"Reno, kamu apain istrimu sampai pingsan begini?" Tanya Anggita kesal sekaligus bingung.
"Nggak Reno apa-apain mom. Sumpah!" Jawab Reno sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ren, kalau sama anak perawan pelan-pelan. Jangan asal terabas," nasihat Bimo.
"Reno nggak asal terabas kok dad," jawab Reno tak terima disalahkan. "Lagian Reno belum ngapa-ngapain dia. Baru juga cium dikit. Beneran, Reno nggak bohong!" Ucap Reno saat Anggita menatapnya curiga.
"Ini apa?" Tanya Anggita sambil menunjuk kissmark di leher Risna.
"Eeeh... itu cuma di... Aduh, duh, duh, duh.. kok dicubit mom?"
"Untung saja tante Alena dan om Ben sudah nggak ada. Bagaimana pertanggungjawaban mommy kalau mereka tahu anaknya pingsan akibat ulahmu." Omel Anggita setelah mencubit pinggang Reno.
"Wajar sih kalau kamu nggak bisa menahan diri. Usiamu sudah nggak muda lagi, bahkan mungkin saat kamu kuliah di luar negeri kamu pernah melakukan itu. Tapi Risna benar-benar masih polos, Ren," nasihat Bimo. "Kamu harus pelan-pelan. Kalau perlu kamu ajarin secara bertahap."
"Kata siapa dia masih polos? Dia kan besar di Australia, yang kehidupannya lumayan bebas. Mungkin saja dia sudah nggak perawan, tapi dia pura-pura pingsan supaya disangka masih polos," ucap Reno seenaknya. Akibatnya sebuah cubitan dari sang mommy mampir di lengannya.
"Jangan sembarangan kalau ngomong!" Omel Anggita. Sementara itu Aretha berusaha menyadarkan Risna. Setelah beberapa saat akhirnya gadis itu mulai sadar.
"Kak, kakak sudah sadar?" Tanya Aretha cemas.
"Aku kenapa mbak?" Tanya Risna pelan setelah kesadarannya pulih. Ia heran melihat ada Anggita, Bimo dan Aretha.
"Kamu pingsan. Dasar lemah!" Desis Reno pelan namun masih terdengar oleh Risna yang langsung menundukkan kepalanya. Sial, kan dia yang membuatku pingsan!
"Kamu kenapa pingsan sayang?" Tanya Anggita sambil membelai rambut Risna.
"Aku pingsan?" Semuanya, kecuali Reno, mengangguk. "Oh mungkin karena aku masih kecapekan mom. Aku terlalu excited sampai nggak bisa tidur. Aku baru bisa memejamkan mata jam setengah 3 tadi dan jam setengah 5 sudah bangun lagi."
"Excited?" Tanya yang lain serempak sambil menoleh ke arah Reno.
"Apaan sih?!" Tanya Reno bingung. Risna menyadari ada kesalahpahaman atas ucapannya barusan.
"Risna terlalu excited membereskan rumah ini dan terlalu bahagia karena mendapatkan keluarga baru seperti kalian." Ya tuhan, maafkan hamba yang lagi-lagi harus berbohong, batin Risna.
"Nggak usah bohong kak Ini pasti gara-gara mas Reno yang menyerang kakak. Mentang-mentang pengantin baru. Tuh buktinya," ucap Aretha sambil menunjukkan kissmark di leher Risna.
"Nak, bilang saja terus terang pada suamimu kalau kamu belum siap," ucap Anggita lembut. "Walaupun opa, kakek dan kami menginginkan kalian cepat memiliki keturunan, tapi kami bisa mengerti kalau kamu belum siap. Pelan-pelan saja."*
"I-iya mom."
"Sekarang apakah kamu masih pusing?" Tanya Bimo.
"Nggak dad. Terima kasih," sahut Risna sambil bergerak hendak turun dari ranjang.
"Eeeh.. kamu mau kemana?" Tanya Anggita panik.
"Mau shalat mom."
"Ren, angkat istrimu ke kamar mandi. Temani sampai dia selesai berwudhu!" Perintah Anggita.
"Kok Reno?"
"Kalau bukan kamu lalu siapa? Nggak mungkin mommy menyuruh daddy-mu yang menemani Risna."
"Tapi mom.... "
"Nggak apa-apa kok. Risna sudah segar dan bisa jalan sendiri ke kamar mandi." Risna mencoba berdiri, namun tak jadi karena sepasang tangan kekar memgangkatnya. Ya, akhirnya Reno menuruti keinginan Anggita karena sudah mendapat pelototan dari ibu suri.
⭐⭐⭐⭐
"Mas, kamu mau pakai baju yang mana?" Tanya Risna setelah semua orang kembali ke rumah. "Oh iya, sarapannya mau salad, sandwich, atau nasi?"
"Kamu cerewet banget!" Omel Reno yang baru selesai olahraga. Tampak keringat membasahi tubuhnya yang menggunakan celana pendek dan kaos tanpa lengan.
Risna melihat pemandangan itu lalu buru-buru membuang pandang. Ia masih teringat apa penyebab ia pingsan.
"Maaf, mas," balas Risna pelan. Sumpah, kenapa sih gue nggak bisa kayak Ima, omelnya pada dirinya sendiri. Baru kali ini Risna menyesali sifat sang mama yang menurun padanya.
"Buatin aku kopi dan salad saja. Aku ada janji sarapan dengan Sandra. BURUAN!" Perintah Reno. Sandra lagi, Sandra lagi. Benar-benar apes nasib gue. Kalau kayak begini, gue harus bisa membujuk dia untuk mengijinkanku bekerja di kantor mommy, batin Risna.
Tanpa banyak kata Risna menyiapkan sarapan yang diminta oleh Reno. Setelah selesai, ia mengetuk pintu kamar Reno namun tak ada jawaban. Ia mencoba menggerakkan handle pintu. Tak terkunci. Pelan-pelan ia masuk dan langsung menuju walking closet milik Reno. Ia pilihkan pakaian untuk dipakai sang suami. Setelah itu ia berniat buru-buru keluar agar tak bertemu dengan Reno. Namun sayang, niatnya tak kesampaian. Baru saja ia membalik badan, Reno membuka pintu kamar mandi dan keluar hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. Lagi-lagi Risna teringat kejadian sebelumnya. Ya ampun, apa boleh punya badan sebagus itu? Risna hanya mampu melirik dan buru-buru melangkah, namun tangannya ditahan oleh Reno.
"Ngapain kamu masuk ke kamarku? Mau menggodaku? Atau melanjutkan yang subuh tadi?" Tanya Reno sambil berbisik di telinga Risna.
"Eeengh... nggak mas. Aku cuma mau siapin baju mas Reno. Mas Reno nanti mau ke kantor kan setelah sarapan dengan mbak Sandra?" Cicit Risna sambil terus menundukkan pandangannya ke lantai.
"Kalau bicara denganku, angkat kepala dan tatap mataku!" Perintah Reno. Risna tersentak mendengar perintah tersebut. Mana mungkin gue berani menatap dia, bisa-bisa gue pingsan lagi. "RISNA, LIHAT AKU!"
Mau tak mau Risna mengangkat pandangannya dan menatap ke arah belakang kepala Reno. Ia masih tak berani menatap mata suaminya.
"Kamu tahukan kalau aku pagi ini mau bertemu dengan Sandra?"
"I-iya mas."
"Kamu tidak melarangku? Kenapa?"
"Nggak mas. Karena sejak awal aku tahu kalau mas Reno tidak menginginkan pernikahan ini. Dan mas Reno tidak pernah berniat menjadikan diriku sebagai permaisuri di hatimu." Shit, gue kelepasan. Dia pasti bingung bagaimana aku bisa tahu semua itu. Dasar Risna bego, omelnya.
"Hmm... ucapanmu tepat. Tapi darimana kamu tahu semua itu? Sepertinya aku belum pernah membahas hal ini denganmu. Bahkan aku nggak pernah bilang kalau Sandra kekasihku," ucap Reno heran.
"Mas Reno pernah kasih tahu Risma mengenai hal ini dan Risma menceritakannya padaku," jawab Risna. Fiuuh untung gue bisa berkelit, batin Risna.
"OH." Hanya itu reaksi Reno. Dasar kanebo kering.
"Mas, sebaiknya mas kasih tau orang tua kalau memang mau menikah lagi," usul Risna. "Agar tak terjadi salah paham."
"Kamu mau aku dicoret dari kartu keluarga?!"
"Bu-bukan begitu maksudnya mas. Tapi kalau seandainya mas Reno tidak memperkenalkan dia kepada kedua orang tua mas Reno, kasihan mbak Sandra. Nanti tidak disayang oleh mereka."
"Kamu ini beneran polos atau pura-pura polos sih?" Tanya Reno kesal. "Mommy tuh nggak suka sama dia. Mana mungkin aku meminta ijin untuk menikahi Sandra. Dasar tolol!"
"Hmm... mas, karena mas Reno tidak menginginkan pernikahan ini dan mungkin saja pernikahan kita nggak akan bertahan lama, bolehkan aku mempersiapkan diriku menghadapi hal itu?"
"Apa maksudmu?"
"Mas Reno tahu kan kalau opa Steven membenciku karena mengingatkannya pada mama Alena. Aku sadar aku tak bisa menggantungkan hidupku pada opa seandainya kita berpisah nanti. Bahkan mungkin saja opa akan menyalahkan diriku bila terjadi perpisahan. Aku juga nggak mau menggantungkan hidupku pada orang lain. Makanya aku ingin bekerja."
Reno terdiam mendengar ucapan Risna. Kenapa hatinya terasa aneh saat mendengar ucapan Risna. Tak dipungkiri hatinya ikut sedih membayangkan nantinya gadis itu harus hidup sendiri apabila mereka berpisah.
"Bagaimana mas?"
"Oke, aku ijinkan kamu bekerja di perusahaan mommy dengan syarat kamu tetap mengurusku dan rumah ini."
"Mas Reno mengijinkan aku bekerja? Beneran mas?" Tanya Risna tak percaya. Ia pikir akan sulit membujuk Reno. "Terima kasih mas."
Risna yang terlalu bahagia langsung memeluk Reno. Ia lupa, suaminya masih belum berpakaian. Akibatnya, handuk yang dipakai Reno terjatuh ke lantai dan terpampanglah dengan jelas tubuh telanjang sang suami.
"Ma - maaf mas," ucap Risna sambil melepaskan pelukannya. Namun rupanya senjata Reno memang sangat sensitif terhadap tubuh Risna. Reno menyadari hal itu dan kali ini ia tak ingin menyiksa dirinya sendiri. Dia milik gue dan gue berhak atas tubuhnya.
⭐⭐⭐⭐⭐