Risna memasuki kamar yang gelap. Hmm apakah Reno belum kembali ke kamar? Lalu kemana dia? Risna menyalakan lampu kamar. Dilepasnya highheels yang sedari tadi sudah menggigit tumitnya. Ia memeriksa tumitnya. Lecet. Risna membuang sembarang highheels tersebut. Lalu ia membanting diri di atas ranjang yang empuk. Ya tuhaaan.. nikmat sekali rasanya tidur di atas ranjang empuk ini. Tadi siang ia hanya bisa terlelap sebentar di sofa. Ah, mumpung nggak ada siapa-siapa lebih baik aku tiduran sebentar, pikir Risna.
Rupanya Risna benar-benar kelelahan. Bahkan ia tak terbangun saat Aretha membunyikan bel kamarnya. Masih dalam gaun pengantin dan rambut yang tergelung, Risna terlelap. Seminggu ini bukan hanya Risma yang sibuk dengan pernikahan. Dirinya pun terseret-seret bahkan dipaksa melakukan pemotretan gaun pengantin bersama Reno. Belum lagi psikisnya yang lelah karena harus menjaga rahasia penyamarannya.
"Lho Tha, kok kamu kesini? Tadi kan mommy suruh kamu bantu kak Risna membuka gaunnya," tanya Anggita saat Aretha ke kamarnya.
"Kayaknya kak Risna tidur deh mom. Tadi Retha pencet bel nggak ada yang keluar. Atau mungkin mas Reno dan kak Risna sudah memulai malam pertamanya," ucap Aretha sambil senyam-senyum sendiri.
"Hayo mikir apa kamu?" tanya Bimo sambil menyentil kening putri semata wayangnya.
"Pasti pikiran mbak Retha mesum deh," celetuk Juna yang sedang asyik dengan ponselnya. "Mbak Retha buru-buru dinikahin aja, dad."
"Sembarangan aja kamu!"
"Nikahin sama siapa dek?" tanya Bimo.
"Mas Bian aja dad. Mbak Retha kan naksir mas Bian."
"Eh suka sembarangan ya kalau ngomong. Kata siapa aku suka sama mas Bian? Jangan percaya omongan Juna, dad!" Aretha terlihat kesal.
"Iiih.. Juna nggak bohong ya! Juna pernah lihat mbak Retha ngeliatin mas Bian yang lagi ngobrol sama mas Reno sampai gimana gitu."
"Bohong dad! Retha cuma kagum sama kecerdasan mas Bian."
"Tapi menurut Reno, Bian tuh playboy lho," Anggita ikut bicara. "Mommy aja beberapa kali lihat dia jalan dengan cewek yang berbeda-beda. Memangnya kamu mau punya suami playboy Tha?"
"Diiih siapa sih yang mau kawin sama mas Bian!" Aretha merajuk.
Bimo memeluk anak kesayangannya. "Lalu kamu maunya nikah sama siapa? Usiamu sudah 25 tahun. Daddy nggak mau kamu menikah di usia 30 tahun. Daddy dan mommy berharap kamu bisa segera menikah. Ujian pengacara bulan depan kan?"
"Retha mau berkarir dulu dad. Retha mau jadi pengacara ngetop."
"Ya ampun Retha, kelamaan sayang. Mommy menyesal membolehkan kamu ambil jurusan hukum. Kalau tahu kayak gini, lebih baik dulu kamu kuliah psikologi atau manajemen aja deh," keluh Anggita sambil geleng kepala. "Wanita itu ada jam biologisnya sayang. Kalau kamu menikah kelamaan maka kamu akan sulit punya anak."
"Mommy kuno ah. Jaman sekarang wanita usia 45 tahun aja masih ada kok yang bisa punya anak. Lihat tuh tante Sharon. Dia punya anak di usia segitu."
"Itu kan bukan anak pertama sayang. Saat usia 45 tahun, Sharon melahirkan anak ke 3."
"Pokoknya Retha belum mau nikah. Retha mau kerja dulu biar bisa punya duit banyak kayak mas Reno."
"Gampang, kerja saja di perusahaan kakek," jawab Juna santai.
"Jadi anak buah mas Reno?" Juna mengangguk.
"Biar bisa ketemu mas Bian tiap hari, mbak," ledek Juna lagi sambil tertawa.
Aretha langsung melempar bantal ke arah Juna.
"Sudah, sudah. Kalian nih kayak anak kecil aja." omel Anggita sambil geleng kepala.
"Dad, Juna tuh ngeledekin terus."
"Sana kalian balik ke kamar kalian sendiri," usir Bimo. "Jangan lupa shalat dulu sebelum tidur. Ingat, jangan berantem melulu."
⭐⭐⭐⭐
Risna terbangun.Matanya mengerjap berusaha menyesuaikan dengan kamar yang gelap. Diambilnya ponsel yang terletak di atas nakas. Pukul 02.30. Dilihatnya ia masih menggunakan gaun pengantin dengan rambut yang sudah mulai acak-acakan. Ya ampuuun, gue belum ganti baju. Mampus gue kalau mas Reno lihat gue kayak gini, batinnya. Mas Reno? Ya tuhan, gue lupa kalau ini malam pertama gue jadi istri mas Reno.
Risna menyalakan lampu yang berada di samping ranjang. Setelah lampu menyala, dilihatnya kamar yang kosong. Hanya ada dirinya sendiri di kamar itu. Kemana mas Reno? Apakah dia menghindariku? Atau mungkin dia bersama kekasihnya? Begitu banyak pertanyaan berseliweran di kepala Risna. Ah, bodo amat deh dia mau kemana. Pokoknya gue sudah menjalani kewajiban sebagai cucu. Kalau memang dia nggak mau terima gue sebagai istri, ya biarin aja. Paling-paling pernikahan ini cuma bertahan tiga bulan. Setelah itu gue bakal balik ke Aussie. Balik ke kehidupan gue yang dulu.
Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan muncul di ponselnya. Siapa malam-malam kirim pesan ke gue? Risna penasaran namun ia memutuskan untuk mandi dulu. Paling-paling pesan spam, pikirnya.
Risna memutuskan untuk berendam di bathtub untuk menghilangkan segala kepenatan dan stress yang dirasakan sejak Risma melibatkannya dalam perjodohan ini. Air hangat, wangi sabun aromatherapy dan alunan musik lembut membuatnya rileks. Ia hampir saja tertidur saat pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan muncullah Reno berdiri tegap di hadapannya.
"Kamu sudah gila?!" Tanya Reno dengan nada tinggi.
"Aaaah... mas Reno ngapain masuk?" Tanya Risna panik sambil berusaha mengumpulkan busa-busa untuk menutupi tubuhnya.
"Kamu mau sakit?!"
"Sakit? Maksudnya?"
"Kamu sadar sekarang jam berapa? Ngapain kamu berendam jam segini? Jangan bikin perkara deh!" Reno masih terlihat marah.
"A-aku nggak bawa jam jadi nggak tau sekarang jam berapa. Memangnya sekarang jam berapa?" Reno menunjukkan jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 03.45.
"Astagaaaa... aku nggak sadar kalau sudah jam segini!" Seru Risna sambil menegakkan duduknya. Ia lupa bahwa saat itu dirinya dalam keadaan polos.
"Eheem!" Reno berdeham sambil memalingkan wajahnya. Sh** tuh cewek nggak sadar ya kalau dia telan****. Atau dia sengaja ingin menggodaku, batin Reno setelah melihat tubuh mulus Risna yang terekspos.
"Aaaaah... mas Reno jangan lihat!!" Jerit Risna sambil merosot kembali di bathtub. Ia sangat malu karena Reno melihat tubuh telanjangnya. Ya tuhan, kenapa gue bisa lupa sih. Apa yang bakal dia pikirin ya? Jangan-jangan dia berpikir gue mau menggoda dia, batin Risna.
"Siapa yang ngeliatin kamu? Kamu kali yang sengaja menggodaku. Lagipula siapa yang mau lihat tubuh kerempeng dengan dada rata sepertimu?"
"Ih, siapa yang mau ngegodain mas Reno. Lagipula kenapa mas Reno masuk ke sini nggak ketok pintu dulu?" Balas Risna kesal. "Dan perlu mas Reno tahu ya, tubuhku tuh nggak kerempeng dan dadaku nggak rata tau! Memangnya aku anak kecil. Coba aja lihat kalau nggak percaya!"
Reno menahan tawanya saat mendengar jawaban Risna. Ia tahu bagaimana proporsionalnya tubuh gadis itu dengan dada yang tidak bisa dikatakan rata. Hmm... cup B mungkin. Mau tak mau pikiran liar mulai menari-nari di kepala Reno yang sempat melihat tubuh bagian atas Risna. Di saat yang bersamaan ada yang bereaksi di bawah sana. Sh**, bagaimana mungkin hanya melihat sedikit bisa membuatmu menggeliat boy! Omel Reno dalam hati. Calm down, oke? Reno mencoba membayangkan Sandra namun tak menolong.
"Beneran aku boleh lihat?"
"Eeeh... jangan! Mas Reno just leave!" seru Risna kesal sekaligus malu karena menyadari dia salah ucap.
"Kenapa nggak boleh? Kamu itu kan istriku?"
"POKOKNYA NGGAK BOLEH! GET OUT!"
"Oke, oke.. aku akan keluar. Kamu juga cepat selesaikan mandimu. Aku nggak mau direpotin urus orang sakit," balas Reno pedas. "Malam pertama itu seharusnya merasakan kenikmatan, bukan urusin orang sakit. Paham?!"
"Iya, iya.... lagipula siapa yang mau sakit? Kalaupun sakit, aku nggak akan minta bantuan," gerutu Risna pelan namun masih terdengar oleh Reno.
"Nggak usah ngomel melulu, buruan mandinya."
Dih, gimana gue bisa selesaikan mandi kalau dia masih disitu, omel Risna dalam hati.
"Kenapa diam saja?"
"Mas Reno keluar dulu. Aku malu," jawab Risna pelan.
Reno tersadar lalu buru-buru keluar dari kamar mandi.
⭐⭐⭐⭐