Chereads / TERPAKSA MENCINTAIMU / Chapter 16 - KRISIS

Chapter 16 - KRISIS

Steven tampak termenung di meja kerjanya. Wajahnya tampak gusar. Ia baru saja melihat rekaman CCTV yang dipasang di sekitar rumahnya. Jelas terlihat dalam rekaman itu Risma pergi dengan membawa tas yang tak begitu besar. Terlihat jelas di wajahnya ia tak merasa takut perbuatannya akan dipergoki oleh orang lain. Bahkan saat hendak keluar pagar, dengan sengaja gadis itu menghadap ke arah kamera dan mengangkat jari-jarinya membentuk simbol heart seperti yang biasa dibuat dalam drama Korea. Sambil tersenyum lebar gadis itu melambai lalu menuju ke sebuah mobil yang telah menunggunya.

Tak selang berapa lama setelah selesai menonton rekaman tersebut, ponsel Steven berbunyi dan muncullah notifikasi pesan. Dengan ogah-ogahan Steven memeriksanya. Matanya terbelalak membaca pesan yang baru saja masuk.

Opa, Ima pamit. Saat opa menerima pesan ini, Ima sudah pergi meninggalkan negeri ini. Maaf Ima nggak bisa menjadi cucu yang baik. Ima nggak bisa menikah dengan Reno. Ima nggak bisa hidup tanpa Azzam. Opa nggak usah capek-capek mengirim orang untuk mencari kami. Oh ya, Ima mau jujur kepada opa kalau kemarin kami telah resmi menikah di KUA. Setelah mengetahui hal ini, Ima yakin opa pasti marah sekali. Kalau opa sayang pada Ima, tolong terima pernikahan Ima dan Azzam dan jangan pernah menumpahkan kemarahan kalian pada Ina. Dia nggak salah apapun Bahkan dia sudah berusaha sekuat tenaga membujuk Ima untuk meninggalkan Azzam, tapi Ima menolak. Satu hal lagi, tolong sayangi Ina sebagaimana kalian menyayangiku. Dia juga anak papa dan mama, yang berarti dia cucu opa dan oma. Jangan kalian membedakan kami. 

Bye opa. Salam sayang untuk oma. Ima akan kembali kalau opa dan oma sudah bisa menerima Ina sebagai cucu kalian. Ima akan selalu mendoakan kebaikan untuk kalian.

Steven membanting ponselnya ke lantai, tepat pada saat Greg asistennya masuk. 

"Tuan, kenapa ponselnya dibanting?" tanya Greg prihatin. Ia baru saja tiba setelah Andini mengabarkan kalau tuan besarnya sedang tidak baik-baik saja. "Apa yang telah terjadi? Tadi nyonya Andini tidak bercerita apa-apa. Tuan baik-baik saja kan?"

"Gadis itu menantangku," ucap Steven geram. "Sifat keras kepalanya sangat mirip dengan Ben."

"Ben? Maksud anda anak-anak tuan muda Ben?" Steven mengangguk kesal.

Gregory sudah lama menjadi asisten pribadi Steven. Keluarganya turun temurun mengabdi pada keluarga Steven. Orang tua Gregory dulunya adalah supir pribadi ayah Steven. Bahkan Gregory dibiayai pendidikannya oleh keluarga Steven. Itulah sebabnya setelah menyelesaikan pendidikannya, Gregory mengabdikan dirinya pada Steven. Benjamin sebagai anak satu-satunya memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Gregory, yang biasa dipanggil uncle Greg oleh Ben.

"Risma kabur!" 

"APA?! Ima kabur?" tanya Andini yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut. "Nggak mungkin! Dia kelihatan sangat bahagia saat mencoba gaun pengantin. Bahkan kemarin dia dan Reno melakukan pemotretan dengan mengenakan baju pengantin mereka."

"Apa yang tidak mungkin? Tak salah kalau Reno menjuluki gadis itu sebagai gadis barbar. Sikap pemberontaknya memang menurun dari Ben, putramu. Pasti ini gara-gara pengaruh kembarannya."

"Lalu bagaimana dengan pernikahan antara Reno dan Risma? Kita nggak mungkin membatalkan pernikahan ini. Mas Anggoro bisa anfal kalau sampai mengetahui perjodohan ini batal karena Risma lebih memilih pria lain."

"Itulah yang menjadi concern-ku. Berita ini bisa membuat dia anfal dan membahayakan jiwanya. Kamu sendiri tahu kan bagaimana bahagianya Anggoro saat kita setuju menjodohkan cucu kita. Aku ingin membahagiakan sahabatku di akhir hidupnya."

Wajah Steven tampak keruh saat memikirkan sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri.

FLASHBACK ON

Anggoro dan Steven sudah bersahabat sejak kecil karena rumah mereka berdekatan. Orang tua Steven yang memiliki toko kelontong terbesar di kota mereka bertetangga dengan orang tua Anggoro, juragan beras sekaligus tuan tanah. Kesamaan gaya hidup membuat mereka menjadi sahabat dekat, bahkan sudah seperti keluarga. Ditambah Steven yang terlahir sebagai anak tunggal. Kedekatannya dengan Anggoro dan keluarganya membuat Steven merasa memiliki keluarga. Walaupun berasal dari keluarga kaya, namun hatinya kosong karena orang tuanya sibuk mengurusi toko kelontong mereka. 

Steven yang keturunan Cina bersahabat baik dengan Anggoro yang masih keturunan bangsawan Jawa. Kedekatan mereka juga diikuti oleh anak-anak mereka, Benjamin dan Anggita yang juga berteman sejak kecil. Setelah dewasa mereka berdua membangun perusahaan bersama. Sejak awal mereka memang berniat memberikan perusahaan tersebut kepada anak-anak mereka. Itulah sebabnya mereka berniat menjodohkan Benjamin dan Anggita. Sayangnya anak-anak mereka tak bisa mewujudkan hal tersebut karena hubungan keduanya benar-benar seperti saudara kandung. Kegagalan menjodohkan anak-anak mereka tak menyurutkan rencana mereka. Itulah sebabnya mereka ingin meneruskan rencana mereka dengan menjodohkan cucu-cucu mereka.

FLASHBACK OFF

"Lalu kita harus bagaimana? Besok sudah hari pernikahan mereka. Kita nggak tahu dimana keberadaan Ima," keluh Andini. Matanya tampak sembab.

Greg berdehem membersihkan tenggorokannya. Steven mengerti kalau asistennya ini ingin mengatakan sesuatu.

"Apakah kamu punya ide, Greg?"

"Maaf tuan, saya tidak bermaksud lancang." Greg terlihat ragu.

"Katakan saja apa pendapatmu."

"Menurut saya perjodohan itu tak perlu dibatalkan. Pernikahan esok hari masih bisa dilaksanakan."

"Apa maksudmu? Mana mungkin Reno menikah dengan istri orang. Anggoro dan Anggita pasti akan marah besar."

"Apakah tuan lupa kalau masih memiliki seorang cucu lagi?" tanya Greg hati-hati. Ia tahu ini usul yang sangat berisiko. Ia tahu bagaimana tuannya itu sangat membenci Risna, anak kembar Ben yang lain.

"Ina maksudmu?" tanya Andini. Greg mengangguk.

"Aku tak suka anak itu," ucap Steven pendek sambil mendengus kasar. Setiap kali mendengar nama gadis itu, ia teringat pada Alena.

"Justru itu tuan, dengan memaksa dia menikah dengan tuan muda Reno, merupakan balas dendam anda kepada mendiang Alena. Anda tahu kan kalau Risma tak menyukai tuan muda Reno. Saya yakin nona Risna juga seperti itu. Apalagi keduanya dibesarkan di luar negeri dimana perjodohan adalah hal kuno. Selain itu, hanya ini satu-satunya cara membuat tuan Anggoro bahagia di akhir usianya. Tuan Anggoro juga tak tahu kalau tuan Ben memiliki anak kembar. Bagaimana tuan?"

Wajah Andini mendadak cerah mendengar usulan Greg, namun ia masih tak berani mengutarakan pendapatnya. Ia menatap cemas ke arah Steven yang tampaknya masih belum menyetujui usulan Greg.

"Ayolah sayang, usulan Greg masuk di akal. Dengan menikahkan Reno yang dingin dengan Ina yang penakut, pasti akan membuat rumah tangga mereka seperti neraka. Reno memiliki sifat sepertimu. Ina pasti takkan berani melawannya."

Lagi-lagi Steven tak menjawab. Ia menatap ponselnya yang pecah akibat dibanting tadi. 

"Tapi bagaimana dengan perusahaan?"

"Hanya itu pilihan menyelamatkan perusahaan anda dari tuan Julio. Anda tahu kan bila cucu Anda tak menikah dengan tuan muda Reno, maka saham yang dimiliki olehnya akan menjadi saham mayoritas. Tapi bila saham anda dan saham tuan Anggoro disatukan maka bisa mengalahkan saham milik tuan Jason." Greg terdengar khawatir.

"Mas Anggoro akan murka bila Julio sampai menguasai perusahaan kalian. Sayang, kurasa apa yang Greg usulkan adalah pilihan terakhir untuk mewujudkan rencana kalian sekaligus menyelamatkan perusahaan."

"Saya tak ingin mendesak Anda, namun saya mendapat informasi kalau tuan Jason berhasil menguasai perusahaan maka dia akan melakukan berbagai perubahan dan menjual perusahaan tersebut pada saingan kita. Itu artinya kehancuran bagi kita. Belum lagi PHK besar-besaran yang akan dia lakukan. Akan banyak orang yang menderita bila ini terjadi. Tentunya tuan tak ingin hal ini terjadi." Gregory berusaha meyakinkan Steven. Apa yang ia ucapkan memang benar adanya. Bila Jason berhasil menguasai perusahaan, maka semuanya akan hancur.

"Berikan aku waktu berpikir. Setelah makan malam aku akan memberi keputusan," sahut Steven setelah lama terdiam. 

⭐⭐⭐⭐