Sekitar jam sepuluh malam acara selesai. Risna merasa lelah tersenyum. Pipinya terasa kencang. Berjam-jam ia harus memamerkan senyum kepada orang-orang yang tak dikenalnya. Bagaimana mungkin ia bisa mengenal para tamu, kalau yang hadir adalah para kolega dan sedikit teman Reno. Sambil duduk di kursi yang berada di sekeliling meja penyajian, Risna melepas highheels yang dipakainya lalu ia melakukan gerakan seperti senam pipi untuk meredakan ketegangan pipinya.
Dari kejauhan sepasang mata memandangnya sambil tersenyum. Gadis itu terlihat lelah namun lucu. Mungkin Risma sebenarnya juga seperti itu ya, batin Reno. Ya, Reno lah yang memperhatikan Risna dari kejauhan. Dari segi fisik mereka berdua memang sangat mirip, namun sikap mereka cukup berbeda. Risma lebih berani, keras kepala dan ceplas ceplos, sedangkan Risna lebih lembut, terkesan pendiam dan murah senyum. Sejak tadi ia rajin menebar senyum pada setiap orang yang memberinya selamat, termasuk kepada Sandra walau tak dipedulikan. Senyumnya terasa tulus walau ia tak mengenal orang-orang itu. Apakah seperti itu sifat tante Alena, tanya Reno dalam hati.
Senyum Reno menghilang saat dilihatnya Bian menghampiri Risna. Mau apa playboy cap duren itu mendekati Risna? Reno sudah hampir melangkah mendekati Risna dan Bian namun diurungkan. Bisa besar kepala gadis itu bila ia melarangnya berbincang dengan Bian. Nanti disangkanya aku cemburu. Selama beberapa saat Reno memperhatikan interaksi akrab di antara keduanya. Ada rasa gerah saat melihat keakraban mereka.
Alih-alih mendekati sang istri, Reno malah memilih pergi ke bar yang ada di hotel tersebut. Ia butuh minuman untuk melepaskan penatnya. Ditambah lagi tadi Sandra bilang akan menunggunya di sana. Tapi bagaimana kalau semua orang mencarinya? Ah, persetan dengan hal itu.
Sementara itu Bian duduk di sebelah Risna. "Pipimu capek Ris?"
"Iya mas. Terasa tegang. Bayangkan saja aku harus tersenyum selama dua jam lebih. Coba mas Bian yang di posisiku, pasti mas Bian juga merasakan hal yang sama," jawab Risna sambil memijat-mijat pipinya. Sesekali ia menggembungkan pipinya. Bian tertawa melihatnya melakukan hal itu.
"Orang capek kok diketawain?"
"Sorry.. sorry.. aku nggak bermaksud mentertawakanmu, tapi wajah kamu lucu saat pipimu digembungkan," jawab Bian sambil tergelak. "Wajahmu mengingatkanku pada Timoti."
"Timoti? Siapa dia? Pelawak?"
"Bukan. Timoti itu hamster peliharan Nanay."
"Nanay? Dia siapa? Pacar mas Bian?"
"Bukan, bukan." Lagi-lagi Bian tergelak. "Kamu tahu kan kalau aku jomblo."
"Iya mas Bian jomblo, malam ini saja."
"Kamu lucu kalau sedang kesal gitu. Sekarang kamu malah mirip Nanay kalau ngambek" Bian tergelak melihat wajah cemberut Risna. "Jangan marah dong. Nanay itu anak kak Laura yang nomor dua. Dia baru berusia lima tahun."
"Jadi mas Bian nyamain aku sama hamster dan anak kecil?"
"Kenapa? Nggak suka? Justru itu pujian dariku karena hamster dan Nanay itu dua makhluk lucu yang pernah hadir dalam hidupku." Bian menatap dalam mata Risna sehingga gadis itu tersipu malu.
"Jadi aku lucu?" Bian mengangguk.
"Dan cantik. Melihat dan memuji wanita cantik bukan hal baru untukku. Tapi memuji wanita cantik sekaligus lucu adalah hal baru untukku. Sayangnya kamu sudah menjadi milik si kanebo kering." Lagi-lagi Risna tertawa mendengar lelucon yang Bian sampaikan.
"Mas Bian sudah makan?" Tanya Risna.
"Sudah tadi bareng Retha. Kenapa?Mau minta ditemani makan?" Risna tersenyum sambil menggeleng.
"Aku mau makan tapi lagi tunggu mas Reno. Sejak turun dari panggung dia menghilang."
"Reno...." Tangan Bian terkepal erat karena marah. Dirinya teringat kejadian saat Sandra hadir. "Ris, jangan ragu meminta tolong padaku tentang urusan apapun."
"Termasuk bila mas Reno lebih memilih kekasihnya tadi?" Risna lupa, seharusnya ia berpura-pura tak mengenal Sandra.
"Kamu tahu mengenai Sandra, kekasih Reno?" Bian balik bertanya.
"Oh, jadi namanya Sandra," Risna pura-pura baru tahu mengenai hal itu. "Aku tak mengenalnya. Aku hanya menebak berdasarkan apa yang kulihat tadi. Kuharap mommy Anggita dan daddy Bimo tak melihat kejadian tadi. Begitu juga dengan para tamu."
"Kenapa kamu diam saja? Kamu berhak marah saat mereka berdua bersikap seperti tadi."
"Mana mungkin aku marah mas. Aku ini hanya pengantin pengganti yang dipaksa menerima perjodohan ini. Lagipula bukan Sandra orang ketiganya, tapi aku." Risna memaksakan dirinya tersenyum.
"Ris, kamu tahu sesuatu?"
"Apa mas?"
"Aku makin jatuh cinta sama kamu," bisik Bian. Itu bukan gombalan, itu kejujuran.
"Ya ampun mas Bian jago banget sih bikin cewek klepek-klepek. Sayangnya aku sudah menjadi istri mas Reno. Tapi aku yakin, suatu hari nanti mas Bian akan bertemu wanita yang jauh lebih cantik dari aku. Dan mungkin saja wanita itu tak terlalu jauh dari mas Bian."
"Promise me, you will run to me if Reno hurt you. Okay?"
"Thanks mas Bian. But I can't promise you that."
"Ris, mana Reno?" Tanya Bimo. Tak lama Anggita datang menghampiri.
"Kamu dari tadi sendirian Ris?"
"Yaelah tante, memangnya Bian segede gini nggak keliatan?" Protes Bian.
"Ah kamu ini Bi, maksud tante kenapa Risna nggak sama Reno." Anggita memukul bahu Bian yang lebar.
"Mungkin mas Reno sudah duluan ke kamar mom," ucap Risna melindungi suaminya.
"Reno nih keterlaluan banget ya. Masa istrinya ditinggal sendirian." Anggita terlihat marah. "Bi, tolong kamu telpon Reno. Kasih tahu dia kalau nggak jemput istrinya, maka mommy akan hukum dia!"
"Ja-jangan mom, jangan hukum mas Reno. Mungkin mas Reno masih belum terbiasa dengan kehadiran Risna. Maklum kami kan baru bertemu tadi pagi."
"Ya ampun kamu tuh baik banget sih Ris. Kalau Risma yang jadi istri Reno, pasti si Reno sudah habis diomelin. Kamu benar-benar mirip Alena. Dulu opa Steven pernah marah besar pada papamu, bahkan mengancam akan menghapus nama Ben dari kartu keluarga. Kamu tahu apa yang mamamu lakukan? Dia bersedia dicerai asalkan opa tidak memutus tali kekeluargaan dengan papamu. Padahal saat itu mamamu baru saja kehilangan Risya, kakak kalian."
Risna tersenyum mendengar cerita Anggita. Mamanya memang wanita yang lembut hati. Ia masih ingat bagaimana dulu om Willy menuntut warisan dari grandpa, padahal grandpa masih segar bugar. Mamanya merelakan sebagian warisannya diberikan terlebih dahulu kepada om Willy.
"Halo Ren, elo dimana? Elo dicariin tante Anggita. Buruan balik kesini kalau nggak mau dicoret dari kartu keluarga!" Ucap Bian saat berhasil menghubungi Reno.
"Mas Bian, biar aja mas Reno masih mau sendirian. Tolong ingatkan mas Reno, jangan lupa makan malam," sela Risna.
"Ren, kalau elo nggak balik juga, istri lo gue culik," ancam Bian. "Ouch.!! Sakit tante."
"Kamu tuh kalau bercanda jangan keterlaluan ya Bi." Omel Anggita sambil menjewer Bian.
"Lagian Reno punya istri cantik kayak gini malah ditinggalin.Ya mendingan buat Bian aja. Masih orisinil pula." Kali ini bukan cuma Anggita yang menjewer Bian, tapi Bimo ikut menjewer juga. "Adududududuh.... sakit dong. Kalian tega banget sama Bian. Reno tuh yang perlu dijewer. Baru nikah sudah pengen selingkuh."
Risna tertawa melihat Bian dijewer oleh kedua mertuanya. Ia dapat melihat betapa dekat hubungan Bian dengan keluarga Anggita.
"Mom, dad, Risna balik ke kamar ya. Gerah pakai gaun ini. Nanti mas Reno biar nyusul."
"Ya sudah sana kamu istirahat saja duluan. Nanti mommy suruh Aretha bantuin kamu melepas gaun. Oh iya, baju yang mommy siapkan pas kan?"
"Eh.. pas mom. Tapi apa nggak ada yang lebih tertutup?" Tanya Risna ragu. Sontak Bimo dan Anggita tertawa.
"Sengaja mommy siapin yang seperti itu biar kami cepat dapat cucu," jawab Anggita sambil tersenyum menggoda sang menantu.
"Ris, mau aku temenin? Eh, bercanda tante. Bercanda." Bian cengar-cengir dipelototi Anggita. "Ris, kalau Reno nggak bisa melaksanakan tugas malam pertama, mas Bian siap menggantikan."
"Hadeeeuh.. kamu tuh ya kalau bercanda kelewatan." Omel Anggita pada Bian sepeninggal Risna. "Hati-hati kamu jatuh cinta beneran sama istri sahabatmu."
"Sepertinya malaikat tanpa sayap yang baru saja pergi sudah memerangkap hati seorang Bian, tan. Aku sudah benar-benar jatuh cinta sama dia sejak akad nikah tadi pagi," ucap Bian dengan muka memelas.
"Sabar ya Bi. Sebagai second lead, biasanya kalah sama tokoh utama." Bimo menepuk-nepuk bahu Bian.
⭐⭐⭐⭐