Chereads / TERPAKSA MENCINTAIMU / Chapter 26 - MAKAN MALAM

Chapter 26 - MAKAN MALAM

Acara makan malam berjalan dengan lancar. Mereka menyukai salad buah yang dibuat oleh Risna. Wajah gadis itu berseri-seri saat makanan buatannya dipuji oleh seluruh keluarga Bimo dan Anggita. Bahkan Aretha berniat membuka PO salad buah.

"Kak, salad buahnya enak banget. Nanti kita open PO ya. Aku akan tawarkan ke teman-temanku," ucap Aretha setelah mencoba salad buah tersebut.

"Panggil Risna aja. Kayaknya selisih umur kita nggak jauh kan? Malahan seharusnya aku yang memanggilmu dengan sebutan mbak Retha."

"Tapi kamu kan kakak iparku. Jadi aku harus panggil kamu kak Risna." Sahut Aretha kekeuh. Karena ia tahu bagaimana kebiasaan dalam keluarganya.

"Kalian ngapain sih ngeributin hal nggak penting kayak gitu?" Potong Reno kesal. "Berisik!"

"Ren, kok jadi kamu yang marah?" Tegur Anggita sambil menatap heran anaknya. "Sejak pulang tadi, mommy lihat muka kamu suntuk banget. Kenapa? Kamu nggak suka mommy minta kalian tinggal disini?"

"Mungkin mas Reno masih capek, mom. Mas Reno kurang istirahat karena tadi pagi kan sudah ke kantor" bela Risna.

"Beneran ke kantor mas?" Tanya Aretha. Reno langsung menatap tajam adiknya.

"Sudah, sudah. Di meja makan nggak usah berantem. Mengganggu selera makan daddy." Kali ini Bimo yang menegur. Yang lain langsung terdiam dan melanjutkan makan malam dengan tenang.

"Ren, kalau istrimu mau bekerja kamu ijinkan nggak?" Tanya Anggita.

"Bekerja? Buat apa dia bekerja? Dia kan tinggal menikmati apa sudah disediakan," jawab Reno. "Istri tuh duduk manis aja di rumah. Urus rumah dan kebutuhan suami. Nggak usah sibuk kelayapan di luar sana."

"Mas Reno kuno nih! Istri itu bukan babu, mas. Lagipula wanita bekerja bukan semata untuk mencari uang, tapi sebagai eksistensi mereka. Apalagi kalau si istri mengenyam pendidikan yang tinggi," sahut Aretha.

"Kalau istri bekerja, bagaimana dengan urusan rumah, suami dan anak? Bukankah akan terbengkalai?" balas Reno tak mau kalah.

"Ih, mas Reno benar-benar kuno ya. Persis opa Steven. Mas lupa, mommy tuh wanita karir bahkan pengusaha, tapi mommy nggak pernah lalai mengurus keluarga dan rumah tangga," balas Aretha tak mau kalah. "Wanita berkarir itu bukan sekedar ingin menunjukkan eksitensinya, tapi juga mempersiapkan masa depannya. Misalnya saja dia terpaksa bercerai atau suaminya meninggal. Kan nggak ada jaminan pernikahan akan bertahan selamanya. Apalagi kalau si suami selingkuh."

Reno menatap tajam Aretha. Ia tahu adiknya ini menyindir dirinya. Apakah ia melihat kejadian saat resepsi kemarin?

"Memang nggak salah kamu memilih kuliah hukum. Susah berdebat sama kamu. Selalu ada saja jawabannya," ucap Bimo sambil mengacak rambut Aretha dengan sayang.

"Iya dong dad. Menjadi istri memang harus patuh pada suami. Tapi menjadi istri bukan berarti dia kehilangan jati dirinya. Mommy adalah salah satu contoh sukses istri, ibu rumah tangga dan wanita karir. Menjadi wanita karir tidak melulu berarti wanita tersebut menuntut kesamaan kedudukan dan hak. Pria dan wanita memiliki kedudukan dan hak serta kewajiban yang sudah diatur. Selama ada komunikasi dan pengertian di antara keduanya, maka seorang wanita bisa menjadi seperti mommy. Tapi memang sulit sih kalau suaminya kaku dan alpha man kayak mas Reno."

Risna menjadi serba salah karena diskusi yang memanas secara tidak langsung diakibatkan oleh dirinya. Ia merasa tak nyaman, apalagi saat dirasakannya tatapan tajam Reno ke arahnya.

"Mbak Retha, benar-benar mau open PO untuk salad buah?" Risna mencoba mengalihkan pembicaraan. Untunglah ia berhasil. Aretha langsung semangat membahas hal tersebut.

"Mom, bolehkah Risna pulang sebentar ke rumah opa?" Tanya Risna saat ikut merapikan sisa-sisa makan malam. Ia terlihat begitu cekatan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Len, kamu pasti senang melihat anakmu tumbuh menjadi wanita seperti Risna, batin Anggita.

"Ada apa? Apakah opa Steven memanggilmu?"

"Nggak mom. Risna mau pamitan dan mengucapkan terima kasih kepada mereka karena sudah mau menerima kami. Sekalian Risna mau ambil barang-barang yang masih ada disana."

"Mau mommy temani? Sekalian mommy mau bawakan makanan untuk mereka. Opa dan oma mu itu paling senang puding roti buatan mommy."

"Memangnya mommy nggak sibuk?"

"Kamu lupa, mommy kan bosnya." Keduanya tertawa bersama. Hal itu tak luput dari pandangan Reno. "Setelah itu mommy mau ajak kamu melihat-lihat kantor. Bagaimana?"

"Kantor? Tapi mom, mas Reno kan nggak mengijinkan Risna bekerja."

"Tenang saja, biar nanti mommy yang bujuk dia supaya mengijinkanmu bekerja," bisik Anggita sambil merangkul bahu Risna.

Reno kembali ke paviliun tanpa menunggu Risna selesai. Sesampainya di paviliun ia menelpon Sandra dan asyik berbincang dengan kekasihnya. Saking asyiknya ia tak menyadari kehadiran Risna. Dalam diam Risna masuk ke dalam kamar dan mengambil baju tidur yang ia pinjam dari Aretha. Setelah selesai berganti baju, Risna melaksanakan kewajibanya sebagai muslim. Meskipun ia dibesarkan di Australia, namun neneknya selalu mengajarkan ilmu agama kepadanya. Sebisa mungkin ia tak meninggalkan 5 kewajiban dalam sehari. Selesai shalat, Risna melangkah keluar kamar.

"Mau kemana kamu?" Tanya Reno yang rupanya sudah mengakhiri pembicaraannya dengan Sandra.

"Mau tidur di kamar sebelah. Biar mas Reno tidurnya nggak terganggu."

"Kenapa nggak tidur di sofa ini saja?" tanya Reno. Sialan, dia nyuruh aku tidur di dalam kamar ini tapi di sofa. Dasar cowok egois! maki Risna di dalam hati

.

"Tiap hari tidur di sofa lama-lama pegal juga mas," jawab Risna.

"Memangnya kamar sebelah ada selimutnya?" tanya Reno sambil mengikuti Risna menuju kamar yang lebih kecil yang ada di paviliun tersebut.

Kamar itu berukuran 2x3 meter dan lebih pantas ditempati oleh asisten rumah tangga. Reno memperhatikan kamar tersebut. Di dalamnya ada tempat tidur berukuran 100x200, sebuah lemari satu pintu dan sebuah meja. Setelah melihat kamar tersebut, Reno kembali ke kamarnya. Risna tak mempedulikan hal tersebut. Ia segera memasang sprei yang ada di dalam lemari. Untunglah ada bantal dan guling. Dia tak terbiasa tidur tanpa memeluk guling. Setelah selesai merapikan kamar tersebut, Risna merebahkan diri. Aaah.. akhirnya gue bisa merebahkan badan dengan proper. Pokoknya malam ini gue mau istirahat. Terserah Reno mau ngapain. Gue nggak peduli.

Baru saja hendak memejamkan mata, tiba-tiba pintu kamarnya diketok. Mau ngapain sih si kanebo kering? Dengan kesal Risna membuka pintu. Kali ini ia sengaja tak mau memasang muka manis di hadapan suaminya. Gue capek pura-pura terus dari kemarin.

"Ada apa mas?" 

"Ini." Reno menyerahkan selembar selimut tanpa banyak kata. Dasar cowok aneh!

"Thank you mas!" ucap Risna lalu menutup pintu dan kembali merebahkan dirinya,

"Ris, jangan lupa besok pagi bangunkan aku jam 5 pagi," seru Reno dari balik pintu. Risna tak menyahut karena ia sudah terlelap di alam mimpi.

Reno tak langsung pergi dari depan pintu. Setelah beberapa saat pelan-pelan ia membuka pintu kamar Risna dan masuk ke dalamnya. Ia mengamati sang istri. Dilihatnya Risna yang sudah tertidur. Dasar pelor. Lalu pandangannya tertuju pada bibir merah muda Risna. Lagi-lagi tubuhnya mengkhianatinya. Reno buru-buru keluar dari kamar sebelum gairah mulai menguasai dirinya. Gue kenapa sih? Masa lihat bibirnya bikin gue turn on? Reno langsung mengalihkan pikirannya pada Sandra dan berharap mampu melupakan bibir Risna. Namun itu bukan hal mudah. Dirinya teringat kembali ciumannya dengan Risma. Apakah rasa bibirnya sama dengan bibir Risma? tanya Reno. Pada akhirnya Reno menyerah. Setiap memejamkan mata, tubuh mulus dan bibir Risna muncul di pikirannya. Setelah mencoba berkali-kali dan gagal, akhirnya Reno memilih memuaskan dirinya sendiri sambil menjadikan istrinya sebagai obyek fantasi liarnya

.

⭐⭐⭐⭐