Kota Etos, merupakan Kota Perbatasan yang dipimpin oleh Marquis Rain Voltresta atau lebih dikenal dengan sebutan Raja Pedagang. Kota ini terkenal dengan ekonominya yang maju. Bukan hanya ekonominya saja, bahkan dalam bidang militer Kota Etos adalah satu dari 4 Kota Perbatasan terkuat di dunia. Belum lagi Kota ini memiliki 4 Petualang Rank S dengan total 3 Party Rank S yang berpusat di Kota Etos.
Kota ini terbagi menjadi 5 Distrik dengan Distrik Pusat yang merupakan tempat tinggal Marquis Rain Voltresta. Lalu keempat Distrik lainnya adalah Distrik Bangsawan yang mengitari Distrik Pusat atau lapisan keempat, Distrik Akademi yang mengitari Distrik Bangsawan atau lapisan ketiga, Distrik Pertanian yang mengitari Distrik Akademi atau lapisan kedua, serta Distrik Pedagang yang mengitari Distrik Pertanian atau lapisan pertama.
Bagaimana caraku tahu? Tentu saja dari Adrian dan teman-temannya. Terlebih lagi, gadis rubah bernama Mia itu paling banyak menjelaskan semuanya daripada yang lain. Hanya dalam waktu satu malam, kami semua entah mengapa cepat akrab. Atau lebih tepatnya, aku seperti ditarik untuk akrab oleh mereka. Yah, lagipula tidak masalah untuk menambahkan mereka sebagai sekutu.
"Mohon maaf, bisa tunjukkan identitas kalian?" tanya seorang Ksatria yang menjaga gerbang masuk.
Adrian dan rekan-rekannya menunjukkan kartu petualang mereka, Lime juga menunjukkan kartu identitas miliknya dan aku sendiri memberikan sebuah surat yang diberikan oleh Lime seminggu yang lalu sebelum berangkat.
"Totalnya jadi 8.000.000 Ringgo untuk biaya masuknya," jelas Ksatria tersebut.
Aku memberikan sekantung koin yang berisi 10 Koin Emas. Ksatria tersebut melihat isinya dan menatapku dengan pandangan bingung.
"Bonus. Tidak mau kah?" ujarku.
"Oh? Begitu yah? Terimakasih! Ini Visa milik Anda. Itu hanya berlaku selama 10 hari, jadi jika ingin memperpanjangnya, harap datangi Kantor Administrasi!" jelas Ksatria tersebut memberikan dua buah kartu kepada kami.
"Hanya dua?"
"Bukankah gadis Elf itu budak milik Anda?"
Hmm, itu berarti budak tidak dikenakan pajak yah? Benar-benar sistem yang meringankan beban keuangan. Aku lalu memacu kereta kuda kembali dan baru saja memasuki kota, Adrian meminta diturunkan disini.
"Kenapa tidak sekalian saja aku antar ke tempat kalian?" tanyaku.
"Terimakasih atas tawarannya. Tapi kami tidak bisa berhutang lebih dari ini," jelas Adrian.
Mereka pun pamit dan meninggalkan kami. Yah, lagipula kami mungkin akan bertemu lagi nanti. Jadi untuk sekarang, mari pergi ke Gereja terdekat! Butuh sekitar 10 menit untuk sampai di sana. Setelahnya aku menyerahkan pengurusan dokumentasi kepada Lime dan meninggalkannya.
"Aku akan menjemputmu saat sore nanti, tak masalah?" tanyaku sebelum benar-benar meninggalkannya.
"Yah! Aku tidak masalah dengan itu. Ah, jika kamu mau menukarkan bounty, pergilah ke Gedung Ksatria," jelas Lime.
Aku lalu mengangguk dan segera pergi meninggalkannya di depan gereja. Sementara itu, aku mengendarai kereta kuda menuju Gedung Ksatria.
"Feline, bisa aku serahkan penjagaan kereta kuda ini kepadamu?" tanyaku.
"Tentu, Master! Saya akan melakukan yang terbaik!" jawab Feline.
Aku mengangguk dan masuk ke dalam Gedung Ksatria, meninggalkan kereta kuda bersama dengan Feline. Kesan pertama yang aku berikan adalah, luar biasa! Dindingnya dicat dengan warna putih dengan beberapa ornamen khusus Ksatria. Aku segera menyadarkan diri dan segera menuju resepsionis.
"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya gadis resepsionis.
"Aku ingin menukar bounty. Bisa biarkan aku bertemu dengan pemimpin tempat ini?" balasku bertanya.
"Apakah tuan sudah memiliki janji sebelumnya?" tanyanya lagi.
"Belum sih. Tapi aku tidak bisa membiarkan orang lain melihatnya. Jadi bisa biarkan aku bertemu dengan pimpinanmu?" pintaku.
"Saya mengerti, kalau begitu silahkan ikuti saya!" balasnya.
Aku pun mengikutinya ke sebuah pintu besar. Setelah gadis tersebut mengetuk pintu, dia pun masuk dan meminta izin sebelum membiarkan aku masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Silahkan duduk," pinta seorang gadis dengan zirah ringan yang dia kenakan, juga sebuah pedang yang nampak tersarung pada pinggangnya.
Erika Primrose
Race: Human
Level: 125
Title: Inferno Knight, Viscount of Etos Border Town.
Job: Swordcaster
HP: 245000
MP: 490000
STR: 24700
INT: 49000
AGI: 34800
VIT: 24500
Skill: Appraisal, Primrose Sword Technique, Leadership, Fire Magic.
Ultimate Skill: Inferno Magic.
"Hmm, statusnya lumayan bagus untuk seorang wanita," pikirku.
"Akan merepotkan jika dirimu menjadikannya sebagai musuh," balas Pleiades.
"Haha, memangnya orang bodoh mana yang ingin menjadikannya musuh?" sahutku.
"Jadi, ada apa tuan ingin bertemu denganku?" tanya Erika.
"Aku ingin kau memeriksa kartu-kartu ini," jawabku mengeluarkan kartu-kartu identitas milik para Bandit.
Gadis resepsionis yang mengantarku tadi, kembali dengan membawa sebuah buku dan dua cangkir yang berisi teh. Aku berterimakasih, sedangkan Erika hanya mengangguk dan mengambil buku tersebut. Gadis resepsionis itu memberikan senyumannya sebelum pergi meninggalkan ruangan.
"Kalau begitu, aku akan mulai memeriksanya. Search!" ujar Erika dan buku yang dipegangnya mengeluarkan cahaya.
Tidak berselang lama, 4 buah kartu mengeluarkan cahaya warna emas dan sisanya perak. Erika menyudahi tindakannya barusan dan mengambil 4 kartu yang mengeluarkan cahaya emas dan memeriksanya melalui buku. Jujur, aku sedikit terkejut saat tahu Search bisa digunakan seperti itu.
"Aku sudah memeriksa semuanya. Dari 54 Kartu Identitas ini, semuanya sudah dipastikan Bandit dan 4 diantaranya memiliki Bounty dengan salah satunya yang bernama Robert memiliki 50.000.000 Ringgo, 3 lainnya memiliki 40.000.000 Ringgo, lalu sisanya akan dihargai 200.000 Ringgo per kartunya," jelas Erika.
Totalnya jadi 180.000.000 Ringgo yah? Aku rasa ini sudah cukup untuk modal awal panti. 180 Koin Emas ditambah harta para Bandit, jika diakumulasikan itu sudah bisa membuat mereka bertahan hidup selama 10 tahun kalau perkiraanku benar.
"Jika tuan memiliki harta Bandit, bisa perlihatkan padaku? Kami akan mengambil 40% dari total rampasan tersebut dan menggunakannya demi kepentingan militer," ujar Erika.
"Oh, dia ternyata jujur juga?" pikirku.
"Tetapi, jika dirimu memberikan 40% dari rampasan tersebut, bukankah akan membuat jatah gadis-gadis itu berkurang?" balas Pleiades.
"Aku tahu itu, tidak perlu khawatir. Aku sudah memikirkan balasan yang tepat untuk ini," sahutku.
"Aku akan memberikannya padamu, tapi hanya perlengkapan mereka saja. Apa tidak masalah?" tanyaku.
"Maaf, tuan. Jika boleh tahu, untuk apa harta rampasan itu?" balas Erika bertanya.
"Ini untuk panti yang akan aku bangun di desa yang berjarak seminggu dari kota ini. Mereka adalah gadis-gadis malang yang diculik oleh para Bandit. Apa kau yakin ingin merebut jatah mereka?" jawabku.
Buku yang sebelumnya dipegang oleh Erika mengeluarkan sinar putih. Merasa penasaran, aku menggunakan Clairvoyance pada buku tersebut dan membuatku benar-benar terkejut.
Knight Book
Level: 1
Rarity: Epic
Durability: 5000
Skill: Search, Lie Detector.
Buku yang dimiliki oleh Kapten Ksatria atau diatasnya.
"Nampaknya tuan tidak berbohong yah? Kalau begitu, bisa keluarkan peralatan Bandit yang tuan dapatkan?" tanya Erika.
Aku pun menurutinya dan mengeluarkan semuanya dari Dimensional Inventory Pleiades. Dia meminjamkannya sementara kepadaku, karena jika tidak itu akan menyebabkan orang-orang curiga. Yah, walau aku sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya sih.
"Itu sudah semuanya dari tempat penyimpananku," jelasku.
"Aku mengerti. Kalau begitu, tuan bisa menyerahkan kertas ini pada bagian resepsionis," ujarnya menyerahkan sebuah kertas kepadaku.
Aku pun mengambilnya dan berjalan menuju keluar. Tapi saat ingin membuka pintu, Erika memanggilku.
"Tuan Wira! Berjuanglah untuk membuat panti tersebut! Aku, Komandan Ksatria Kota Etos, Erika Primrose mendukung keinginan tuan!" panggilnya.
"Kupikir kau tidak akan menyebut namaku meski memiliki Appraisal, Erika," sahutku membuka pintu dan keluar dari ruangan tersebut setelah melambaikan tangan.
***
"Oh, Master? Sudah selesai?" sambut Feline saat melihatku keluar dari Gedung Ksatria.
"Ya. Aku mendapatkan 180 Koin Emas dari Bounty para Bandit. Lalu jika ditambahkan dengan rampasan harta Bandit, itu totalnya menjadi 500 Koin Emas!" jelasku.
"Benarkah? itu sangat banyak Master. Apa Master benar-benar akan memberikannya pada Lime untuk panti?" tanya Feline.
"Tentu saja! Saat aku sudah memutuskannya, maka itu akan terjadi," jawabku mengelus kepala Feline.
"Kalau begitu, ayo cari penginapan dan jemput cucu Kepala Desa," lanjutku.
Kami pun pergi menuju penginapan dengan menaiki kereta kuda. Kalau tidak salah, Adrian memberitahukan Penginapan yang mereka tempati. Namanya Moon Field Inn jika aku tidak salah ingat.
"Master, itu penginapannya bukan?" ujar Feline menunjuk sebuah papan yang berlambang bulan dengan nama Moon Field dibawahnya.
"Kau benar. Jadi, ayo segera masuk ke dalam dan sewa dua kamar," balasku.
"Eh? Dua kamar?"
***
KRING!
"Selamat datang! Jika tuan ingin memesan kamar, silahkan pergi ke resepsionis!" sambut seorang pelayan yang tengah melayani berbagai pesanan makanan dan minuman.
Merasa tidak Ingin mengganggunya, aku pun pergi menuju resepsionis bersama Feline. Beberapa orang melihat kearah kami, lebih tepatnya mungkin Feline. Wajar saja karena ukuran dadanya itu sangat besar dan pastinya akan membuat semua orang tertarik dengannya.
"Apa kau merasa terganggu, Feline?" tanyaku.
"Hmm? Apa maksud perkataan Anda, Master?" balasnya yang nampak tak mengerti maksudku.
Ya sudahlah, lebih baik segera pesan kamar dan segera menjemput Lime. Mendaftar menjadi petualang bisa dilakukan besok.
"Permisi, paman! Aku ingin memesan dua kamar. Satu untuk kami, satu lagi untuk temanku yang lain," pintaku.
"Ah, tentu! Berapa lama kau ingin menginap?" tanya resepsionis penginapan.
"Kamar kami sebulan dan untuk temanku semalam," jawabku.
"Aku mengerti. Untuk yang semalam 80.000 Ringgo, sedangkan yang sebulan 2.200.000 Ringgo dan itu sudah termasuk sarapan dan makan malam!" balasnya.
Aku lalu memberikan 3 Koin Emas dan mengatakan untuk menyimpan kembaliannya. Pria itu berterimakasih dan memperkenalkan dirinya sebagai pemilik penginapan ini.
"Namaku adalah Urd! Pemilik penginapan ini. Jika ada sesuatu yang kurang, panggil saja aku!" ucapnya.
"Tentu. Lalu kuncinya berikan pada gadis Elf ini. Aku harus menjemput temanku sebentar," balasku.
Aku pun pergi meninggalkan Feline yang telah diberikan kunci kamar. Tapi sebelum pergi dari penginapan, aku berhenti ditengah jalan.
"Paman, jika terjadi sesuatu padanya, laporkan padaku oke?" ucapku melepaskan Aura Intimidasi pada semua orang yang ada disini, untuk menandakan agar tidak macam-macam padaku.
Beberapa orang yang tengah makan ada yang tersedak, ada yang membuat raut wajah ketakutan, serta ada yang membuat wajah kebingungan. Tapi aku mengabaikan mereka dan segera menjemput Lime di Gereja.