Terjebak pria arogan- Meeting
.
.
"Ganti bajumu,'' perintah Brian tak suka dengan pakaian yang dikenakan oleh Bella yang terlihat kampungan.
"Aku harus pakai baju seperti apa Brian? Aku hanya punya ini," sergah Bella kesal.
"Ya sudah ayo. Aku tak ingin berdebat denganmu meetingku lebih penting." Brian memakai jasnya lantas keluar dari pintu kamar hotel bersama Bella dibelakang.
Brian dan bella masuk kedalam lift. Bella nampak merogoh isi tasnya ia mengambil liptin berwarna merah mudah lalu mengoleskan ke bibirnya. Brian memperhatikan Bella di depan kaca lift yang memantulkan bayangannya dan Bella dibelakangnya.
Gerakan tangan Bella mengoles bibirnya dengan liptint tak luput dari perhatian Brian. Bibir yang pernah ia lumat, bibir yang pernah mendesah dibawahnya, ahh Brian kembali mengingat kejadian itu lagi.
Tiba-tiba tubuhnya nya terasa panas mengingat kejadian itu. Malam panas bersama Bella sangat menggairahkan. Brian menggeram tertahan menahan gejolak gairahnya.
Bella masih memperhatikan polesan bibirnya dibalik cermin kecil yang berada ditangannya. Tanpa tahu Brian sedang menahan gejolak gairahnya. Brian mendorong tubuh Bella kebelakang mengukung tubuh Bella dinding lift.
"Mau apa kau?" Bella terkejut dan juga panik. Brian begitu dekat dihadapannya.
"Pagi-pagi kau sudah menggodaku,'' ucap Brian menggeram tertahan.
"Maksudmu apa hah?" Bella mendelik tajam Kiran mencoba mendorong tubuh Brian namun tak bisa. Tubuh Brian begitu kokoh didepannya.
"Brian minggir," berontak Bella.
Tangan Brian meraih pinggang Bella merapatkan tubuhnya dengan tubuh Bella.
"Kau membuatku bergairah Bella," Brian menggeram didepan bibir Bella bersiap untuk melahap bibir Bella.
"Brian__" Teriak Bella menghilang saat bibirnya dilumat habis Brian.
Bella mencoba untuk memberontak namun tenaganya tak sebanding dengan tubuh kekar Brian. Brian terus melumat bibir Bella dengan kecupan-kecupan yang menggairahkan. Sesekali Brian mengigit bibir Bella dengan gemas. Sungguh bibir Bella sangat memabukkan baginya.
Ting
Bunyi pintu terbuka saat itulah Brian melepaskan pagutannya. Ia menatap sayu mata Bella. Mata yang begitu indah. Bella mendorong tubuh Brian menatap tajam kemudian ia ke keluar dari lift dengan perasaan kesal.
Bella membenarkan penampilan yang acak-acakan oleh ulah Brian yang mencium dengan seenaknya. Brian dengan tatapan datarnya berjalan melewati tubuh Bella seperti tak terjadi apa-apa.
Brian berdiri disamping mobil ia bersiap untuk masuk namun melihat Bella yang diam mematung Brian akhirnya membalikkan tubuhnya menatap Bella.
"Ayo masuk. Kau harus berkerja agar hutang-hutangmu cepat lunas." Perintah Brian.
Bella dengan kesal menghampiri Brian berjalan masuk kedalam mobil. Brian menyeringai lebar lantas ia masuk kedalam mobil.
Mobil yang dikendarai mereka perlahan melaju kencang meninggalkan pelataran hotel. Didalam mobil Bella masih terlihat kesal.
"Apa agenda ku hari ini?" Tanya Brian tanpa menoleh kearah Bella.
Bella yang masih kesal membuka iPadnya dengan kasar membuka agenda apa saja yang harus Brian lakukan. Bella membacakan agenda hari ini, setelahnya kembali diam dengan raut wajah yang kesal.
Tiba disebuah restoran Brian dan Bella masuk kedalam menemui klien Brian. Mereka saling menyapa dengan bahasa Perancis. Bella yang tak mengerti bahasa Perancis hanya diam disamping Brian.
Mereka bertiga duduk membahas kerjasama yang akan mereka jalankan bersama. Brian nampak serius berbicara dengan kliennya. Rahang tegas dan wajah yang penuh kharisma sedikit menarik perhatian Bella. Tak dapat dipungkiri Brian memang tampan bak dewa Yunani.
'Ah bodoh, harusnya aku tak terpesona oleh ketampanannya,' guman Bella dalam hati.
Klien Brian yang bernama Marcelo menatap wanita disebelah Brian yang terlihat tak nyaman.
"Dia wanita mu?" Tanya Marcelo dengan bahasa Perancis. Selain klien Brian, Marcelo merupakan teman Brian sewaktu kuliah di Harvard university. Usai kelulusan Marcelo pergi ke Paris untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
"Dia wanitaku. Bagaimana menurutmu?" Tanya Brian meminta pendapat temannya itu.
"Dia cantik, asal kau poles sedikit dia akan semakin cantik." Jawab Marcelo menilai Bella.
"Ya kupikir juga begitu. Tapi dia sangat garang," kekeh Brian mengingat Bella yang sering memukulnya.
"Wow menarik. Apakah dia juga garang di ranjang?" goda Marcelo tersenyum jenaka.
"Aku tak tahu. Tapi aku pernah sekali tidurnya.''
"Kau tak tahu tapi kau pernah tidur dengannya? Aku tak mengerti Brian?" Marcelo mengernyit bingung.
"Dia pernah berkata padaku bahwa dijebak oleh teman-temannya. Dan berakhir tidur denganku. Ku pikir dia wanita jalang yang disewa asistenku tapi nyatanya bukan. Saat aku ingin memberi harga untuk satu malam bersamanya dia marah padaku dan mengatakan bahwa dia bukan wanita yang menjual harga dirinya," ungkap Brian.
"Wow menarik. Apa dia masih virgin?"
"Iya masih." Brian menyeringai mengingat milik Bella menjepit milik Brian dengan erat.
"Kau beruntung bro," kekeh Marcelo. "Apakah kau mau berbagi denganku?" tawar Marcelo menyeringai.
"Tidak untuk dia. Dia hanya milikku seorang.'' Tegas Brian menatap tajam Marcelo.
"Oke baiklah, aku mengerti." Marcelo mengangkat kedua tangannya menyerah. Ia tahu Brian sangat kejam bila menyangkut barang miliknya direbut termasuk wanita.
Brian melirik bella yang tengah duduk dengan gelisah. "Kau kenapa?" Tanya Brian.
"Aku ingin kekamar mandi tapi tidak tahu harus kemana," jawab Bella berbisik.
"Mau ku antar sampai masuk kekamar mandi." Tawar Brian menyeringai mesum.
"Mau aku tendang hah milik mu itu," berang Bella melihat kebawah tubuh Brian.
"Santai saja. Lagian mana mungkin aku masuk kedalam," elak Brian tersenyum miring.
"Cepat katakan dimana?"
"Kau tinggal lurus saja dari sini," tunjuk Brian mengarah ke toilet.
Bella bergegas berjalan menuju toilet. Dari tadi dia ingin buang air kecil namun ia tahan. Brian nampak serius berbicara dengan kliennya jadi Bella tak ingin menganggu Brian.
"Kau lihat sendiri betapa galaknya dia," kata Brian memberi tahu Marcelo.
"Iya kau benar. Dia galak juga," kekeh Marcelo.
Beberapa menit kemudian Bella kembali lagi ke tempat dimana Brian duduk. Dahi Bella mengkerut melihat hanya Brian saja yang sedang duduk. Kemana klien Brian?
"Kemana klienmu?" Tanya Bella duduk ditempatnya.
"Dia sudah pergi." Jawab Brian memainkan ponselnya.
"Oh.'' Bella meraih gelas yang berisi air putih lalu meminumnya.
"Makanlah dulu, kau belum sarapan kan?"
"Tumben kau perhatian?" Sindir Bella menatap sinis.
"Aku tak ingin kau sakit dinegara orang. Dan lagi aku tak ingin direpotkan oleh mu." Sahut Brian dengan entengnya.
Bella mendengus sebal. Kemudian matanya teralihkan oleh steak yang sudah ada dihadapannya. Sebelumnya tak ada steak ataupun makanan lainnya. Saat meeting tadi Brian hanya memesan dua kopi saja dan air putih untuk Bella. Bella tak memesan minuman yang lain karena air putih saja sudah cukup dan lagi menyehatkan. Bella dengan cepat menghabiskan steak yang berada di hadapannya hingga habis tak tersisa.
"Kau tahu Brian orang Indonesia belum disebut makan kalau belum makan nasi," seru Kiran usai makannya.
Brian menaikkan sebelah alisnya menatap bingung Bella. "Kau masih lapar?"
"Beri aku nasi Brian." Pinta Bella menatap datar Brian.
"Jangan kau bawa-bawa kebiasaan orang Indonesia mu kesini Bella," dengus Brian.
"Aku memang orang Indonesia asli makanya aku ingin nasi. Memangnya kau orang Indonesia KW.'' Balas Bella tak mau kalah.
"Kau aneh!"
"Kau yang aneh!" Bella mendelik tajam Brian.
Brian menggeleng-geleng kepalanya heran dengan tingkah Bella yang Indonesia sekali.