari. Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya menghampiri Bella yang sedang menatap kota Paris dibalik jendela kamar hotel.
"Kau lapar?" tanya Brian berdiri dihadapan Bella.
"Iya aku lapar," jawab Bella tanpa menoleh kearah Brian.
"Kau ingin makan apa?" tawar Brian, manik biru mata Brian terus menatap wajah cantik Bella.
"Terserah kau saja," sahutnya acuh. Padangan matanya lurus kedepan menikmati keindahan kota Paris di senja hari.
"Apakah pemandangan didepan sana lebih bagus daripada aku disampingmu," kata Brian menatap datar Bella disebelahnya.
"Pemandangan didepan lebih bagus ketimbang melihat pria arogan sepertimu," sarkas Bella tanpa mengalihkan pandangannya. Bahkan kepalanya terangkat angkuh.
Brian mendesis wanita disebelahnya bukankah wanita yang haus akan pujian. Bahkan seorang Brian Regan diacuhkan olehnya, Brian semakin bersemangat untuk menaklukkannya.
Tak mau mendebatnya lebih jauh Brian memilih untuk mandi menyegarkan otak kotornya yang sejak tadi menginginkan tubuh Bella. Sungguh aroma tubuh Bella begitu menusuk hidung mancungnya, menguar bak bunga yang begitu wangi. Brian ingin sekali mengisap wangi ditubuh Bella tetapi hatinya berkata untuk bertahan tak menyentuhnya.
Setengah jam berlalu Brian baru keluar dari kamar mandi, ia keluar hanya mengenakan handuk yang menutupi pinggang sampai pahanya. Tubuhnya terlihat jelas dengan otot-otot keras yang begitu menggoda ditambah kulit tubuhnya yang berwarna Tan menambah kesan sexy.
Bella memalingkan wajahnya saat Brian keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk saja. Jujur ia pun terpesona dengan tubuh kekar Brian tapi pikirannya menolak untuk mengangumi tubuh Brian.
Brian menyipitkan matanya menatap Kiran yang terus menghindari tatapan matanya. Brian berjalan menghampiri Bella yang sedang duduk disofa.
"Kau kenapa?" Brian bersedekap menatap datar Bella.
"Maksudmu apa?" Bella berpura-pura menyibukkan dirinya dengan ponselnya.
"Tatap aku Bella," titah Brian tak ingin penolakan.
Bella masih acuh masih dengan tangannya yang terus mengusap layar ponselnya. Brian menggeram lantas menyambar ponsel Bella lalu melemparnya ketembok. Ponsel yang sudah ketinggalan jaman itu hancur seketika oleh lemparan Brian.
"Brian kau," Bella melotot tajam pria dihadapannya. Kepalanya mendongak menatap Brian yang berdiri kokoh didepannya.
"Kau membuatku kesal Bella." Brian berlutut dihadapan tubuh Bella mengukung dengan kedua tangannya.
Bella menelan ludahnya berat. Tatapan mata Brian begitu menusuk pandangannya.
"K-kau mau apa?" Bella gugup setengah mati berhadapan dengan Brian dalam mode marah.
"Kau disini untuk bekerja denganku bella. Jadi patuhi aku.'' Kata Brian tegas penuh intimidasi. Sorot matanya menuntut Bella untuk mengangguk patuh.
Dengan segala ketakutannya Bella mengangguk patuh bak dihipnotis oleh Brian.
"Bagus." Brian berdiri di hadapan Bella dengan kedua tangannya bersedekap. Tatapan mata Brian tak lepas menatap manik hitam Bella.
Bahkan Bella tak bisa bergerak sedikitpun ia merasa terkunci oleh tatapan Brian.
Lima menit berlalu Brian membalikkan tubuhnya menuju lemari pakaian. Tubuh Bella yang tadi tegak tiba-tiba lemas, sungguh berhadapan dengan Brian dalam keadaan mode marah sangat menakutkan.
'Kenapa aku harus bertemu iblis seperti dia,' guman Bella dalam hati.
Usai berpakaian Brian mengajak Bella kebawah untuk makan malam. Brian menatap penampilan Bella yang nyaris seperti gembel.
"Kenapa kau menatap tubuhku seperti itu," berang Bella memeluk tubuhnya waspada.
"Aku tak suka bajumu. Pakaian mu mencerminkan rakyat jelata," ejek Brian tak merasa bersalah sedikitpun dengan ucapannya.
"Kau." Bella melotot tak terima dengan hinaan yang dilontarkan oleh Brian.
"Ganti pakaianmu," perintah Brian.
"Kau ingin aku pakai baju apa?"
"Gaun." Jawab Brian datar.
"Aku tak punya gaun, sudahlah pakai ini saja ini lebih santai," ujarnya malas menanggapi keinginan Brian.
Brian geram dengan ketidakpatuhan Bella ia menarik paksa Bella keluar dari kamar hotel.
"Kau mau membawaku kemana," teriak Bella dalam cekalan tangan Brian.
Bria terus menarik tangan Bella masuk kedalam lift menggenggam erat tangan Bella agar tak kabur darinya. Sedangkan Bella terus mencoba cekalan tangan Brian yang menggenggam erat tangannya.
"Lepaskan aku Brian," desis Bella menatap tajam Brian.
Namun Brian tak menggubris permintaan Bella ia menatap lurus dengan tatapan datarnya. Tiba di lobby hotel Brian terus menarik tangan Bella hingga kedepan mobil yang sudah terparkir.
Brian membuka pintu mobil mendorong paksa tubuh Bella masuk kedalam mobil. Disusul Brian masuk kedalam mobil.
Sepanjang perjalanan Bella memilih diam menyenderkan kepalanya jendela mobil. Disisi lain Brian berkutat dengan ponselnya mengacuhkan Bella disampingnya.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti disebuah butik ternama, Brian keluar dari mobil menarik kembali tangan Bella.
"Brian lepas, bisakah kau tak menarik-narik tanganku," bentak Bella penuh emosi.
Bukan Brian kalau ia mau menuruti keinginan Bella, ia terus menerus menarik tangan Bella mengikuti langkah lebarnya masuk kedalam butik.
"Selamat malam tuan bisa saya bantu?" Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Brian ia berbicara dalam bahasa Perancis.
"Carikan gaun yang sesuai dengan bentuk tubuhnya dan terlihat sexy," perintah Brian.
Bella yang tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan hanya diam melongo. Kemudian beberapa wanita yang berpakaian sama menarik tubuh Bella memintanya untuk mengikuti langkah mereka.
"Brian aku mau dibawa kemana?'' berontak Bella.
Brian menatap datar lalu duduk disofa yang tersedia di butik tersebut. Bella diberi pilihan beberapa gaun yang begitu mewah dan sedikit terbuka.
"Baju apa-apaan ini terbuka semua," sentak Bella mencak-mencak, sedangkan pegawai toko yang tak mengerti ucapan hanya diam.
"Ayo nona pakai," pinta pegawai menarik tubuh Kiran masuk kedalam fitting room. Bella mau tak mau mencoba dress berwarna cream dengan tali spaghetti yang melingkar di lehernya sedangkan bagian punggungnya terbuka lebar sampai atas pinggulnya.
"Baju apa-apaan ini? Ini sangat mengerikan!" Bella menatap tubuhnya dengan baju yang mereka pilihkan.
Bella keluar dari fitting room, ia akan memarahi para wanita pegawai yang memilihkan baju untuknya.
"Hei kau memberi ku baju apa?" Sentak Bella marah. Namun matanya membulat saat Brian duduk dengan bersedekap di sofa yang mengarah ke fitting room.
"Kau," Bella terkejut.