"Ya ampun menantu mommy cantik banget sih," puji Anggita saat melihat Risna selesai didandani oleh make up artist yang telah dipersiapkan.
"Gaunnya juga cantik banget. Seolah memang dibuatkan khusus untukmu sayang. Selera tante Andini sejak dahulu memang sophisticated."
Karena gaun ini dipersiapkan untuk cucu kesayangannya, Risma. Bukan untukku, keluh Risna dalam hati. Sebenarnya ia sedih setiap mengingat betapa semangatnya Andini saat mempersiapkan pernikahan Risma. Namun memutuskan tidak hadir saat resepsi nanti karena pesta malam ini diadakan bukan untuk Risma.
Seandainya Anggita bersikap seperti Reno, tentunya ia akan semakin sedih. Untunglah Anggita terlihat begitu tulus menyayanginya. Kalau tidak ia akan merasa sendirian di dunia ini.
"Bagaimana menurutmu, Ren? Cantik kan istrimu?" tanya Anggita pada Reno yang baru masuk ke dalam ruang rias sambil memasang manset di lengan bajunya.
Reno mengangkat kepalanya untuk melihat istrinya. Sesaat ia berhenti dan menatap lekat Risna. Kenapa ia begitu mirip dengan Risma. Semirip itukah mereka berdua? Bersamaan dengan itu Reno teringat ciuman yang pernah ia lakukan dengan Risma. Ia akui ciumannya dengan gadis barbar itu meninggalkan kesan mendalam. Bahkan hingga kini ia masih bisa merasakan bagaimana rasa bibir gadis itu dan tubuh langsingnya saat di dalam pelukannya. Tubuh itu terasa pas di dalam pelukannya. Meskipun ia tak mencintai gadis barbar itu, namun tubuh dan bibir gadis itu menimbulkan sensasi tersendiri bagi dirinya. Sesuatu yang bahkan tak ia rasakan saat mencium Sandra maupun gadis lain yang pernah menjadi kekasihnya.
"Duh mas Reno segitu terpesonanya. Memang nggak salah kakek memilihkan istri untuk mas Reno," puji Aretha sekaligus meledeknya. "Tutup mas mulutnya, jangan sampai air liurnya menetes. Nanti tuxedo-nya rusak lho."
Reno buru-buru menutup mulutnya yang tanpa ia sadari terbuka takkala melihat Risna dalam balutan gaun pengantin. Ia buru-buru memperbaiki sikapnya dan kembali memasang wajah kaku. Sementara itu perasaan Risna campur aduk. Ia merasa bahagia karena ternyata seorang Reno bisa terpesona melihat dirinya. Di saat bersamaan ia merasa khawatir Reno mengenalinya. Bahaya kalau sampai ketahuan. Bisa-bisa aku langsung diceraikan, keluh Risna dalam hati. Hati-hati Risna, jangan sampai rahasiamu terbuka.
"Whoaa... you're so beautiful Risna. Amazing," puji Bian yang baru masuk ke dalam ruangan. "You know something lady? I think I fall in love with you."
"Mas Bian ada-ada saja nih." Risna tertawa mendengar ucapan Bian.
Tak dipungkiri hatinya merasa senang mendengar pujian Bian karena ia tahu pujian itu tulus. Tentu saja bukan hal sulit bagi Bian untuk memuji kecantikan seorang wanita. Dia tahu pasti bagaimana membuat senang dan merebut hati wanita. Ditunjang penampilan yang tak kalah dari Reno, menjadikan Bian seorang player sejati.
"Apakah kamu begitu bahagianya dipuji pria lain di hadapan suamimu?" bisik Reno di dekat telinga Risna sambil memeluk gadis itu dari belakang. Lalu ia mencium sekilas leher jenjang sang istri.
Orang-orang yang ada di dalam ruangan itu bersorak riuh saat melihat adegan itu. Mereka, terutama orang-orang terdekat Reno, tak menyangka si kanebo kering akan pamer kemesraan di depan orang banyak.
"Wah, melihat kemesraan kalian mommy yakin dalam waktu dekat akan mendapat cucu dari kalian," seru Anggita bahagia.
"Kalau mommy dapat cucu, berarti aku akan punya keponakan dong. Yeaaay.. cepat-cepat dijadiin ya mas Reno," ucap Aretha ikut bahagia. " Semoga keponakanku cewek. Biar bisa aku dandanin."
Wajah Risna bersemu merah karena malu, sekaligus bulu kuduknya meremang akibat ucapan Reno. Ini kali ketiga Reno menunjukkan ketidaksukaannya saat ia merespon ucapan Bian. Apakah ia benar-benar cemburu atau hanya sekedar tak rela saat miliknya dipuji pria lain?
"Tante, masih punya stok keponakan seperti Risna? Malam ini Bian jatuh cinta sekaligus patah hati," ucap Bian dengan wajah memelas.
"Stok keponakan model Risna? Ya si Risma itu. Kalau dari awal tante ingat anak Alena kembar, pasti salah satunya akan tante jodohkan sama kamu. Sayangnya kamu terlambat sayang. Keduanya sudah menjadi istri orang," balas Anggita sambil tertawa. Ia menyayangi Bian seperti ia menyayangi Reno.
"Mas Bian dijodohin sama mbak Retha aja, mom," celetuk Juna yang sedang asyik memainkan ponselnya. "Biar mbak Retha nggak galak lagi sama Juna."
"Apa hubungannya Juna?!" seru Aretha gemas.
"Soalnya mbak Retha mendadak jadi baik sama Juna kalau ada mas Bian. Jangan-jangan mbak Retha naksir mas Bian."
"Iiih dasar bocil! Jangan ngomong sembarangan ya!" Aretha terlihat kesal dan mulai mengejar Juna, namun segera ditahan oleh Bian.
"Tuh mommy lihat sendiri kan kalau mas Bian itu cocok jadi pawangnya mbak Retha. Weeeek!" Juna meledek Aretha lalu keluar dari kamar.
"Ya ampun Juna, Retha. Kalian sudah gede masih saja senang bertengkar. Juna, sana kamu temani daddy di luar dan Retha, lihat itu gaunmu jadi berantakan. Maafin mereka ya, Ris. Maklum yang satu bontot, yang satu bontot nggak jadi."
"Nggak apa-apa mom. Risna senang melihatnya. Selama ini Risna hanya sendirian, jauh dari keluarga. Melihat mereka, Risna jadi merasa memiliki keluarga seutuhnya." Mata Risna mulai berkaca-kaca, demikian juga dengan Anggita.
"Sekarang kami adalah keluargamu, sayang." Anggita memeluk erat menantunya.
⭐⭐⭐⭐
Acara resepsi malam itu berjalan meriah. Walaupun disiapkan secara mendadak namun wedding organizer yang dipimpin oleh Laura berhasil menyelesaikan semuanya tepat waktu sesuai konsep yang diinginkan oleh Anggita.
Selain resepsi pernikahan, acara malam ini sekaligus mengumumkan kepada para kolega mengenai penunjukkan Reno sebagai CEO menggantikan Steven. Banyak yang mempertanyakan ketidakhadiran Steven dalam acara malam itu, namun dijawab oleh Gregory bahwa Steven sedang kurang sehat. Beberapa pemegang saham manggut-manggut mengerti sekaligus prihatin. Mereka tahu bahwa CEO mereka, Steven Lee sudah tak muda lagi. Usianya yang sudah mendekati 80 tahun pasti membuatnya lebih cepat lelah. Apalagi belum lama ini anak tunggalnya meninggal dunia.
Di salah satu meja tampak seorang pria yang usianya lebih tua sedikit dari Bimo, terlihat tak suka dengan penunjukkan Reno sebagai CEO menggantikan Steven. Ia merasa seharusnya jabatan itu adalah haknya sebagai anak angkat Steven. Selama ini dialah yang menemani Steven saat Ben memutuskan meninggalkan kedua orang tuanya. Pria itu adalah Jason Prakasa Lee.
Dulu Jason hanyalah anak kuli angkut yang bekerja di toko milik orang tua Steven. Oleh Steven dia diangkat menjadi anak karena kedua bapaknya terbunuh oleh rampok yang hendak menggasak gudang milik orang tua Steven. Sebagai ucapan terima kasih, Steven mengangkatnya menjadi anak dan setelah dewasa diberi jabatan bahkan sejumlah saham. Namun rupanya Jason menjadi tamak. Saat mendengar berita Benjamin Lee meninggal dunia ia merasa inilah saatnya menjadi CEO perusahaan tersebut. Namun ia tak mengetahui perjanjian yang dibuat oleh Steven dan Anggoro.
Di atas panggung, Reno dan Risna menerima ucapan selamat dari para kerabat dan kolega. Sementara itu Anggita dan Bimo memilih duduk di salah satu meja yang tersedia. Konsepnya hanya Reno dan Risna yang menjadi raja dan ratu malam itu. Ia tak ingin perhatian tetamu terpecah kepada Bimo dan dirinya. Biarlah malam ini pusat perhatian hanya kepada pengantin.
"Mas Bian, itu siapa?" bisik Aretha pada Bian yang berdiri di sampingnya. "Itu lho yang pakai mini dress warna hitam. Cantik banget tapi kok aku nggak suka ya lihatnya. Mas, mas lihat deh wajah mas Reno kok bahagia banget lihat tuh cewek. Jangan-jangan itu pacarnya mas Reno ya?"
Bian melihat ke arah wanita yang ditunjuk oleh Aretha. Benarlah, itu Sandra. Reno sudah gila ya mengundang wanita itu ke acara resepsi malam ini, rutuk Bian kesal. Nggak begini caranya kalau memang nggak menyukai pernikahan ini.
Sementara itu di atas panggung Reno merasa bahagia melihat kehadiran Sandra, wanita idamannya. Ia membuka lebar lengannya dan memeluk erat tubuh Sandra di hadapan Risna.
"Selamat ya Ren, akhirnya kamu jadi juga menikah dengan wanita pilihan kakekmu. Itu artinya hubungan kita sudah berakhir. Bukan begitu? Kudoakan kamu bahagia bersamanya," bisik Sandra sambil mencium pipi Reno.
Namun rupanya Reno memiliki rencana lain. Ia sengaja menoleh ke arah Sandra sehingga bibirnya bisa mencium bibir kekasihnya. Bahkan tangannya kini memeluk erat pinggang Sandra sehingga tubuh keduanya menempel sempurna. Banyak yang tak menyadari hal tersebut, namun kejadian itu tak luput dari pengamatan Bian dan tentunya Risna yang berada di atas panggung bersama Reno.
Sejak Sandra menaiki panggung, tatapan mata Reno tak pernah lepas dari kekasih hatinya. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Risna melihat bagaimana Reno memeluk pinggang Sandra dengan mesra dan tentunya ia juga melihat ciuman tersebut. Sandra sempat terkejut, namun bukanya marah ia malah mengelus lembut pipi Reno. Bahkan ia mengedipkan sebelah matanya pada Reno sambil membisikkan sesuatu di telinga Reno.
Risna melihat itu di depan matanya. Sebagai istri sah tentu saja ia merasa sakit hati namun di saat bersamaan ia menyadari bahwa memang Sandralah pemenang malam itu, bukan dirinya.
Setelah melepaskan pelukan Reno, Sandra berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa pada Risna. Tentu saja itu semua tak luput dari pengamatan Bian dan Aretha. Bian bergegas menghampiri Sandra dan menariknya keluar ruangan.
"San, kamu sudah gila?!" tanya Bian kesal. "Aku lihat semua kejadian tadi. Kamu sadar nggak sih kalau Reno sudah menikah? Kamu sendiri yang menolak saat dilamar oleh Reno."
"Mungkin saat itu aku belum menyadari perasaanku. Saat dia menjadi milik orang lain, aku nggak rela. Apalagi sepertinya hubungan ini akan lebih menantang. Kamu pasti mengerti apa maksudku, Bi. Oke, aku pergi dulu ya." Sandra meninggalkan Bian yang hanya bisa mengacak rambutnya karena kesal.
⭐⭐⭐⭐