"Yo! Kami datang untuk menyapa petualang baru sepertimu lho!" sapa salah satu dari mereka.
"Maaf, ada perlu apa dengan kami hingga kalian mendatangi kami?" tanyaku mengabaikan beberapa orang yang tengah bersembunyi di balik pohon dan beberapa semak.
"Totalnya sekitar 16 orang yah? Feline, bisa kau tangani mereka selagi aku mengalihkan perhatian orang-orang ini?" pintaku melalui Telepathy.
"Itu sama sekali bukan masalah besar, Master. Tetapi, apa Anda akan baik-baik saja melawan mereka? Sepertinya mereka sudah cukup veteran," balas Feline.
"Jangan khawatir, mereka bahkan jauh lebih lemah darimu," jelasku.
"Kami ingin kau untuk meninggalkan gadis Elf itu disini. Setelahnya, kau baru bisa pergi dari tempat ini!" jelas salah satu dari mereka.
Mendengar penjelasan itu benar-benar membuatku kesal. Hingga secara tidak sadar melepaskan tatapan sinis pada mereka.
"Huh? Kenapa? Jika kau tidak suka, bicaralah!" ucap salah satu dari mereka mengayunkan pukulannya kepadaku.
Tetapi entah kenapa dia cukup lambat, jadi aku segera meraih tangannya dan membantingnya sekuat tenaga ke tanah.
BRUK!
"A-apa yang terjadi?"
"Dia membanting Yurd yang memiliki level lebih tinggi darinya?"
Huh? Level 40 lebih tinggi dariku? Bukannya itu terbalik? Aku hanya bisa menggerutu dalam hati saat mendengarnya. Aku yakin tidak ada dari mereka yang memiliki Appraisal ataupun Clairvoyance. Namun untuk sekarang, ayo segera selesaikan ini. Lagipula Feline juga telah bergerak sesaat setelah aku membanting pria bernama Yurd itu.
"Kau, keparat!!" teriak salah satu dari mereka yang mengayunkan pedang besarnya kepadaku.
Begitu lambat, inikah efek dari perbedaan level? Saat menghadapi Bandit, mahluk buas dan Monster juga sama. Mereka semua sangat lambat ketika menyerang, tidak, mungkin aku yang terlalu cepat? Aku menghindarinya dengan cukup mudah dan memukul perutnya yang dilanjutkan dengan menendang kaki kanannya untuk membuatnya terjatuh.
BRUK!
"Ada apa? Hanya segini saja?" ucapku memprovokasi.
"Sialan! Kita serang dia bersama!"
Dua orang yang membawa kapak dan pedang maju, mengayunkan senjatanya secara bersamaan dari arah yang berbeda, berniat mengapitku dengan kedua serangan mereka. Aku dengan segera menundukkan tubuh serendah mungkin dan maju secepat mungkin untuk memberikan pukulan uppercut pada pengguna kapak dan tendangan memutar pada pengguna pedang.
"Bahkan ini tidak bisa disebut dengan pemanasan," gumamku.
"Ja-jangan macam-macam dengan kami! Kalian semua keluarlah! Kita beri dia pelajaran bersama-sama!" teriaknya memanggil rekan-rekannya.
Aku mengabaikannya dan terus melangkah maju. Dia memanggil rekan-rekannya sekali lagi, tapi tidak ada yang menyahut panggilannya. Lalu saat aku sudah semakin dekat, dia jatuh terduduk dengan penuh rasa takut.
"Tidak perlu merasa takut, aku tidak akan membunuhmu kok," ungkapku.
"Oh, benar juga. Tentang teman-temanmu yang lain," lanjutku menjentikkan jariku.
Feline membawa orang-orang yang telah diikat keluar dari dalam hutan. Membuat raut wajah ketakutan pria itu menjadi-jadi.
"Hi!!!! Mo-Monster!" teriaknya mencoba kabur.
Aku segera melempar sebuah potion kepada pria itu dan membuatnya terjatuh karena kakinya tiba-tiba berhenti. Aku lalu mengambil belati di pinggangnya dan menarik kerah baju bagian belakangnya, lalu menodongkan belati tersebut pada lehernya.
"Mengatakan Monster pada orang asing, bukankah itu sedikit kejam? Sekarang, bagaimana jika kau menceritakan semuanya kepadaku?" ancamku.
Dengan begitu, kami pun mengikat mereka semua dan membawa mereka kembali ke kota bersama kami. Para Ksatria Penjaga sempat menanyakan apa yang terjadi. Jadi kami menjelaskan kalau mereka adalah para Petualang yang sering membuat masalah dan kami ingin membawa mereka ke Guild.
"Kami memang mendapatkan kabar tentang Petualang yang selalu membuat masalah. Tapi tidak ada laporan dari para warga, jadi kami mengabaikannya," jelas salah satu Ksatria Penjaga.
"Yah, itu karena mereka diancam untuk tidak melapor," balasku yang membuat Ksatria Penjaga itu menghela nafasnya.
"Kalau begitu, kami akan membawa mereka ke Guild untuk diberi hukuman, tidak masalah bukan?" lanjutku.
"Tentu. Kami berterimakasih kepada kalian yang telah berhasil menghentikan perbuatan mereka," balasnya mempersilahkan kami untuk masuk.
Saat melihat kami membawa para Petualang yang diikat ini, para warga memberikan respon terkejut ketika mengetahuinya. Bahkan beberapa dari mereka ada yang memberikan cemoohan hingga melempar batu kepada mereka.
"Master, Anda tidak ingin menghentikan perbuatan para warga?" tanya Feline.
"Untuk apa membantu kriminal? Biarkan saja, anggaplah itu hukuman bagi mereka. Lagipula selama itu bukan luka fatal, aku akan membiarkannya," jawabku.
Saat di tengah perjalanan, aku melihat seorang pria dengan pedangnya yang berlari lurus menuju salah satu Petualang yang kami tangkap. Melihat hal itu, aku segera menghentikan tindakannya dengan menggenggam kedua tangannya.
"Lepaskan aku! Biarkan aku membunuhnya!!"
"Tenanglah! Aku tidak masalah jika kau ingin menghajarnya, tetapi untuk membunuhnya itu akan menjadi sebuah masalah,"
"LALU APA YANG HARUS AKU LAKUKAN! Karenanya, KARENANYA ADIKKU TELAH KEHILANGAN MASA DEPANNYA!!"
Mendengar hal tersebut, aku hanya bisa diam. Bahkan beberapa warga yang mendengarnya mulai mengambil senjata tajam dan berniat untuk melampiaskan kekesalan mereka. Karena merasa sudah diluar kendali, aku akhirnya terpaksa menggunakan Skill: Intimidation Aura kepada mereka semua yang menyebabkan beberapa dari mereka jatuh pingsan.
"Master, sudah cukup. Sebaiknya kita segera menyerahkan mereka kepada pihak Guild," peringat Feline.
"Yah, kau benar. Ayo pergi," sahutku mengabaikan semua orang yang terjatuh pingsan di tanah.
***
"Anu, Tuan Wira? Bukankah Anda mengambil Request Berburu Slime? Mengapa malah menangkap Petualang yang bermasalah?" tanya Tina kepadaku.
"Oh, jadi mereka benar-benar pembuat masalah yah? Pantas saja mereka sangat dibenci oleh warga sekitar," balasku.
Aku pun mulai menceritakan semuanya kepada Tina tanpa menutupinya sama sekali, kecuali penyebab hilangnya kesadaran warga.
"Kami memang sudah banyak mendapatkan laporan dan keluhan dari beberapa Petualang yang diam-diam melaporkan kejadian ini. Kami juga telah mencoba melakukan penyelidikan, tapi berakhir tidak menemukan petunjuk apapun disana," jelas Tina.
"Siapa yang dikirim untuk melakukan penyelidikan itu?" tanyaku penasaran.
"Dia--"
"S Rank Adventurer, Stella the Shadow," sahut seorang pria paruh baya yang menuruni tangga.
Sedikit penasaran, aku mengintip status miliknya dengan Clairvoyance. Tetapi saat melihatnya, aku benar-benar terkejut dengan status miliknya itu.
Theo Walcott
Race: Human
Level: 258
Title: Owner of Mystic Eyes of Observer, Invincible Warlock, Guild Master of Etos City.
Job: Warlock
HP: 273700
MP: 244600
STR: 12840
INT: 24460
AGI: 21830
VIT: 27370
Skill: Magic Martial Technique, Non Attribute Magic, Wind Magic.
Ultimate Skill: Arcane Magic Martial Technique, Storm Magic.
"Levelnya 258, dia adalah pemilik level tertinggi pertama yang aku jumpai," pikirku.
"Wira! Dirimu sungguh ceroboh," sahut Pleiades.
"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.
"Pria itu adalah pemilik Mystic Eyes! Terlebih lagi miliknya adalah Observer," jelasnya yang membuatku semakin bingung.
"Intinya, pria itu bisa melihat seluruh status dirimu yang sesungguhnya!" lanjut Pleiades yang membuatku panik.
"Ah, Guild Master!" ucap Tina memberi hormat kepada Theo.
"Aku sudah mendengar semuanya. Collette, segera cabut lisensi petualang mereka. Sedangkan Tina, pergilah ke Gedung Ksatria untuk melaporkan hal ini pada mereka!" perintah Theo.
"Baik! Akan segera kami laksanakan!" sahut Collette dan Tina serempak dan melakukan tugas yang telah diberikan.
Theo berbalik dan berjalan menuju tangga, tetapi sebelum dia naik lebih tinggi, dia memberikan kode kepadaku untuk mengikutinya ke atas. Jadi aku dan Feline pun mengikutinya dari belakang. Hingga akhirnya kami telah berada disebuah ruangan yang diberikan khusus pada Guild Master.
"Silahkan duduk. Aku perlu mendengar kesaksian dari kalian untuk diberikan kepada Ksatria yang akan datang nantinya," pinta Theo.
Aku lalu menjelaskan segalanya kepadanya, tentu saja hanya kejadian sebelum kami sampai di kota. Theo lalu mencatatnya di kertas dengan huruf yang tidak aku kenali, tapi bisa aku baca dengan baik. Setelah menyelesaikan semuanya, Theo mengubah tatapannya. Membuatku menjadi waspada sembari tetap tenang di wajahku.
"Kalau begitu Tuan Wira, bisakah aku menanyakan sesuatu kepada Anda?" tanyanya.
"Tentu, aku akan menjawabnya jika kau bisa menjaga rahasia ini," jawabku mengetahui apa
yang ingin dia tanyakan.
"Tidak perlu khawatir, Tuan Wira. Semua Guild yang ada di dunia ini selalu menjaga privasi setiap Petualang mereka," jelasnya.
"Kalau begitu, tanpa ragu. Apakah benar Anda adalah seorang reinkarnator dan orang yang dipanggil dari dunia lain, Tuan Wira Hardianto?" lanjutnya bertanya.
Feline segera mengambil sikap siaga setelah mendengar nama asliku disebut oleh Guild Master Theo. Aku dengan segera menyuruhnya tenang dan memintanya untuk tidak melakukan hal sia-sia. Setelahnya, aku menjawab pertanyaan dari Theo.
"Iya. Aku dipanggil dari dunia lain, tapi aku dibuang ke Labirin Besar yang paling berbahaya di dunia ini oleh Raja Bodoh dari Kerajaan Einhard!" jawabku.
"Kami memang mendapatkan informasi kalau Kerajaan Einhard itu melakukan pemanggilan Pahlawan. Tetapi tidak menyangka kalau mereka membuang orang terbaik seperti dirimu," ujar Theo.
"Nampaknya kau salah paham tentang ini, Theo Walcott. Sebelum aku seperti sekarang ini, Statusku bahkan lebih rendah dari seorang bayi. Itulah yang dikatakan oleh biarawati sampah yang memanggil kami," ungkapku.
Theo menghela nafasnya, dia nampak menggeleng-gelengkan kepalanya dan memegang keningnya. Aku yang melihat hal itu, menjelaskan tujuanku yang sebenarnya padanya.
"Tenang saja, Theo. Aku tidak akan melibatkan Guild Petualang dengan balas dendamku. Tetapi jika ada petualang yang mencoba menghalanginya, maka aku minta maaf. Karena tanpa ragu, aku akan membunuh mereka," ungkapku.
"Bisakah aku meminta satu hal pada Anda?"
"Apa itu?"
"Kumohon, jangan libatkan warga sipil dalam balas dendam Anda nantinya," pinta Theo menundukkan kepalanya.
"Jangan samakan aku dengan para Bandit. Aku tidak akan menyakiti mereka yang tidak terlibat dengan balas dendamku ini. Selama mereka tidak mengganggu," balasku.
"Kalau begitu, karena sudah tidak ada yang bisa dibicarakan lagi. Kami akan pergi sekarang," lanjutku berdiri dan mulai berjalan menuju pintu.
"Tunggu! Bisa kalian serahkan kartu Guild kalian? Aku akan menaikkan Rank Petualang kalian ke Rank E. Karena kebanyakan dari mereka adalah Rank D, setidaknya kalian hanya perlu menyelesaikan 3-4 Request saja untuk naik ke Rank D nantinya," panggil Theo.
"Tidak bisakah kau menaikkannya hingga ke Rank S?" tanyaku.
"Hahaha! Maafkan aku, tapi peraturan tetaplah peraturan," jawab Theo.
"Kau benar," balasku yang menyerahkan Kartu Petualang kami padanya.
Lalu dengan begitu, hari pertama kami sebagai Petualang pun berakhir dengan kenaikan Rank kami. Tanpa menyadari ada bahaya yang tengah bergerak dibalik layar.