Risna memperhatikan Risma yang dari tadi mondar mandir di dalam kamar. Sejak kejadian pengakuan Risma dua hari yang lalu, kembarannya ini selalu bad mood. Opa melarangnya keluar rumah dengan alasan calon pengantin tidak boleh kemana-mana. Bahkan opa menyuruh dokter keluarga datang memeriksa Risma. Untunglah oma Andini berhasil mencegah dokter memeriksa Risma dengan alasan Risma tak mau keluar kamar.
"Ma, duduk sini. Gue pusing liat elo mondar-mandir terus."
"Na, gue harus gimana? Beberapa hari lagi gue harus menikah dengan om-om belagu itu." Risma terlihat bingung. "Azzam sudah bicara dengan orang tuanya. Mereka menyerahkan keputusan kepada kami."
"Berarti tak masalah untuk orang tua Azzam kalau elo memutuskan pertunangan kalian?" Risma mengangguk lemas.
"Tapi gue nggak mau putus, Na. Buat gue mereka bukan sekedar orang tua Azzam. Mereka sudah seperti orang tua gue sendiri. Di saat gue harus jauh dari mama papa, mereka selalu mendampingi gue. Di saat usaha keluarga kita terpuruk, mereka tak pernah meninggalkan kami. Bahkan orang tua Azzam memberikan bantuan modal kepada papa saat restauran terpuruk."
"Apakah elo memutuskan bertunangan dengan Azzam karena hal itu?"
"Nggak Na. Gue sudah lama kenal Azzam. Gue sudah sejak awal jatuh cinta sama dia. Azzam satu-satunya pria yang bisa menerima kekurangan gue. Begitu juga orang tuanya. Mereka merangkul gue saat yang lain meninggalkan gue."
"Apa maksud lo? Elo tuh nggak punya kekurangan, Ma. Elo itu wanita sempurna."
"Nggak Na. Gue bukan wanita sempurna. Azzam dan kedua orang tuanya tahu itu tapi mereka tak pernah mempermasalahkan hal tersebut."
"Bagaimana mungkin elo bukan wanita sem ...."
"Na, gue mandul. Dokter di Ontario sudah memvonis gue nggak bisa punya anak."
Tangis Risma pecah saat menceritakan hal tersebut. Risna kaget mendengarnya. Ia langsung menarik Risma ke dalam pelukannya. Keduanya berpelukan dan menangis bersama.
"Kenapa elo nggak pernah cerita sama gue mengenai hal ini?" tanya Risna disela tangisannya.
"Gue nggak mau membuat elo sedih, Na. Sejak kecil elo sudah harus jauh dari mama papa. Elo harus struggle sendirian di benua lain, sementara gue nggak pernah kekurangan kasih sayang mama papa. Bahkan dulu saat kita baru dipisahkan, gue sempat merasa bahagia karena nggak harus membagi kasih sayang mama papa. Gue sempat egois dan membenci elo kalau mama papa mulai membicarakan elo. Mungkin gara-gara itu tuhan menghukum gue."
"Jangan bilang kayak gitu, Ma. Tuhan sayang sama elo, makanya Dia memberi elo cobaan seperti itu. Gue yakin ada rencana Dia yang terindah untuk elo."
"Thanks Na. Dari dulu elo selalu seperti ini. Elo nggak pernah marah walau gue suka bersikap kasar sama elo. Bahkan nggak sekali dua kali elo melindungi gue dari omelan Granny saat gue memecahkan piring kesayangan beliau."
"Itu karena gue sayang banget sama elo Ma. Setelah kita mulai beranjak dewasa, gue semakin menyadari kalau nggak memiliki keluarga lain selain elo. Dan ternyata memang, hanya elo keluarga gue. Mama, papa, grandpa, granny semuanya meninggalkan gue. Opa membenci gue. Sementara oma juga nggak pernah menunjukkan kasih sayangnya kepada gue. Cuma elo Ma, yang sayang sama gue."
"Maafin gue ya Na, karena sudah menganggap elo saingan terbesar gue."
"Lalu bagaimana dengan pernikahan elo dan Reno?"
"Entahlah Na. Gue nggak ada ide apapun untuk membatalkan perjodohan ini."
"Mungkin kalau elo ceritain keadaan lo yang sebenarnya ke opa, beliau mau membatalkan perjodohan ini. Mereka kan menginginkan keturunan dari kalian."
"Na, opa itu ambisius dan egois. Persis kayak Reno. Dia pasti akan mengusahakan segala cara untuk membuat kami memiliki keturunan. Gue nggak mau. Gue cuma cinta sama Azzam. TITIK!"
Risna terdiam. Ia tak tahu lagi harus bagaimana membujuk Risma. Tanpa sepengetahuan saudara kembarnya, kemarin oma Andini memanggilnya
FLASHBACK ON
"Na, sini duduk dekat oma," panggil Andini saat Risna menemuinya di taman belakang. Siang itu suasana rumah sepi. Risma mengurung diri seharian di kamar. Steven pergi ke kantor. Hati Risna berbunga-bunga saat Andini meminta bertemu. Ah, akhirnya hati oma melunak. Ya, paling tidak sepeninggal Risma nanti, ada oma yang akan menemaninya. Begitu pikir Risna.
"Kamu sudah sarapan?"
"Sudah oma. Setelah opa berangkat, Ina sarapan di dapur bersama mbok Iyem dan yang lain."
"Baguslah kalau kamu sudah sarapan. Na, oma mau tanya sesuatu sama kamu."
"Tanya apa oma? Kalau Ina bisa jawab, pasti akan Ina jawab."
"Hmm.. boleh oma tahu, sejak usia berapa kamu dan Ima dipisahkan?"
"Sejak kami berusia 5 tahun. Kami terpaksa dipisah karena kami sering sakit-sakitan. Terutama Ima. Seingat Ina, dulu mama papa sering bawa Ima ke dokter." Andini manggut-manggut mendengar cerita Risna.
"Setelah itu apakah kalian sering bertemu?"
"Nggak terlalu oma. Hanya sesekali mama datang menjenguk granny. Itupun hanya sendiri dan hanya seminggu di Australia. Kata grandpa, papa mama jarang mengunjungi kami karena mereka sibuk mengurus restauran di Ontario."
"Restauran apa yang dijalankan oleh orang tuamu?"
"Memangnya oma nggak tahu?" Andini menggeleng. "Papa nggak pernah cerita ke oma?"
"Sejak papamu memilih menikahi Alena, opa melarang oma menghubungi papamu. Karena Alena, opamu menghapus nama papamu dari kartu keluarga. Pernah oma mencoba menghubungi papamu karena oma mendengar berita kelahiran kalian. Tapi ketahuan oleh opamu. Dia marah besar bahkan sempat mengusir oma dari rumah. Sejak itu oma nggak berani melawan opa."
"Papa dan mama membuka restauran masakan Indonesia, oma. Kebetulan mama jago masak. Menurut cerita grandpa, mereka bertahan hidup di Ontario dengan bisnis restauran tersebut. Sesekali grandpa mengunjungi mereka atau mengirim uang untuk papa mama dan Ima."
"Apakah sesulit itu kehidupan mereka di Ontario?" Tanya Andini.
"Menurut cerita om Willy, tahun-tahun pertama papa mama disana mereka mengalami kesulitan secara financial walaupun mempunyai usaha restauran. Bahkan menurut om Willy, granny menjual perhiasannya untuk membantu papa bangkit saat ditipu rekan bisnisnya. Kalau saja granny tidak membantu, mungkin papa mama dan Ima harus hidup menggelandang disana."
"Willy itu siapa?"
"Dia adik mama satu-satunya oma, Om Willy dan keluarganya tinggal di Bali. Harta peninggalan grandpa dan granny dikelola om Willy."
"Berarti kalian memiliki harta warisan dari kakek nenek kalian?' Risna mengangguk. "Berarti oma tak perlu khawatir kalau kamu tidak dapat warisan dari opa. Kamu tahu kan kalau opa mu tidak menyukai mama mu?"
"I-iya oma. Ina sadar akan hal itu." Risna membatalkan niatnya memberitahukan masalah Willy yang tak bisa ia hubungi lagi. "Setelah Ima menikah, Ina berencana akan kembali ke Australia."
"Mau ngapain kamu kembali ke sana? Kamu mau tinggal dimana?" tanya Andini.
"Kebetulan grandpa membelikan apartemen kecil saat Ina mau masuk kuliah."
"Bagaimana dengan Ima? Apakah dia memperoleh hadiah yang sama?" tanya Andini menyelidik. "Nggak adil dong kalau hanya kamu yang dibelikan apartemen."
Risna merasa sedih karena nada suara Andini yang sinis dan hanya memikirkan Risma. Kenapa oma hanya memikirkan apakah Risma mendapat warisan dari grandpa atau tidak? Kenapa oma sepertinya tidak keberatan bila dirinya tidak mendapat warisan dari opa? tanya Risna dalam hati.
"Ina nggak tau oma. Grandpa nggak pernah cerita apa-apa mengenai hal itu."
"Cucunya kan bukan cuma kamu." Andini terlihat masih kesal. "Ah, untunglah nanti Risma akan mendapat warisan dari opa kalian. Belum lagi nanti dia akan menikah dengan cucunya Anggoro. Belum lagi harta peninggalan orang tua kalian. Apartemenmu itu nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan Risma terima nanti."
"I-iya oma," Risna menahan kesedihan dengan memaksakan dirinya tersenyum. "Ina pamit ke kamar dulu oma. Kebetulan ada pekerjaan sedikit."
"Eh, tunggu dulu. Ada yang oma mau sampaikan ke kamu. Oma mau minta tolong sama kamu," cegah Andini.
"Minta tolong apa oma?" tanya Risna heran.
"Coba kamu bujuk Risma untuk menerima perjodohan ini. Opamu nggak suka sama si Azzam. Kamu cari cara untuk membuat Risma membatalkan pertunangannya dengan Azzam. Kalau perlu kamu goda Azzam supaya tertarik sama kamu. Buat Azzam bertekuk lutut sama kamu. Gunakan segala cara. Ajak dia minum lalu beri obat perangsang supaya dia mau tidur sama kamu."
"Maksud oma, aku disuruh memberikan tubuhku kepada Azzam?" Andini mengangguk cepat.
"Oma yakin kamu pasti sudah nggak perawan kan? Jadi bukan hal sulit kan buatmu tidur dengan Azzam. Anak yang tinggal jauh dari orang tua, pasti hidupnya liar. Nggak seperti Risma, yang oma yakin dididik dengan baik oleh orang tua kalian mengenai nilai-nilai ketimuran."
"Tapi oma ..... "
"Tolong kamu lakukan itu, Kalau kamu berhasil memisahkan mereka, oma akan meminta opa memberikan warisan untuk kamu. Bagaimana? Oma yakin kamu pasti mau menolong opa dan oma iya kan?"
Risna tak tahu harus berkata apa mendengar permintaan Andini yang sangat tak masuk di akal. Sungguh permintaan gila. Belum lagi tuduhan yang Andini tujukan padanya.
FLASHBACK OFF
⭐⭐⭐⭐