Happy Reading
"Selamat malam," sapa sebuah suara maskulin saat Risna dan Bian sedang asyik berbincang. Risna menoleh ke arah datangnya suara. Ya tuhan, ini Reno? Ganteng banget, puji Risna dalam hati. Lebih ganteng dari Azzam. Gue yakin pasti lebih tajir dari Azzam. Ya elah Risma, terima aja sih dijodohin sama nih cowok.
"Akhirnya sampai juga bro. Eh, apa kabar San?" Bian menyapa seorang gadis cantik yang datang bersama Reno.
"Baik Bi. Kamu sendiri apa kabar? Wah, gandengan baru nih?" Tanya Sandra saat melihat Risna.
"San, kenalin ini Risma." Bian memperkenalkan Risna kepada Sandra. Kedua gadis itu bersalaman dan saling meneliti.
Sementara itu Reno dengan sengaja memeluk pinggang Sandra. Tentu saja sikapnya ini membuat Risna mengerutkan kening. Hmm, siapa wanita ini? Apakah ia sengaja membawa wanita ini?
"Maaf, bisa kita bicara berdua?" Tanya Risna ketus. Sesuai apa yang diarahkan oleh Risma. "Maaf mas Bian, saya mau bicara berdua dengan dia. Mas Bian nggak keberatan menemani mbak Sandra kan?" Risna berdiri dan melangkah menuju balkon restauran. Tanpa banyak kata, Reno mengikuti.
"Apa maksud elo mengajak gue bertemu? Mau pamer pacar supaya gue mau mundur dari perjodohan ini?" Tanya Risna gugup. Terus terang saja sebenarnya gaya bicaranya dengan Risma sangat berbeda karena sifat mereka memang berbeda.
"Tumben dandanan lo normal," ucap Reno sambil mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. "Gue mau kenalin elo sama Sandra. Dia kekasih gue."
Ucapan Reno membuat mata Risna membulat. What? Kalau memang dia sudah punya kekasih, harusnya gampang dong menolak perjodohan ini.
"Pasti lo pikir gampang membatalkan perjodohan ini. Nggak segampang itu. Kakek pasti akan tetap melanjutkan perjodohan ini kalau gue bilang tentang keberadaan Sandra."
"Jadi apa mau lo?"
"Apakah elo nggak keberatan berbagi gue dengan Sandra kalau kita jadi menikah? Karena gue nggak akan memutuskan Sandra." Jawab Reno kalem. Ia berharap ucapannya mampu membuat gadis dihadapannya mau mundur dari perjodohan ini.
"Apakah tujuan lo ajak gue ketemu cuma untuk ini?" Reno mengangguk.
"Lo pikir elo doang yang punya pacar? Gue juga punya. Dan gue nggak akan meninggalkan dia kalau nanti kita tetap dipaksa menikah.Bahkan kami sudah tunangan. Nih cincinnya."
Reno memperhatikan cincin di jari manis Risna. Cewek ini sudah tunangan? Ada sedikit rasa tak suka yang menoreh ego Reno saat mendengar ucapan Risna.
"Kalau gitu elo bilang aja sama opa Steven kalau elo menolak perjodohan ini. Lagipula kalaupun nggak ada Sandra, gue nggak akan mau menikah dengan cewek barbar kayak elo. Cewek barbar model elo nggak cocok buat dijadiin istri seorang Reno Stanley Pranata."
Buseeet, sombong banget nih cowok. Tiba-tiba ..... cup. Entah setan mana yang menyenggol, Risna mengecup cepat bibir Reno. Tentu saja hal itu membuat Reno bahkan Risna sendiri kaget. Elo kenapa Na? Kenapa lo cium nih cowok sombong?
Sementara itu Reno juga sibuk dengan pikirannya. Gila, nih cewek berani banget.
"Gue memang nggak cocok jadi istri cowok sombong model elo. Dan biar elo tahu, gue juga nggak mau jadi ... mmpphhhh."
Belum sempat Risna melanjutkan ucapannya tiba-tiba Reno menarik pinggangnya dan memagut bibir Risna. Ia berniat membalas perbuatan gadis itu. Ciuman yang tadinya ditujukan membalas perbuatan Risna, ternyata menjadi ciuman yang manis untuk keduanya. Walaupun Risna diam saja dan tak membalas ciuman Reno, namun ia tak pungkiri ciuman itu terasa manis. Demikian juga dengan Reno. Ia malah terbuai dengan permainannya sendiri. Gila, bibirnya manis banget. Reno melepaskan bibirnya saat seorang pelanggan restaurant keluar ke balkon dan memberi kode kehadirannya dengan deheman.
"E-elo gila ya?!" desis Risna yang langsung mendelik. Ia mendorong tubuh Reno.
"Kenapa? Satu sama. Tadi elo yang mulai duluan kan? Jangan lo pikir bisa seenaknya mempermainkan gue." balas Reno ketus. An***, bibir nih cewek manis banget. Bikin gue kepengen lagi.
"Mak-maksud gue bukan begitu." Ah, Risna elo kenapa tolol gitu sih? Kenapa tadi elo cium dia? Risna mengomel pada dirinya sendiri. "Gu-gue cuma mau bikin mulut lo berhenti menyombongkan diri sendiri."
"Terserah apa alasan lo. Tapi apa yang lo lakukan tadi nggak akan berpengaruh apapun. Gue tetap menolak perjodohan ini. Gue mau elo bilang ke opa Steven mengenai hal ini. Satu hal lagi, penilaian gue mengenai elo masih sama bahkan bertambah satu lagi predikat lo. BARBAR DAN MESUM."
"Apa lo bilang?! Gue bukan cewek barbar. Gue juga bukan cewek mesum. Penilaian lo tentang gue salah! Tapi terserah elo mau menilai gue apa, karena gue juga punya penilaian sendiri mengenai diri lo! ARROGANT, STIFF, JUDGEMENTAL, AND PERVERT! Lo pikir diri lo sempurna? Wajah lo memang lumayan ganteng, tapi semua itu nggak ada artinya dengan sikap sombong lo!" Balas Risna emosi.
"So, jelaskan kalau kita nggak cocok. Jadi kita setuju membatalkan perjodohan ini?" Risna terdiam sejenak lalu mengangguk. "Gue akan bilang sama kakek kalau kita masing-masing setuju membatalkan perjodohan ini karena kita sudah punya kekasih. Bagaimana?"
Risna tak bisa fokus. Matanya sejak tadi tak bisa lepas dari bibir Reno. Ia mulai gelisah karena tiba-tiba ada perasaan aneh di hatinya. Sialan, bibir gue sudah nggak perawan gara-gara nih cowok. Tubuhnya bergidik membayangkan apa rasanya bila bibir itu mampir di leher dan bagian tubuh lainnya.
"Hello! Are you still here?" Reno menggerak-gerakkan tangannya di depan mata Risna. Nih cewek kenapa sih? Apa dia nggak sadar ya kalau wajahnya saat bengong begitu bikin gue mau ci.... wait Ren, elo kena pelet nih cewek?
"Oh so-sorry. What did you say?" Tanya Risna gelagapan.
"Elo nggak dengar apa yang tadi gue omongin?" Risna menggeleng. Reno menjentikkan jarinya di kening Risna. "Gue bilang, elo harus ngomong sama opa Steven kalau elo nggak mau dijodohin sama gue."
"Hmm.. gimana kalau kita berdua bersama-sama menghadap opa Steven dan memberitahu dia kalau kita menolak dijodohkan. Terus terang, gue takut dengan beliau."
Reno menaikkan alisnya sebelah. Kenapa sikap gadis ini berbeda? Waktu itu ia terlihat tak peduli bahkan tak takut pada opa Steven. Tapi hari ini, sikap dan sorot matanya menunjukkan hal lain. Apakah gadis ini benar-benar bipolar?
⭐⭐⭐⭐⭐
"Ren, siapa gadis itu?" Tanya Sandra saat mereka sudah berdua di apartemen Sandra.
"San, will you marry me?" Alih-alih menjawab pertanyaan Sandra, Reno malah nekat melamar Sandra.
"Whoa... calm down boy!" Seru Sandra. "Apa maksudmu melamarku?"
"Aku mau kamu menikah denganku."
"Ren, kita baru dekat tiga bulan terakhir ini. Menurutku tak ada yang istimewa dalam hubungan ini. Maaf bukan tak ada tapi belum ada. Bahkan kamu saja belum pernah menyatakan perasaanmu. Dan sekarang tiba-tiba kamu ajak aku nikah? Are you crazy?"
"Okay... okay. San, mau nggak kamu jadi pacarku? See, aku sudah menanyakan hal itu. Sekarang jawab aku, will you marry me?"
"Astaga Reno, nggak begitu konsepnya. Pertama, elo harus nyatakan bagaimana perasaan lo. Lalu elo tembak gue. Lalu kita dating for several time dan terakhir you propose."
"Aku nggak memiliki waktu sepanjang itu. Aku harus secepatnya menikah sebelum..... "
"Kamu dijodohkan dengan gadis itu?" Tebak Sandra.
"Bagaimana kamu bisa menebaknya?" Tanya Reno tak percaya.
"Bian yang cerita. Apa gara-gara itu elo mendadak melamar gue?" tanya Sandra. Reno mendekati Sandra dan memeluk gadis itu dari belakang.
Sandra membiarkan Reno melakukan itu. Ia tak bisa memungkiri kalau ia menikmati kebersamaan mereka. Namun hingga saat ini hatinya tak merasakan getaran saat bersama Reno.
"So, will you marry me?"
"Sorry Ren. I'm not ready to marry you yet. Let me ask you, do you love me?" Reno tak menjawab. Ia sendiri tak tahu bagaimana perasaannya pada Sandra. Sama seperti gadis ini, ia pun menikmati kebersamaan mereka. Cinta? Entahlah. Yang pasti saat ini ia membutuhkan Sandra untuk membatalkan perjodohan ini.
"San, I need you."
"To cancel the marriage? Sorry Ren, I can't do that."
⭐⭐⭐⭐