Chereads / TERPAKSA MENCINTAIMU / Chapter 24 - BERCUMBU

Chapter 24 - BERCUMBU

"Mas tadi sudah malam makan?" Tanya Risna setelah shalat subuh. Dilihatnya Reno sudah merebahkan dirinya dan masuk ke dalam selimut.

"Makan. Kenapa?"

"Nggak apa-apa," jawab Risna pendek. Perutnya terasa pedih karena tadi malam ia tidak sempat makan akibat menunggu Reno.

"Aku mau tidur, jangan ganggu aku!" Perintah Reno.

"Baik mas." Risna duduk di sofa. Sebenarnya ia juga masih ingin tidur, namun ia takut tidur bersebelahan dengan Reno. Bukan takut diterkam, namun ia tahu Reno tak menyukai kehadirannya.

Tak lama Reno sudah terlelap. Risna memperhatikan keadaan kamar yang berantakan dengan pakaian Reno. Risna bangkit lalu mulai memunguti pakaian suaminya. Sambil duduk, Risna melipat pakaian Reno yang habis dipakai. Saat melipat pakaian Reno, ia melihat bekas lipstick di kerah baju. Hatinya tercekat. Apakah mas Reno selingkuh di malam pertama kami? Apakah ia benar-benar akan melaksanakan ucapannya untuk menikahi Sandra? Itu artinya dirinya harus berbagi dengan Sandra? Ris, nasib lo apes banget. Apakah sebaiknya aku bertahan atau lepas darinya? Tapi ini baru hari pertama setelah pernikahan kami. Bagaimana dengan kakek Anggoro, dia pasti akan collapse bila aku memilih melepaskan diri. Begitu banyak hal yang menjadi pemikiran Risna hingga akhirnya ia lelah dan tertidur di sofa.

Jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi saat Reno membuka matanya. Ia meregangkan seluruh otot tubuhnya. Ah, segar sekali rasanya tubuhku, batinnya sambil memandang sekeliling kamar yang terlihat temaram. Reno yang tidur dengan bertelanjang dada dan hanya bercelana pendek turun dari ranjang hendak membuka tirai kamar. Saat hendak menuju jendela, ia melihat sosok wanita tertidur di atas sofa. Wanita? Siapa dia? Sesaat ia tak ingat kalau dirinya sudah menikah. Ya tuhan, kenapa gue bisa lupa kalau sudah menikah, batinnya.

Reno tak mempedulikan Risna yang masih tertidur. Dengan gerakan keras ia membuka tirai jendela dan membuka pintu yang mengarah ke balkon. Sinar matahari dan udara pagi yang dingin menyerbu masuk membuat Risna mengerutkan tubuhnya. Bagaimana tidak, ia hanya tidur menggunakan lingeri tipis yang berbalut bathrobe yang panjangnya hanya selutut.

Saat Reno hendak menuju ranjang, barulah ia memperhatikan Risna yang tertidur dengan pakaian yang bisa dibilang minim tersebut. Reno memperhatikan kaki jenjang Risna yang terekspos hingga lutut. Bathrobenya tersingkap sehingga memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Sh**, apakah dia sengaja memakai baju seperti ini untuk menggodaku, pikir Reno. Mata Reno mulai menelusuri tubuh Risna dari bawah sampai bagian atas hingga tampaklah bagian dadanya yang sedikit terbuka akibat ikatan bathrobe yang longgar. Reno meneguk ludah kasar akibat matanya melihat pemadangangan indah yang ada di hadapannya. Sontak ada bagian tubuhnya yang mengeras akibat pemandangan tersebut. Oh my god, kenapa kamu terlalu mudah bereaksi boy? Omelnya.

Reno bergerak mendekati Risna hendak memperbaiki bathrobe bagian bawah agar paha gadis itu tak terekspos, namun saat tangannya menyentuh bathrobe tiba-tiba Risna membuka mata dan menjerit.

"Aaaaaaah... mas mau ngapain?" Tanya Risna dengan pandangan takut.

Reno menatap lama sang istri tanpa mengucapkan apapun. Perlahan Reno berlutut di samping sofa. Tangannya memegang ujung bathrobe yang dipakai Risna.

"Mas... "

"Kurasa kamu mencoba menggodaku dengan pakaianmu itu. Sayangnya kamu harus kecewa, karena tubuhmu tak membuatku bergairah. Jadi jangan berharap aku akan memberikan nafkah batin untukmu." Reno menutup paha Risna yang terbuka. "Perbaiki bajumu. Aku akan meminta Aretha meminjamkan bajunya."

Lalu Reno menjauh dari Risna yang masih tercekat dengan kejadian yang baru saja terjadi. Ia buru-buru duduk dan merapikan bathrobenya serapat mungkin. Sementara itu Reno menghubungi Aretha dengan ponselnya.

"Mas mau sarapan di restaurant atau mau diantar ke kamar?" tanya Risna dengan ragu.

"Aku mau sarapan di apartemen Sandra. Kalau nanti kamu mau pulang, ikut saja dengan mommy."

"Kalau ditanyain sama om dan tante, aku harus bilang apa?"

"Bilang saja ada urusan kantor."

"Mas Reno suruh aku berbohong pada mereka? Maaf, aku nggak mau mas."

"Kalau begitu terserah kamu saja mau bilang apa. Sebentar lagi Aretha akan kesini untuk mengantar baju. Aku mau mandi," ucap Reno ketus.

Risna tak menyahuti ucapan Reno. Ia terlalu lelah untuk menjawab. Akhirnya ia memilih menyiapkan baju dan membuatkan minuman hangat untuk Reno. Karena tak tahu apa minuman kesukaan Reno, akhirnya Risna membuatkan teh dan kopi tanpa gula.

Tak lama Reno keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Rambutnya masih terlihat basah. Risna meneguk ludah saat melihat tubuh setengah telanjang di depan matanya. Saat itulah ia melihat kissmark di leher Reno. Ia tahu siapa yang melakukan itu. Hatinya terasa sakit. Ia memang belum mencintai pria tersebut, namun harga dirinya sebagai seorang istri tergores karenanya.

"Mas, aku siapkan minuman. Aku nggak tahu apa kesukaanmu. Jadi aku buatkan teh dan kopi," ucap Risna datar sambil menekan rasa sakit hatinya.

"Tambahkan satu sendok teh gula pasir ke kopi itu. Tehnya buat kamu saja," sahut Reno sambil mengeringkan rambutnya.

Setelah melakukan apa yang Reno minta, Risna bergegas ke balkon. Ia tak mau atau lebih tepatnya tak berani melihat suaminya berpakaian. Namun baru saja sampai balkon tiba-tiba Reno memanggilnya.

"Ada apa mas?" Risna menghampiri Reno yang masih memakai handuk.

"Kamu punya concealer?" Risna mengangguk. "Aku pinjam."

Setelah memberikan apa yang Reno inginkan, Risna memutuskan tetap berada di ruangan sambil memainkan ponselnya. Itu ia lakukan agar tak perlu melihat tubuh telanjang Reno.

Sementara itu Reno memasangkan concealer untuk menutupi kissmark yang semalam ditinggalkan Sandra. Ia tersenyum mengingat kebersamaan tadi malam.

FLASHBACK ON

"Hai Ren," sapa Sandra saat dilihatnya Reno berada di bar hotel.

"Hai sayang," balas Reno. Ia meraih tubuh Sandra dan mengecup cepat bibir kekasihnya.

"Mana istrimu?" Tanya Sandra dengan suara manja.

"Entahlah."

"Ck...ck..ck.. Kamu tinggalkan dia begitu saja di malam pertama kalian?" Tanya Sandra pura-pura prihatin.

"Kamu nggak usah pura-pura prihatin, sayang. Bukankah kamu yang mengajakku bertemu?" Reno balik bertanya. "Lagipula untuk apa kuajak wanita itu kesini. Untuk melihat kita bermesraan?"

Sandra tertawa kecil mendengar ucapan Reno. Ia masih mengingat bagaimana saat Reno mengajaknya menikah namun ia menolaknya. Namun rupanya hatinya tak rela saat akhirnya Reno memilih mengikuti keinginan sang kakek. Pernikahan yang mendadak diadakan membuatnya merasa kehilangan Reno. Bukan karena ia mencintai pria itu, namun ia merasa tak rela bila harus melepasnya begitu saja. Apalagi ia memang membutuhkan Reno semata agar karirnya berjalan lancar. Ia tak memungkiri kedekatannya dengan Reno karena networking yang dimiliki oleh pria itu. Ternyata Reno tertarik padanya melebihi ekspektasinya. Reno mulai memperlakukannya seperti seorang kekasih, walau tak pernah terucap kata cinta. Dan akhirnya hubungan mereka lama kelamaan sudah selayaknya sepasang kekasih.

"Kamu mau ngobrol disini atau mau ke apartemenku?" bisik Sandra. "Aku khawatir ada keluargamu yang melihat kebersamaan kita."

"Kamu yakin mengajakku ke sana?" Reno balik bertanya sambil tersenyum menggoda.

"Kenapa tidak? Kita kan sudah biasa menghabiskan waktu bersama. Justru yang ingin kutanyakan adalah apakah kamu tidak ingin menghabiskan malam ini dengan istrimu yang cantik?"

"Aku nggak mau memikirkan dia. Aku hanya ingin menghabiskan malam ini bersamamu seperti biasa," bisik Reno mesra. Saat itu tiba-tiba ponselnya berbunyi. BIAN.

"Halo Ren, elo dimana? Elo dicariin tante Anggita. Buruan balik kesini kalau nggak mau dicoret dari kartu keluarga!" Terdengar suara Bian di seberang sana.

Reno tak menjawab.

"Ren, kalau elo nggak balik juga, istri lo gue culik," ancam Bian. Reno langsung memutus panggilan tersebut.

"Siapa? Istrimu?" Tanya Sandra.

"Bukan. Tadi Bian yang menelpon. Bagaimana kalau kita makan malam di resturant favorit kita?" Ajak Reno.

"Atau kita pesan makanan dari apartemenku?"

"Lebih baik kita ke restaurant saja. Aku ingin ngobrol." Sandra menelan kekecewaannya. "Setelah itu baru kita ke apartemenmu."

Setelah makan malam, mereka berdua kembali ke apartemen Sandra dan bercumbu seperti biasa. Namun Reno bisa merasakan Sandra lebih agresif daripada biasanya.

"San... aah... jangan disitu," cegah Reno saat Sandra menghisap lehernya seperti vampire kehausan.

"Kenapa?" Tanya Sandra tak suka. "Aku hanya ingin menegaskan pada istrimu kalau kamu itu milikku."

"I-iya... tapi.. " Reno tak bisa berbicara lagi saat Sandra meninggalkan kissmark disana bersamaan dengan tangan nakalnya menyentuh senjatanya.

"Ren, I really want you now," bisik Sandra dengan suara seksi yang dibalut gairah.

"I know.. but, aaah... shit! Tanganmu nakal sayang," balas Reno sambil mendesah akibat gelombang gairah mulai melandanya. Tangannya pun mulai menjelajah tubuh Sandra.

Keduanya asyik bercumbu hingga...

"Aku menginginkanmu di dalamku, Ren. Kamu milikku, bukan milik wanita itu," ucap Sandra sambil terus menciumi tubuh Reno.

Mendengar ucapan Sandra, tubuh Reno tersentak. Sontak ia mendorong tubuh Sandra yang sudah setengah telanjang. Istri! Kata-kata itu mampu mengembalikan kesadarannya.

"Kenapa berhenti?" Suara Sandra terdengar kecewa.

"Aku nggak bisa melakukan lebih dari ini kecuali kamu mau menjadi istriku," Reno bangkit dan mulai memakai pakaiannya. Ia menatap tubuh bagian atas Sandra yang sudah terbuka. Ia tak bisa pungkiri tubuh wanita ini sangat menggoda imannya.

FLASBACK OFF