Kini dengan leluasa ia mencium bibir Risna bahkan ia menggigit pelan bibir gadis itu sehingga dengan mudah lidahnya menelusup masuk. Risna yang diserang tiba-tiba seperti tak sanggup melawan. Ia hanya sanggup menangis tanpa suara. Hanya air mata yang mengalir turun membasahi pipinya.
⭐⭐⭐⭐
Happy Reading
Akhirnya setelah beberapa saat Reno melembutkan ciumannya. Entah karena tangisan Risna atau karena kemarahannya yang mulai mereda. Ia lepaskan tangan Risna yang tadi ditahannya. Ia arahkan tangan Risna untuk memeluk lehernya. Kini tangan Reno memeluk erat pinggang Risna sehingga tubuh mereka merapat sempurna. Ciuman lembut Reno dan lidahnya bermain di dalam mulut Risna rupanya berhasil membuat Risna terhanyut. Kini dengan mengikuti instingnya, Risna membalas ciuman Reno. Setelah beberapa lama, Reno melepaskan pagutannya. Dengan dahi masih saling menempel dan nafas masih memburu, keduanya mencoba mengatur perasaan mereka.
"Maaf." Hanya itu kata yang Reno ucapkan. Tangannya masih melingkari pinggang Risna.
"Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Risna sambil berbisik.
"Kamu yang memancingku melakukan itu," jawab Reno. Kini ia mengangkat wajahnya dan memandang jauh ke dalam mata Risna. Jemarinya menghapus air mata di pipi Risna.
"Apa maksudmu? Aku tak melakukan apapun," ucapa Risna gemetar. Bukan karena takut, karena ada perasaan aneh saat Reno menatapnya seperti tadi. Selain itu ia takut Reno mengetahui penyamarannya.
"Kamu calon istriku. Jangan pernah memuji pria lain di hadapanku. Jangan pernah membolehkan pria lain memelukmu seperti tadi." ucap Reno penuh penekanan.
"Apa pedulimu? Kita nggak pernah menerima perjodohan ini. Kita melakukan ini dengan terpaksa. Dan seperti katamu tadi, kamu tak akan memaksa dirimu menerima pernikahan ini ataupun memaksa jatuh cinta padaku."
"Tetap saja, di atas kertas kamu akan menjadi istriku. Resmi secara agama dan hukum. Bagaimanapun bentuk pernikahan kita nanti, kamu nggak bisa seenaknya bersikap terutama kepada pria lain. Jauhi Bian."
"Apakah itu berlaku untuk semua pria atau hanya mas Bian?"
"Semua pria, terutama Bian."
"Bagaimana dengan dirimu? Apakah kamu akan menjaga sikapmu terhadap wanita lain, terutama Sandra?" Reno tak menjawab. Ia hanya mengecup sekilas bibir Risna lalu melepaskan pelukannya. "See you on Sunday, my bride."
Risna hanya mampu mengepalkan tangannya karena kesal sekaligus marah pada dirinya sendiri yang begitu mudah terhanyut dalam perangkap pesona seorang Reno. Tapi tak bisa dipungkiri ciumannya menghanyutkan. Apakah ia seorang player seperti mas Bian? tanyanya dalam hati.
⭐⭐⭐⭐
Malam semakin larut. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Risna bolak balik melihat ponselnya. Kemana si Risma sampai jam segini belum balik, tanyanya. Ia sudah mengirimkan pesan dan menelpon saudara kembarnya itu tapi nihil. Untunglah saat pulang tadi oma dan opa tak ada di rumah. Kalau tidak ia akan menghadapi berbagai pertanyaan dari dua orang tua itu.
"Bodo amat ah, dia kan sudah besar. Semoga aja dia pulang sebelum oma dan opa pulang."
Risna mencoba memejamkan matanya. Sialnya ia gagal. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, ia terbayang saat Reno memeluk dan menciumnya. Tubuhnya meremang saat mengingat keintiman itu. Sadar Na, dia itu calon suami Risma. Jangan sampai elo menjadi pelakor dalam rumah tangga saudara lo sendiri.
Tepat jam 12 malam, pintu kamarnya terbuka dan masuklah Risma dengan mengendap-endap.
"Ma, elo habis darimana?" bisik Risna.
"Habis ketemu Azzam."
"Elo gila! Bisa-bisa elo dipasung sama si Reno kalau ketahuan ketemuan sama Azzam."
"Gimana, gimana? Dia nggak protes soal harga cincin kan? Gaunnya gimana?"
"Aman," jawab Risna. " Besok elo jangan kemana-mana lagi. Gue yakin besok pagi elo sudah dipingit sama oma."
"Tenang saja. Gue cukup aware mengenai hal itu."
"Elo sudah siap kan? Elo bisa kan putus dari Azzam. Karena dari percakapan gue dengan om-om narsis itu, dia nggak akan mengijinkan elo memikirkan cowok lain. Apalagi menemui cowok lain. Gue yakin hukumannya pasti parah kalau dia tahu elo menemui Azzam.
"Na, elo tahu kan kalau gue sayang banget sama elo?" Risna mengangguk. "Gue harap elo nggak akan marah dan tetap menganggap gue saudara lo setelah apa yang terjadi."
"Ngomong apaan sih lo? Aneh banget. Jangan khawatir gue nggak akan marah dan apapun yang terjadi elo tetap saudara gue satu-satunya. Meskipun nanti elo pergi sama suami lo dan meninggalkan gue sendiri di sini, gue akan tetap sayang sama elo. Marah... mungkin pada awalnya gue marah, tapi setelah itu gue pasti maafin elo."
"Meskipun perbuatan gue membuat elo tersiksa?"
"Jangan ngomong yang aneh-aneh. Sana buruan balik ke kamar. Gue mau istirahat. Gue capek lahir batin gara-gara tadi disuruh pemotretan bareng manusia sombong itu."
"Oh ya, pemotretan lagi? Mana fotonya?"
"Nih." Risna mengangsurkan fotonya ke Risma. Tadi Bian sudah mengirimkan hasil pemotretan hari ini melalui email
"Gila, cantik banget."
"Gue atau gaunnya?" tanya Risna sambil memicingkan mata.
"Dua-duanya lah. Gila, elo mirip pengantin beneran Na."
"Thanks ya Ma, elo kasih gue kesempatan mencoba gaun berharga jutaan rupiah itu. Walaupun apa yang kita lakukan salah, tapi gue menikmatinya." Mata Risna menerawang. Tanpa sadar ia memegang bibirnya dan Risma menyadari hal tersebut.
"No way!! Na... jangan bilang... really? Are you serious? Oh my god, I can't believe it!" Seru Risma dengan suara tertahan lalu ia menutup mulutnya dan menatap Risna tak percaya. Tak lama ia sibuk memukul-mukul bahu Risna.
"Apaan sih Ma? Bikin kaget aja."
"Tell me the truth!"
"About what?" tanya Risna pura-pura cuek.
"You and him. What happened?"
"Nothing happened."
"Liar! I know something happened between you two. Did he kiss you... again?" Risna tak menjawab. Ia malah bersembunyi di balik selimut. "Really? Oh my god! How can it happen? You have to tell me everything. How's the kiss? Is it yeah or naaah?"
"Elo nggak marah?" tanya Risna hati-hati dari balik selimut.
"Kenapa gue harus marah?" Risma balik bertanya.
"Calon suami lo mencium gue, saudara kembar lo."
"It's okay for me."
"Really?"
"Beneran Na, gue nggak marah. Sudah ah kalau elo nggak mau cerita, gue mau balik ke kamar."
"Elo beneran mau dengar ceritanya? Waaaah gue speechless. Elo beneran gila ya." Risma hanya nyengir mendengar ucapan Risna.
"Na, gue mau malam ini kita habiskan bersama. Saling bercerita tentang masa-masa kita terpisah, masa kita bertemu kembali. Pokoknya masa-masa bahagia yang pernah kita alami."
"Kenapa elo tiba-tiba mellow gini sih? Masih ada besok sebelum elo menikah." Risma memeluk kembarannya dengan erat. "Ma, elo kenapa sih? Elo kan mau menikah bukan mau pergi jauh. Kita masih bisa bertemu setelah kalian menikah."
"I just want to say I'm sorry for everything."
"Sudah ah, jangan bikin suasana jadi mellow gini. Jangan khawatir, si Reno bakal bisa menerima perjodohan ini dan gue juga yakin dia akan mencintai elo."
Pada akhirnya malam itu mereka tidur sekamar. Semalaman mereka ngobrol dan menjelang subuh mereka baru bisa tidur.
⭐⭐⭐⭐