"Risma, bisa tante bertemu denganmu?" tanya Anggita melalui ponselnya.
"Ada apa tante?"
"Temui tante di rumah sakit milik opamu."
"Tante sakit?"
"Nggak sayang. Nanti tante jelaskan."
"Siapa Ma?" tanya Risna. Keduanya sedang makan siang bersama seorang pria muda yang duduk di samping Risma.
"Tante Anggita."
"Mamanya Reno?'
"Siapa Reno?" tanya sang pria muda. "Apakah dia yang akan dijodohkan denganmu, sayang?"
"Ma, elo sudah ceritakan semua ke Azzam?'
"Sudah. Dia berhak tahu. Gue nggak mau memulai hubungan gue dengan sebuah kebohongan. Gue sudah ceritakan semuanya ke Azzam." jawab Risma sambil bersandar manja kepada pria muda yang ternyata adalah Azzam.
"Zam, bagaimana dengan orang tuamu? Apakah Risma sudah pernah bertemu dengan mereka?"
"Bukan hanya Risma, bahkan kedua orang tua kalian sudah bertemu dengan orang tuaku saat mereka mengunjungiku di Amerika." ucap Azzam.
"Na, pertunangan kami sudah disetujui oleh mama dan papa. Bahkan saat itu orang tua Azzam mengunjungi restauran milik papa di Ontario."
"Oh iya, Ma. Bagaimana dengan restauran milik papa?"
"Seperti yang elo tahu, Na, Restauran sudah dijual oleh opa dan dananya dimasukkan ke dalam dana perwalian yang diawasi oleh lawyer opa. Bahkan saham papa di perusahaan milik tante Anggita juga berada dalam pengawasan opa."
"Berarti kalian tak memiliki power apapun untuk lepas dari opa Steven?" tanya Azzam. "Apa itu artinya kamu harus mengikuti rencana opa?"
Risna dan Risma mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan studimu? Bagaimana dengan hubungan kita?"
"Entahlah sayang. Tante Anggita memintaku menemui beliau di rumah sakit milik opa. Kurasa ia ingin mengajakku bertemu dengan kakek Anggoro disana." jawab Risma. "Is it okay with you?"
"I will drive you there. Kalau perlu kita bilang sama mereka kalau kita sudah bertunangan."
"Ma, mungkin mereka akan membatalkan pertunangan ini bila mereka tahu elo sudah memiliki tunangan. Bahkan seperti yang kuceritakan padamu, Reno juga sudah memiliki kekasih." ucap Risna.
"Gue nggak yakin mereka akan membatalkan perjodohan ini." sahut Risma.
"Lalu?" tanya Risna dan Azzam bersamaan.
"Sayang, please jangan tinggalkan aku," pinta Azzam. "Aku bisa gila jika harus hidup tanpamu."
Kedua sejoli itu berpelukan dan menangis bersama mengingat hubungan mereka di ujung tanduk. Risna menatap mereka tanpa bisa berbuat apapun. Ia ingin membantu, bahkan ia sendiri tak memiliki daya apapun. Kebencian sang opa membuatnya merasa dirinya semakin tak berarti. Powerless.
⭐⭐⭐⭐
"Ma, apa maksudnya?" tanya Reno tak percaya.
"Situasi kakek semakin parah. Dokter sepertinya sudah angkat tangan sayang. Bahkan tim dokter menyarankan membawa kakek pulang ke rumah atau membawanya ke tempat dimana beliau bisa merasa nyaman. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk kakek." Anggita menangis dalam pelukan Bimo. Sementara itu Steven berdiri di samping ranjang rumah sakit.
"Kamu harus semangat, Ang. Kamu masih ingat kan janji kita untuk menjodohkan keturunan kita? Sebentar lagi semua itu akan terwujud. Cucu-cucu kita akan segera menikah. Setelah mereka menikah kita bisa mewujudkan impian kita yang lain, pergi memancing di laut lepas. Aku bahkan sudah menyuruh Chandra membeli kapal buat kita memancing."
"Steve, kuharap kita bisa mewujudkan impian-impian itu. Tapi aku nggak yakin umurku akan panjang. Terima kasih karena kamu sudah menghadirkan dokter-dokter terbaik untuk merawatku," ucap Anggoro lemah. "Aku titip Anggita. Dia tak memiliki siapapun selain Bimo dan anak-anaknya. Tolong, jaga perusahaan kita. Jangan sampai Jason menguasai perusahaan yang kita bangun bersama."
"Ang, jangan bicara seperti itu. Kamu pasti bisa bertahan hingga cicit-cicit kita lahir. Setelah Risma hamil aku akan menyerahkan perusahaan kita pada Reno. Nanti dia yang akan meneruskan perusahaan kita."
"Reno, kakek mau bicara."
"Iya kek, ada apa?" Reno mendekati Anggoro. Digenggamnya tangan sang kakek.
"Umur kakek nggak lama lagi. Keinginan kakek saat ini adalah melihatmu segera menikah dengan cucu opa Steven agar persahabatan kami terus berlangsung. Berjanjilah kamu akan memenuhi permintaan kakek." Reno terdiam mendengar permintaan Anggoro.
"Tapi kek, Reno sudah.. "
"Iya ayah, Reno akan memenuhi permintaan ayah," potong Anggita cepat. Ia sudah tahu apa yang akan Reno katakan.
"Ma ... "
"Baguslah kalau Reno bisa memenuhi keinginan kami. Opa akan sangat senang bila Reno jadi menikah dengan cucu opa." Steven memeluk erat Reno. Anggoro yang merasa bahagia menitikkan air mata.
"Ayah jangan menangis. Reno dan Risma akan menikah minggu depan," ucap Anggita. "Ben dan Alena pasti senang melihat mereka akan bersatu dalam ikatan pernikahan."
Ucapan Anggita bagaikan palu godam yang menghantam kepala Reno. Ia tak bisa berkata apa-apa. Steven kembali memeluk erat Reno.
Sementara di luar kamar rawat VIP, tampak Risma yang didampingi Azzam terdiam di depan pintu yang terbuka sedikit. Ia bisa mendengar seluruh percakapan di dalam ruang perawatan. Ucapannya tadi menjadi kenyataan. Anggoro dan Steven bukan hanya akan menolak membatalkan perjodohan, namun mereka malah akan mempercepat pernikahannya dengan Reno, si cowok sombong itu.
"Zam, aku nggak mau menikah dengan dia. Aku hanya ingin menikah denganmu. Cuma kamu yang aku cintai."
"Iya sayang. Kita akan cari jalan keluarnya agar kamu nggak perlu menikahi cucu sahabat opa-mu." Azzam memeluk Risma yang mulai terisak-isak. Ia membawa Risma kembali ke mobil.
"Bagaimana Zam? Lho Ma, elo kenapa nangis?" tanya Risna yang menunggu di dalam mobil.
"Naaaa." Risma berlari ke pelukan Risna dan menangis disana. "Seminggu lagi gue bakal menikah dengan tuh cowok brengsek. Gue nggak mau menikah dengan dia. Gue cuma mau menikah dengan Azzam."
"Bagaimana kalau elo hubungi Reno dan ajak dia mencari jalan keluar permasalahan ini. No, kali ini elo yang harus menemui dia. Ajak Azzam," ucap Risna saat Risma memandangnya dengan pandangan memohon.
"Jelaskan pada dia mengenai hubungan kalian."
⭐⭐⭐⭐
'Temui gue di cafe Kuliner, depan rumah sakit. SEKARANG!!' Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Reno.
Apa-apaan sih nih cewek barbar, seenaknya aja memerintah orang. Kirim pesan kok nggak pakai basa basi. Menyebalkan, omel Reno saat membaca pesan tersebut. Ia tak membalas pesan tersebut.
'Heh kunyuk! Ngerti bahasa Indonesia nggak sih? Get your ass here, son of a bitch!' Masuk lagi sebuah pesan dengan bahasa yang lebih kasar. Ya tuhan, apa jadinya kalau gue menikah dengan wanita ini. Opa Steven nggak punya cucu lain apa buat dijodohin sama gue? Menikah tanpa cinta aja sudah sebuah petaka, apalagi kalau istrinya barbar kayak nih cewek. Double Kill. Reno melihat ponselnya dengan gusar. What the hell, gue diemin aja atau gue temuin nih cewek gila?
'Heh, calon suami be**! Buruan datang kesini, atau gue bakal datang ke rumah sakit dan membuat kekacauan di sana?!'
Reno membaca pesan tersebut. Kali ini wajahnya tampak gusar. Ia menghela nafas kasar.
"Mau kemana Ren? Kamu nggak mau menunggu Risma datang?" tanya Anggita.
"Mau ke cafe sebentar ma. Butuh kopi ekstra kuat biar tetap waras." Reno ngeloyor meninggalkan kamar VIP.
"Reno kemana, Git?" tanya Steven curiga.
"Oh, cuma mau ke cafe sebentar opa. Katanya dia mau beli kopi. Mungkin dia pusing menghadapi pekerjaannya," ucap Anggita cepat memberikan alasan kepada Steven.
⭐⭐⭐⭐