Mata Risna mengerjap berusaha menyesuaikan dengan kondisi kamar yang gelap. Siapa yang mematikan lampu? Perasaan tadi malam lampu nggak gue matiin, tanyanya dalam hati. Apakah mas Reno yang mematikan? Risna mengambil ponsel untuk melihat jam. Masih pukul 4 pagi. Ia mencoba mengingat-ingat jam berapa Reno minta dibangunkan. Oh iya jam 5. Masih banyak waktu.
Lalu Risna membuka aplikasi notes di ponselnya dan mencatat apa saja yang ia butuhkan untuk kamar mungilnya ini. Nanti ia akan pulang ke rumah opa dan mengambil pakaian serta barang-barangnya. Namun mengingat kamarnya tak terlalu besar sepertinya ia hanya bisa membawa beberapa barang saja.
Setengah jam kemudian, Risna memutuskan untuk mandi. Berhubung di dalam kamar ini tidak ada kamar mandi, lebih baik gue mandi dulu. Ya ampun, gue lupa. Handuk gue ada di kamar mas Reno. Risna menepuk keningnya sendiri. Apakah sebaiknya gue tunggu mas Reno bangun untuk mengambil handuk? Tapi gue malas banget kalau ditanya-tanya kenapa mandi subuh-subuh. Aaah ribet banget sih hidup bersama om-om narsis itu. Gue ambil aja deh mumpung orangnya tidur, pikir Risna. Semoga kamarnya nggak dikunci. Untunglah kali ini semesta berpihak padanya. Pintu kamar utama tidak terkunci.
Pelan-pelan Risna masuk ke kamar dan dilihatnya kamar berantakan. Pakaian, handuk, bahkan pakaian dalam tergeletak di lantai kamar. Sambil menghela nafas keras, Risna memunguti semuanya satu persatu. Saat mengambil boxer yang tergeletak di lantai, Risna tercekat. Boxer.... apakah itu artinya Reno tidur tanpa menggunakan apapun? Ya tuhan, untung saja gue tidak tidur seranjang dengannya. Bayangkan bila gue tidur kemudian ada pentungan menyenggol dirinya. Risna bergidik membayangkan hal tersebut. Ia menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan bayangan tersebut.
Setelah memunguti semuanya dan menaruhnya di keranjang baju, Risna masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil handuk dan peralatan mandinya. Rupanya tanpa sengaja Risna menyenggol botol shampo hingga jatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi yang cukup keras. Dasar Risna bego, hati-hati dong kalau ambil barang, makinya pada diri sendiri.
Rupanya suara benda jatuh membuat Reno terbangun. Matanya mengerjap mencoba menyesuaikan dengan kegelapan yang menyelimuti kamar. Setelah beberapa saat ia mulai terbiasa dengan suasana kamar yang gelap. Ia mencoba menajamkan pendengarannya dan ia dapat mendengar pergerakan di dalam kamar mandi. Siapa itu? Apakah ada pencuri masuk ke dalam kamarku? tanyanya. Reno hendak turun dari ranjang namun menyadari dirinya telanjang bulat. Ia mencoba mencari-cari pakaiannya yang tadi malam ia biarkan tergeletak di lantai namun tak ditemukan. Semalam ia tak mampu menahan gairahnya dan memuaskan dirinya sendiri hingga lemas dan akhirnya tertidur.
"Siapa?" tanya Reno galak. Ia membuka selimut bersiap menyerang si penyusup bila diperlukan.
Risna yang berada di dalam kamar mandi menghentikan kegiatannya. Yaelah kenapa sudah bangun sih? Pasti gara-gara botol sampo yang jatuh tadi. Pelan-pelan Risna keluar dari dalam kamar mandi.
"Ini aku mas." ucap Risna namun tak lama ia langsung membelakangi Reno. Walau gelap ia bisa melihat Reno yang duduk di pinggir ranjang dan pastinya naked. Aiih.. mata gue hampir zina, batin Risna.
"Risna? Ngapain kamu kesini? Kamu mau memperkosa aku?" Tanya Reno absurd untuk menutupi rasa malu karena dirinya naked. Ia langsung buru-buru menutupi senjata pamungkasnya dengan selimut.
"Astaga, ngapain juga aku memperkosa kamu mas. Justru aku yang dalam bahaya berdua denganmu di dalam kamar ini," jawab Risna kesal.
"Lalu ngapain kamu masuk kesini? Kepengen banget liat aku tidur? Atau kamu mau mencuri?" Tanya Reno lagi.
"Dih amit-amit deh! Aku masuk kesini mau ambil handuk dan peralatan mandiku," balas Risna kesal.
"Kenapa nggak mandi di dalam sini?"
"Takut diperkosa mas Reno!" Sahut Risna asal sambil berjalan keluar kamar meninggalkan Reno yang mulai terbakar emosi karena jawaban Risna.
Sebelum Risna sampai di pintu kamar, Reno berdiri dari ranjang dan menarik tangan Risna.Akibatnya semua barang yang dipegang Risna terjatuh dan Risna berada dalam pelukan Reno yang masih dalam keadaan polos.Tubuh Risna bagaikan tersetrum listrik ribuan volt saat tubuh telanjang itu menempel pada tubuhnya. Ya tuhan, jangan sampai gue pingsan gara-gara kejadian ini, doanya sambil memejamkan matanya.
"Apa kamu bilang?" Bisik Reno dengan suara mengancam. Ia benar-benar lupa kalau dirinya dalam keadaan polos. "Kamu takut aku perkosa? Kamu lupa kalau sekarang kamu adalah istriku dan aku berhak atas tubuhmu."
Tubuh Risna merinding diikuti gelenyar aneh saat Reno berbisik di telinganya. Nafas hangat dan suara serak khas bangun tidur membuatnya menahan nafas. Bagaimana tidak, tubuh mereka menempel sempurna. Bahkan ia bisa merasakan tubuh bagian bawah Reno yang menempel pada tubuhnya
"Mas, kamu.."
"Apa? Kamu mau bilang kalau aku tidak boleh melakukan ini?" Tanya Reno sambil mengecup leher istrinya.
Suatu kesalahan yang cukup fatal karena wangi tubuh Risna yang masuk ke indera penciumannya malah menimbulkan sensasi tersendiri bagi Reno. Belum lagi desahan kaget yang lolos dari mulut Risna. Tak ayal lagi itu semua membuat tubuhnya bereaksi. Niat awalnya menggoda Risna, malah dirinya yang tergoda dan ingin mengulangi kecupan itu. Kini Reno semakin berani, ia tak hanya mengecup namun menyesapnya kuat dan meninggalkan kissmark disitu. Bahkan tangannya mulai nakal mengelus punggung Risna.
"Maasss... aaah.." Risna hanya bisa mendesah saat Reno melakukan itu semua. Tubuhnya benar-benar mengkhianatinya. Risna yang seumur hidup belum pernah pacaran dan disentuh dengan intim oleh pria, secara naluri mengeluarkan reaksi yang mampu menggugah kelelakian Reno. Tanpa diperintah, senjata pamungkasnya terbangun dan mengeras.
Shit! Kenapa tubuhku mudah sekali bereaksi terhadap gadis ini. Padahal saat bersama Sandra reaksinya tidak secepat ini.
"Mas.. i-itu... anu... eeeh.... eemhh." Risna kembali mendesah saat tangan Reno meremas b****gnya sambil kembali menyesap leher Risna. Kaki Risna mulai terasa lemas, apalagi saat senjata pamungkas Reno menyentuh pahanya. Tak lama kemudian pandangan Risna menggelap dan ia terkulai lemas di dalam pelukan Reno.
Reno terkejut saat Risna terkulai lemas dalam pelukannya. Ia menatap wajah Risna yang matanya terpejam. Apakah gadis ini pingsan? Sial, kenapa baru begitu saja ia sudah pingsan. Bagaimana kalau aku merenggut keperawanannya, omel Reno sambil mengangkat tubuh Risna dan meletakkannya di atas ranjang.
Reno membuka lemari dan mengambil celana pendeknya lalu memakainya. Ia tak ingin gadis ini kembali pingsan saat melihat tubuh telanjangnya. Setelah itu Reno mencari minyak angin. Ternyata tak ada. Mampus, gue musti minta ke mommy. Pasti mommy akan marah melihat Risna pingsan. Akhirnya Reno memutuskan menelpon Aretha.
"Tha, sudah bangun?" Tanya Reno tanpa basa basi.
"Sudah mas. Lagi mau siap-siap shalat subuh. Kenapa mas?" Tanya Aretha bingung.
"Kamu punya minyak angin?"
"Minyak angin? Ada. Buat apa? Mas Reno masuk angin? Atau mbak Risna yang masuk angin? Iiih gara-gara tidur gak pake baju ya?" Aretha terkikik di ujung sana.
"Nggak usah banyak tanya. Bawa aja kesini. Jangan bilang sama mommy ya."
"Nanti ya mas habis shalat subuh."
"SEKARANG RETHA!" ucap Reno kesal.
"Iiih nangungg mas. Shalat subuh kan nggak lama."
"Shalat subuh disini aja!" Perintah Reno.
"Mas Reno kenapa sih? Aneh banget."
"Buruan kesini! Risna pingsan!'
"APA?! RISNA PINGSAN?! Oke, oke... Retha kesana."
Retha buru-buru melepas mukenanya dan bergegas keluar rumah. Di pintu keluar ia bertemu Anggita yang baru dari dapur.
"Kamu mau kemana Tha? Jangan ganggu kakakmu dan istrinya."
"KAK RISNA PINGSAN MOM!" Retha lupa seharusnya ia merahasiakan hal ini dari Anggita.
"Pingsan? Risna pingsan? Kenapa bisa..... aaah ini pasti ulah si Reno." Anggita buru-buru kembali ke kamar dan memberitahu Bimo tentang pingsannya Risna. Akhirnya setelah shalat subuh, mereka menyusul Aretha ke paviliun.
⭐⭐⭐⭐