.
.
Brian menyeringai menatap tubuh Bella, Cantik kata itu yang ia sematkan untuk penampilan Bella untuk sekarang ini. Tapi tubuhnya terlalu berharga untuk dipamerkan.
"Ganti,'' perintah Brian datar.
"Aku juga tak ingin memakai baju seperti ini,'' geram Bella berbalik kearah fitting room.
Brian tersenyum gemas melihat tingkah Bella. Begitu menggemaskan saat merajuk.
Tak lama Bella keluar kembali dengan dress yang lain namun Brian tak menyukainya, memintanya untuk mengganti dengan baju lain. Terus begitu Bella bolak balik mengganti pakaian sampai ia pun jengkel dengan sikap Brian.
"Ini saja," putus Brian pada akhirnya.
Pilihannya jatuh pada dress selutut berwarna peach dengan tangan panjang namun bagian leher sampai dadanya terlihat seperti huruf V. Jujur Bella tak nyaman berpakaian yang terlihat menampakkan sedikit buah dadanya. Tapi perintah Brian mutlak tak terbantahkan.
"Ayo." Brian menarik tangan Bella setelah mereka membayar baju.
Kini mereka didalam mobil menuju restoran untuk makan malam. Disepanjang perjalanan Bella terdiam tangannya menutupi bagian dadanya sedikit terlihat.
"Untuk apa kau tutupi," celetuk Brian tanpa menoleh kearah Bella.
"Harus aku menutupinya agar tak ada pria yang menatap mesum padaku," sindir Bella menatap sinis Brian.
Bella tahu dari tadi mata Brian terus memperhatikan dadanya dan itu membuatnya risih. Dasar pria mesum, batin Bella terus mengumpat Brian.
Mobil berhenti disebuah parkiran restoran dengan gaya klasik. Brian menarik tangan Bella mengikuti langkah kakinya menuju meja yang telah Brian pesan.
Seorang pelayan dengan sigap mengantar Brian dan Bella ke meja yang telah dipesan. "Kau ingin makan apa?" Tanya Brian membolak-balikkan buku menu.
"Terserah kau saja aku tak mengerti," jawab Bella ketus.
Kemudian Brian memesan makanan yang tak begitu dimengerti oleh Bella. Mata Brian kembali menatap datar Bella dihadapannya, sedangkan yang ditatap sedang terkagum-kagum dengan desain restoran tersebut.
"Kau suka?" Tanya Brian begitu saja.
Mata Bella yang sejak tadi tak bisa diam melihat keindahan desain restoran menatap lurus pria yang berada dihadapannya. "Ya bagus."
Brian masih terus menatap penampilan Bella yang sedikit berbeda. Dress yang digunakan sangat cocok dengannya, wajah cantiknya bersinar tersorot lampu. Rambut panjang coklat bergelombang sangat cocok dengan wajah Bella. Hidung yang mancung, rahang yang sedikit tirus dan bibir tipis yang merah.
Brian suka sekali saat Bella mengigit bibirnya disaat ia gugup dan ketakutan, itu terlihat sangat menggoda. Ahh Brian semakin panas hanya memperhatikan wanita dihadapannya ini.
"Jaga matamu tuan Brian," tekan Bella geram. Dari tadi Bella tahu Brian terus menatapnya dengan tatapan penuh minat, membuat Bella ingin mencakar wajah tampannya. Apa tampan? Bella akui Brian memang tampan, dia seperti dewa Yunani yang sangat mengagumkan. Bagaimana tidak wajah yang begitu dingin dengan tatapan mata biru yang begitu menghunus, rahang tegas dengan ditumbuhi bulu-bulu halus disekitar rahangnya. Bibir tebal berwarna merah muda serta hidung yang mancung, Brian memang tampan.
Apa lagi tubuhnya yang tingginya hampir 185 centimeter dengan otot-otot yang menonjol disetiap lekuk tubuhnya. Tentu saja Bella tahu ia pernah melihatnya saat pertama kali bertemu dengannya. Pertemuan pertama yang sangat tak ingin Bella ingat.
Pertemuan pertama yang merenggut masa depannya. Bella masih bertanya-tanya tentang kejadian malam itu. Sampai saat ini Bella belum menemukan apa-apa tentang kejadian saat itu. Teman-temannya tak ada yang mau memberi informasi seolah mereka diancam oleh seseorang.
"Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan mataku?" Ucap Brian datar.
"Mau ku colok matamu hah," Bella mengambil garpu yang berada dihadapannya seolah ia siap untuk mencolok mata Brian.
"Silahkan saja. Tapi jangankan salah aku jika kau dipenjara disini dan jauh dari keluargamu," tantang Brian menatap datar Bella.
Bella menghempaskan garpu yang ia pegang tubuh nya mundur kebelakang bersedekap-kesal.
Brian menarik bibirnya sedikit, cukup mudah untuk membuat wanita dihadapannya tunduk. Hanya perlu diancam sedikit saja maka Bella akan tunduk.
Makanan yang dipesan Brian tiba, Brian dan Bella makan dengan diam dan tenang. Namun mata Brian terus menatap datar Bella disepanjang makannya.
Tahu terus diperhatikan Bella memilih untuk tak memperdulikannya. Ia tak mau membuang tenaga berdebat dengan Brian yang pasti ujung-ujungnya Bella yang akan diancam olehnya.
Setelah makan malam mereka kembali lagi ke kamar hotel, Bella masuk kekamar mandi untuk berganti baju dengan piyama tidurnya. Sedangkan Brian ia mengambil wiski yang berada di meja, menuangkannya sedikit lantas menyesapnya.
Brian membuka balkon kamar hotel ia berdiri diluar memandangi keindahan kota Paris saat malam hari, kembali ia menyesap wiski yang berada ditangan kanannya. Mata biru Brian menatap lurus, entah apa yang dipikirkannya hanya dia yang tahu.
Pintu kamar mandi terbuka Bella keluar dengan piyama yang merusak mata Brian. Bagaimana tidak, Bella mengenakan setelan piyama dengan tangan dan celana panjang dengan motif Doraemon.
"Apa kau tak ada piyama lain selain itu?" seru Brian menatap kesal.
Bella melihat piyama yang dikenakannya, memang ada apa dengan piyamanya? Bella jelas bingung dengan apa yang dikatakan Brian.
"Terserah aku mau memakai apa, lagian aku akan tidur bukan main," ketus Bella berjalan ke arah sofa panjang.
Bella merapikan sofa yang akan di tidurinya mencari tempat yang nyaman. Mata Brian terus memperhatikan gerak gerik Bella.
Tak butuh waktu lama Bella tertidur disofa panjang. Brian begitu gemas melihat Bella meringkuk di sofa. Ingin rasanya ia memeluk tubuh Bella. Namun, segera ia tepis pikiran kotornya.
Brian menghela nafasnya menutup pintu balkon lalu mematikan lampu, ia masuk kedalam selimut mencoba untuk tidur. Tetapi matanya tertuju pada Bella yang sedang tertidur pulas. Brian terus menatapnya tak berkedip sedikit pun. Kedua tangannya menyanggah kepala memperhatikan Bella yang tertidur.
"Ahh sial, hanya melihatmu tertidur aku tak tahan ingin mengukungmu." Brian menggeram tertahan. Juniornya tiba-tiba menegang hanya melihat Bella tertidur, membuat Brian tersiksa menahan sakit yang harus tersalurkan.
Dia ingin menyentuh Bella namun tidak malam Ini, ada malam-malam besok yang Brian pastikan Bella akan menjerit nikmat dibawahnya.
"Ah sial aku sudah tak tahan." Brian keluar dari selimutnya berjalam masuk kedalam mandi ia akan bermain solo saja.
Tiga puluh menit kemudian Brian keluar dari kamar mandi, waktu yang tercepat melepaskan pelepasannya. Hanya karena membayangkan tubuh Bella, Brian dengan cepat mengeluarkan pelepasannya.
"Kau telah menyiksaku Bell. Tunggu aku akan membalas mu." Seringai Brian menatap Bella.
Pagi hari Bella masih meringkuk disofa panjang, tidurnya lumayan nyenyak walaupun tak tidur dikasur mungkin efek kecapekan Bella bisa tidur pulas.
"Hey bangun." Brian menggoyangkan tubuh Bella membangunkannya.
Bella melenguh mengerjapkan matanya menatap Brian yang berada dihadapannya.
"Jam berapa ini?" Tanya Bella masih setengah sadar.
"Sudah pagi dan kau masih enak-enakan tidur. Apa kau tak tahu tugasmu apa selama disini?" Brian bersedekap menatap tajam Bella.
Bella bangun lalu duduk matanya menyipit menatap jengkel Brian. "Aku tak tahu tugasku apa? Kau saja tak memberitahuku." Kesal Bella. Pagi-pagi sudah membuatnya jengkel.
Brian berjalan menuju nakas tempat tidurnya ia mengambil sesuatu disana. Kemudian berjalan kembali kearah Bella.
"Itu agendaku selama disini, kau cek dan pelajari." Brian melempar iPad ke pangkuan Bella.
Bella menerima benda pipih seperti ponsel dengan layar yang cukup besar.
"Baiklah. Aku mau mandi dulu." Bella berdiri.
"Harusnya kau bangun lebih dulu daripada aku Bella." Tekan Brian mengintimidasi. Mata birunya menatap datar Bella.
"Maafkan aku." Lantas Bella berjalan kearah kamar mandi.
Brian menghela nafasnya menggeleng-geleng. Sekitar lima belas menit Bella telah siap. Sedang setelan blouse kemeja warna navy dengan celana bahan warna cream.
"Apa yang kau pakai?" Kata Brian menghentikan aktivitas Bella yang sedang menyisir.
"Maksudmu apa?" Bella menoleh kearah Brian. Heran rasanya tiap kali memakai pakaian yang Bella pakai, Brian selalu protes.