Chereads / TERJEBAK PRIA AROGAN / Chapter 8 - Bab 8- Satu kamar

Chapter 8 - Bab 8- Satu kamar

Tiga hari kemudian.

.

.

Bella menyiapkan semua baju-bajunya kedalam koper ia hanya membawa beberapa potong pakaian saja.

Ana ibu Bella menghampiri anaknya yang berada dikamar. "Bell, kenapa kerjamu jauh sekali sampai ke Paris?"

"Di Paris lagi ada proyek Bu jadi aku sebagai pegawai baru diminta langsung menangani proyek yang disana," bohong Bella. Ia tak ingin ibunya tahu bahwa dirinya membuat kesepakatan menjadi asisten pribadinya Brian selama dua minggu di Paris.

"Oh begitu. Kalau begitu hati-hati ya Bell," ucap Ana.

"Iya Bu." Bella merapikan kopernya lalu menyimpannya didekat meja riasnya.

"Bu, selama Bella pergi ibu baik-baik dirumah," pesan Bella pada ibunya.

"Iya Bell."

"Ibu sudah bicara kan dengan majikan ibu bahwa ibu mau berhenti kerja?" Bella menatap ibunya.

"Sudah Bell. Awalnya mereka tak rela jika ibu berhenti bekerja, katanya sudah cocok dengan kerjaan ibu.''

"Tapi kan ibu sudah mulai tua harus banyak-banyak istirahat,'' ingat Bella.

"Iya Bell ibu mengerti."

"Ya sudah ibu istirahat," pinta Bella.

Ana mengangguk lalu melangkah keluar dari kamar Bella. Setelahnya Bella merebahkan tubuhnya diranjang sempit matanya menatap lurus langit-langit kamarnya.

"Semoga dia tak macam-macam denganku," guman Bella berharap.

Pukul delapan pagi Bella telah siap berangkat. Ana terus menasehati Bella agar menjaga dirinya baik-baik selama di negri orang.

Bella mengiyakan semua nasehat-nasehat yang diberikan ibunya. Taksi yang Bella pesan sudah sampai ia lalu masuk kedalam taksi tersebut.

Taksi berjalan dengan kecepatan rata-rata menuju tempat dimana Brian menunggunya. Beberapa menit perjalanan taksi sampai ditempat tujuan, Bella melangkah keluar dari taksi menatap bingung gedung yang berada dihadapannya.

"Kenapa harus kesini?" guman Bella melihat gedung pencakar langit yang begitu besar dan tinggi.

Tak ingin ambil pusing Bella memilih menghubungi Brian. Beberapa detik tersambung namun belum ada balasan.

"Hallo.''

"Aku sudah di depan gedung yang kau suruh," sambar Bella.

"Masuklah kedalam lalu naik lift tekan angka 20." Perintah Brian.

"Baiklah." Bella memutuskan panggilan ia berjalan masuk membawa kopernya.

Orang-orang menatap heran Bella. Pasalnya Bella membawa koper kedalam gedung perkantoran. Bella menuju lift menekan angka 20 sesuai perintah Brian.

Keluar dari lift Bella di tunggu boleh Arya asisten Brian.

"Selamat pagi nona. Perkenalkan namaku Arya Damar saya asistennya tuan Brian Regan." Sapa Arya formal.

Bella hanya mengangguk. Arya meminta mengikuti langkahnya menuju ruangan Brian.

Bella menarik nafasnya dalam-dalam ketika memasuki ruangan Brian. Bella terus berjalan masuk dibelakang tubuh Arya.

"Tuan!" Panggil Arya.

Brian yang sedang duduk dibalik meja kerjanya bangun menghampiri Arya.

"Keluar lah," perintah Brian.

Arya mengangguk berlalu pergi. Kini tinggal Bella dan Brian diruangan kantor milik Brian.

"Kau sudah mempersiapkan semuanya?" Tanya Brian menatap datar Bella.

"Sudah," sahut Bella tak kalah datar.

Brian mengangkat tangannya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sepuluh menit lagi kita berangkat."

"Kenapa tidak langsung ke bandara saja?" Tanya Bella.

"Karena aku ingin semobil denganmu," ucap Brian datar.

"Ingat janjimu Brian kau tak akan macam-macam padaku," kecam Bella menatap tajam Brian.

Brian tersenyum miring. "Tentu saja."

Brian kembali ke kursi tempat ia duduki membiarkan Bella berdiri tanpa menawarinya untuk duduk. Brian menatap Bella dengan tatapan yang sulit diartikan sorot matanya begitu menghunus tajam.

Tahu diperhatikan Bella mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain ia mencoba bersikap biasa saja. Selama sepuluh menit itu Brian terus menatap Bella tanpa berkedip sedikit pun. Menatap wanita dihadapannya dari atas sampai bawah.

"Ayo kita berangkat," seru Brian berdiri dari tempat duduknya, merapikan jasnya lalu menghampiri Bella.

Bella mengikuti langkah Brian keluar dari ruangannya. Arya yang sudah standby mengikuti langkah tuannya beriringan dengan langkah Bella.

Tiba dilandasan pesawat, Brian meminta Bella masuk terlebih dulu. Setelah Bella masuk kedalam Brian menatap Arya asisten pribadinya.

"Kau sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Brian menatap datar Arya.

"Sudah tuan." Jawab Arya menunduk.

"Oke." Brian berjalan masuk kedalam pesawat pribadinya.

Bella sudah duduk tenang ditempatnya, Brian menyeringai kemudian duduk tak jauh dari Bella.

Perjalanan panjang menuju Paris, Bella gunakan untuk tidur ia tak mau banyak berinteraksi dengan Brian. Sebisa mungkin menghindari tatapan mata Brian yang selalu menatapnya dengan tatapan mesum, membuat Bella ingin sekali mencungkil bola matanya.

Kiran merasa ingin kekamar mandi ia melepaskan self belt nya.

"Mau kemana?"tanya Brian.

"Aku mau kekamar mandi," jawab Bella.

"Mau aku antar," Brian mengerlingkan matanya.

"Mau ku colok matamu hah," bentak Bella menatap tajam Brian.

"Kau galak sekali," Brian tersenyum miring.

Bella tak menanggapi ucapan Brian ia lebih berjalan pergi meninggalkannya.

"Akan kupastikan kau akan mendesah kembali di bawahku Bella." Seringai Brian.

Setelah menempuh perjalanan panjang pesawat yang ditumpangi Brian dan juga Bella tiba di bandara internasional Charles de Gaulle. Mereka berdua berjalan menuju mobil yang sudah menunggu mereka.

Disepanjang perjalanan menuju hotel, Bella tak henti-hentinya melihat keindahan kota Paris. Negara yang pertama ia kunjungi ia tak menyangka akan menginjakkan kakinya di negara yang dikenal dengan keromantisannya.

Tiba di hotel yang telah dipesan oleh arya, mereka berdua masuk kedalam lift menuju kamar hotel. Tak lama lift berhenti dimana Brian memesan kamar, Brian tiba didepan pintu kamar hotelnya membuka pintu akses masuk kedalam.

"Mana kamarku?" Tanya Bella berdiri dibelakang tubuh Brian.

Brian membalikkan tubuhnya menatap Bella. "Aku tak memesankan kamar untukmu."

Dahi mengkerut menatap tajam Brian. "Lalu aku tidur dimana?"

Brian menaikkan kedua bahunya acuh lalu mendorong pintu kamarnya.

"Tunggu Brian!'' tahan Bella.

Brian kembali membalikkan tubuhnya menatap Bella. "Ada apa?"

"Bisa kau pesankan kamar untukku," pinta Bella. Sejujurnya Bella malas meminta tolong pada pria dihadapannya ini.

"Aku tak mau. Biaya hotel ini terlalu mahal, jika aku memesankan kamar untukmu aku mengeluarkan uang double," tolak Brian. Sebenarnya bukan itu alasan Brian tak memesan dua kamar ia hanya ingin Bella tidur bersamanya dalam satu kamar. Uang Brian takkan habis hanya untuk memesan satu kamar lagi tapi ia ingin Bella tidur dalam satu kamarnya.

"Lalu aku tidur dimana Brian!" kesal Bella menatap tajam Brian.

"Kau bisa tidur dikamar ku kalau kau mau,'' ucap Brian menyeringai.

"Kau menjebak ku hah!" Bentak Bella emosi.

"Siapa yang menjebakmu," kilah Damian acuh.

"Kau menyebalkan Brian," sentak Bella kesal.

"Apa kau sudah selesai? Aku mau istirahat." Ucap Brian datar.

"Bagaimana dengan kamarku?"

"Kalau kau mau pesan dengan uangmu," ucap Brian berlalu masuk kedalam kamarnya.

"Bayar sendiri? Aku mana ada uang," guman Bella berbicara sendiri.

Bunyi pintu tertutup menyadarkan Bella dari lamunannya. Mendengar pintu tertutup Bella menggedor-gedor pintu kamar Brian memintanya untuk membukakan pintu.

"Brian buka." Bella menggedor-gedor pintu kamar Brian dengan kencang.

"Brian!'' teriak Bella semakin kencang.

"Apa apa lagi?" Brian membukakan pintu kamarnya menatap tajam Bella.

"Baiklah aku tidur dikamar mu, tapi ingat kau jangan macam-macam padaku." Gertak Bella memaksa masuk kedalam kamar Brian.

Brian tersenyum puas rencananya berhasil.

"Kau telah masuk kedalam kandang singa yang sewaktu-waktu akan melahap mu, kucing manis,'' guman Brian dalam hati.