Setelah keluar dari penginapan, aku menaiki kereta kuda dan berangkat menjemput Lime yang berada di Gereja. Walaupun tidak terlalu jauh, tapi akan lebih cepat jika menggunakan kereta kuda.
"Yo! Sudah menunggu lama?" panggilku.
"Tidak terlalu," sahutnya dingin.
"Oy, oy. Jika kau terlalu dingin seperti itu, tidak akan ada pria yang mau mengajakmu kencan lho!" ledekku.
"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin cepat-cepat tidur hari ini! Banyak sekali dokumen yang aku urus tadi," balas Lime yang hanya bisa membuatku tertawa hambar.
"Aku mengerti apa yang kau maksud. Tapi sebelum tidur, akan lebih baik jika kau makan terlebih dulu," ujarku.
"Apa yang memasak itu kamu?" tanyanya.
"Tidak, yang memasak itu koki penginapan. Tapi jika kau memang sangat menginginkannya, aku akan membuatkannya besok pagi," jawabku.
Setelahnya, Lime hanya diam tanpa mengajakku bicara lagi. Aku juga tidak mengatakan apapun untuk membiarkannya sedikit bersantai. Selain itu, berapa kali pun aku melihat sekitar kota, hanya membuatku semakin kagum dengan keindahan kota ini.
"Tapi, dimana ada keindahan, pasti ada sesuatu yang tersembunyi dibalik keindahannya," pikirku.
"Yah, apa yang dirimu pikirkan itu tidak salah. Meskipun beberapa budak ada yang diperlakukan dengan baik, tapi mereka tetaplah mahluk yang kehilangan kebebasannya," jelas Pleiades.
Aku hanya bisa setuju dalam diam dengan penjelasan Pleiades tersebut. Yah, apapun itu, aku tidak memiliki niat untuk membantu mereka yang tidak berguna bagiku. Jadi akan lebih baik untuk tetap melakukannya sesuai rencana yang telah ditentukan.
"Oh, kita sudah sampai! Kau pergilah lebih dulu, aku yakin Feline telah menantimu," ucapku menghentikan kereta kuda.
"Aku mengerti! Aku juga sudah lelah, mungkin aku akan makan di dalam kamar saja," balasnya.
Aku hanya bisa tersenyum dan membawa kereta kuda ke tempat yang telah disediakan. Kemudian saat aku turun dari sana dan berniat untuk menuju kamar, beberapa pria menghalangi jalanku.
"Maaf, apa ada yang bisa aku bantu?" tanyaku.
"Kau cukup menyebalkan untuk orang lemah yah!" jawab salah seorang pria berbadan besar.
"Mengancam kami itu tidak ada gunanya kau tahu! Yang ada kau hanya membuat musuh di sekitarmu!" sahut pria kurus yang bersamanya.
"Oh, apa itu sebuah peringatan?" tanyaku menatap sinis pada mereka.
Salah satu dari mereka menghela nafas sebelum menjelaskan maksud tujuan mereka, "Dengar! Kau mungkin merasa kalau kau adalah orang yang kuat! Tapi jangan lupa kalau kau bukanlah satu-satunya dari orang-orang tersebut. Bahkan masih ada langit yang harus kau gapai setelah langit yang kau pijak!"
"Intinya, akan lebih baik jika kau mengatakannya dengan baik-baik daripada menggunakan Intimidasi seperti sebelumnya," lanjutnya.
"Hmm? Bukankah kalian sendiri yang menatap buas gadisku?" ucapku memprovokasi.
"Yah, kami memang akui itu. Tapi kami tidak akan melakukan hal menyedihkan seperti memaksa gadismu demi hasrat kami! Kami juga masih memiliki harga diri kau tahu?" balas pria besar.
"Diluar dugaan, aku pikir mereka menghampiriku untuk mencoba menghajar ku,"
"Yah, tidak semua orang akan melakukan hal yang sama dengan Bandit. Jadi akan lebih baik jika dirimu mulai menghormati orang lain,"
"Sebegitu harusnya kah? Apa aku akan mendapatkan sesuatu untuk membalaskan dendam?"
"Membangun sekutu akan menjadi pilihan yang bagus tahu!"
Mendengar hal tersebut dari Pleiades, aku hanya bisa menghela nafas sebelum meminta maaf pada mereka semua.
"Tidak usah seperti itu! Kami datang bukan untuk permintaan maaf darimu!"
"Kami justru sangat senang bisa mendapatkan teman yang kuat, kau tahu?"
"Lalu dengan begitu, kita bisa semakin membuat tempat ini benar-benar aman dan damai bukan?"
Aku yang mendengarnya hanya bisa terkekeh. Siapa yang menduga kalau mereka hanya ingin aku menjadi teman mereka? Sungguh, benar-benar orang-orang yang unik! Jadi aku melemparkan satu kantung berisi 10 Koin Emas kepada pria bertubuh besar dan membuat mereka bertiga bingung.
"Belilah makanan dan minuman sepuas kalian! Anggap saja itu hadiah pertemanan dariku," ujarku meninggalkan mereka yang masih dalam kebingungan.
***
"Benar-benar orang-orang yang menarik yah?" ujar Pleiades.
"Kau benar, sepertinya aku tidak perlu takut dengan rasa bosan selama tinggal disini," balasku.
"Oh, disini kamarku yah? Aku mungkin harus pergi ke kamar sebelah untuk meminta kunci dari Feline?" ucapku yang kini tengah berada di kamar yang telah aku sewa.
"Hmm? Apa yang dirimu katakan? Bukankah orangnya ada di dalam?" sahut Pleiades.
"Eh?"
"Apa? Bukankah dirimu sendiri yang memesan dua kamar? Satu untuk gadis bernama Lime dan satu lagi untuk kalian berdua?"
"Yah, aku memang memesan dua kamar sih. Tetapi nampaknya kau salah paham yah?"
"Maksudnya, dirimu memesan dua kamar itu satu untukmu dan satu lagi untuk mereka berdua?"
"Itu benar. Tapi jika yang kau katakan itu benar, maka.."
Aku meneguk ludah dan secara perlahan memegang gagang pintu kamar. Saat aku memutarnya, itu terbuka dan membuatku terperangah dengan apa yang aku lihat dibalik pintu tersebut.
"Oh, Master! Selamat datang kembali! Apa Anda ingin makan dulu atau langsung tidur?" sambut Feline yang hanya mengenakan handuk dan memperlihatkan lekukan tubuhnya.
BRAK!
Aku menutup pintu kamar dengan keras, Feline memanggilku secara terus-menerus dengan menanyakan kenapa aku menutup pintunya.
"Hey, Pleiades,"
"Iya?"
"Apa barusan aku melihat sesuatu yang indah?"
"Iya,"
"Bisakah kau memukulku?"
"Soal itu mustahil,"
"Kenapa?!"
"Itu salah dirimu sendiri yang tidak menjelaskannya lebih dulu pada gadis Elf itu bukan! Jadi terima saja kenyataannya! Lagipula, bukankah dirimu yang menyewa satu kamar satu bulan dan satu lagi hanya semalam?!"
"Ugh.."
Aku hanya bisa menepuk jidat saat mengetahui kebodohan yang aku lakukan. Meskipun aku sudah sering melihatnya seperti itu selama beberapa hari ini karena dia melakukan pelayanan malam kepadaku. Tetapi entah kenapa kali ini malah membuatku semakin terpesona pada tubuhnya.
"Apa karena aku mulai terbiasa dengan hal itu?" gumamku.
"Jika dirimu mau melakukannya, daku tidak masalah kok!" sahut Pleiades.
"Bukan seperti itu! Hanya saja, entah kenapa ini tidak sesuai dengan penjelasan dari informasi High Human!" balasku.
"Oh, benar juga! Kalau tidak salah, tuanku yang sebelumnya saat bergairah, dia tidak akan pernah puas dengan satu wanita saja," ungkap Pleiades.
"Kau menyuruhku untuk selingkuh?!" sahutku terkejut.
"Jangan khawatir! Lagipula dunia ini memperbolehkan poligami dengan banyak gadis kok!" jelasnya.
"Benar juga. Gadis Rubah bernama Mia itu nampaknya bagus," lanjutnya.
"Jangan membuatku memasuki lingkaran setan itu sialan!!" kesalku.
"Tapi di dunia ini tidak ada yang namanya setan," balas Pleiades yang membuatku semakin kesal dengannya.
***
"Pada akhirnya aku melakukannya lagi dengan Feline," gumamku menghela nafas.
Saat ini aku tengah berada di kasur tanpa mengenakan sehelai kain, begitu juga dengan gadis Elf yang masih tertidur tanpa sehelai kain apapun.
"Dirimu benar-benar sangat buas yah tadi malam," ungkap Pleiades yang tengah duduk di sofa.
"Berisik! Kau sendiri tidak ada niat menghentikan aku dan hanya menonton saja dari sana," keluhku.
"Lalu, dirimu ingin daku bergabung? Maaf saja, daku ini hanyalah sebuah pedang dan bukan pemuas nafsu," balasnya.
Tidak lama setelahnya, Feline bangun dan dia dengan segera menyerangku, atau lebih tepatnya bibirku. Bahkan dia memainkan lidahnya denganku sesuka hatinya. Setelah merasa puas, dia pun melepaskannya.
"Master, ingin main sekali lagi?"
"Hah? Ini sudah hampir pagi kau tahu? Cepat pergi mandi sana!"
"Eh~"
"Berhenti membuat raut wajah kecewa dan cepat lakukan perintahku!"
Feline hanya diam dan mulai berjalan menuju ke kamar mandi. Sedangkan aku? Aku menggunakan Clean pada tubuhku dan juga kasur setelah mengenakan pakaianku. Aku berjalan mendekati Pleiades dan meraih tangannya. Dalam sekejap, dia telah berubah kembali menjadi wujud pedang dan aku segera menggantungkannya di punggungku.
"Master, saya telah selesai mandi! Sekarang, giliran Master," ucap Feline.
"Ah, aku tidak perlu. Aku baru saja menggunakan Clean pada diriku sendiri," balasku.
"Apa ada masalah?" lanjutku bertanya saat tidak mendapatkan respon sama sekali darinya.
"Tidak apa-apa," jawab Feline.
Aku mengabaikannya dan segera mengajak Feline keluar untuk sarapan. Tentu saja aku yang akan membuat sarapan karena telah berjanji pada Lime.
"Master, apa yang akan Anda masak hari ini?" tanya Feline.
"Hmm, Adrian dan rekan-rekannya mengatakan kalau daging Serigala Teror itu lumayan enak. Jadi mungkin aku akan menggunakannya sebagai bahan dasar sarapan kita," jelasku.
"Apa saya bisa membantu? Master hanya perlu memberitahu apa yang harus saya lakukan," pintanya.
"Yah, kau benar. Mungkin aku bisa menggunakan bantuanmu," balasku.
Tak butuh waktu lama untuk kami sampai di lantai satu penginapan dimana kedai juga berada di lantai ini. Aku juga memberikan 3 Koin Emas dan mengatakan kalau aku akan meminjam dapurnya.
"Kalau gadis yang berada di kamar sebelahku sudah bangun, tolong suruh dia pergi ke dapur," pintaku
"Tentu saja! Jika kau butuh sesuatu, tanyakan saja pada istriku oke!" balas Urd padaku.
Aku hanya mengangguk dan memasuki dapur. Seorang wanita terlihat baru saja menyelesaikan masakannya, sebelum berbalik tersenyum dan menyapa kami.
"Apa kalian ingin menggunakan dapur?" sapa wanita itu bertanya.
"Yah, begitulah. Apa bibi telah selesai memasak?" sahutku.
"Hahaha! Apa ini, kamu ternyata lebih sopan dari yang dikatakan oleh orang-orang tadi malam!" balas wanita tersebut.
"Ah, tentang itu. Aku minta maaf atas gangguannya semalam," ujarku menundukkan kepala.
"Tidak perlu dipikirkan! Lagipula tindakan kamu itu wajar kok! Para pria mesum yang memandanginya yang salah. Tapi jangan berpikir mereka jahat yah!" jelasnya.
"Eh?"
Mendengarnya, aku segera melirik Feline yang memasang wajah bingung. Tunggu, dia tidak sadar kalau sedang ditatap oleh para pria semalam? Padahal dia sangat ahli dalam menemukan suatu keberadaan seperti mahluk buas, monster dan orang lain. Tetapi dia tidak bisa merasakan tatapan mesum semalam?
"Jika kamu ingin menggunakan bahan disini, ambil saja sesukamu," jelasnya meninggalkan kami di dapur.
"Kalau begitu, ayo langsung mulai saja," ujarku pada Feline yang mengangguk pelan.
Aku mengeluarkan daging Serigala Teror dan meminta Feline untuk memotongnya menjadi dua bagian sama rata dan memotong salah satu bagian menjadi beberapa bagian kecil. Sembari menunggu, aku mengambil beberapa kemiri dan bawang putih yang kemudian dihaluskan dengan Magic Mixer.
Aku mengambil daging yang telah dipotong kecil sebelumnya oleh Feline dan menumis mereka bersama dengan kemiri dan bawang putih yang telah dihaluskan sebelumnya. Sementara itu, aku mengambil tiga porsi nasi dan menambahkannya yang kemudian aku aduk rata bersama tumis daging sebelumnya.
Aku meminta Feline untuk menghaluskan beberapa cabai dan tomat yang sudah direbus dengan Magic Mixer. Sembari menunggu itu, aku menambahkan beberapa bumbu tambahan seperti garam dan kecap secukupnya, lalu mengaduknya kembali hingga membuat nasinya menjadi kecoklatan.
"Master, bagaimana dengan ini?" tanya Feline yang menunjukkanku sambal yang dihaluskan dengan Magic Mixer.
"Ah, tolong masukkan semuanya ke dalam wajan!" pintaku.
Aku lalu mengaduknya kembali hingga merata dan setelah beberapa lama, akhirnya Nasi Goreng pun telah siap untuk dimakan!
[Anda telah menciptakan masakan baru! Silahkan beri nama masakan Anda! Resep dan cara pembuatannya telah disimpan ke dalam ingatan Anda!]
[Terror Fried Rice telah didaftarkan!]
[Menilai rarity masakan!]
[Sukses!]
[Menentukan deskripsi masakan!]
[Sukses!]
Terror Fried Rice
Rarity: Epic
Nasi Goreng dengan daging Serigala Teror dengan rasa pedas dan manis!
"Deskripsinya lebih sedikit dari yang aku duga," gumamku setelah menggunakan Clairvoyance.
"Baunya sangat enak! Apa itu nasi goreng?" panggil seseorang yang baru memasuki dapur.
"Oh, kau sudah bangun Lime? Ngomong-ngomong, ada apa dengan kantung mata itu?" tanyaku saat melihat kantung matanya terlihat hitam.
"Kau serius ingin mengetahui penyebabnya?" balas Lime.
"Ah, tidak. Entah kenapa aku minta maaf," ucapku yang tahu apa alasan dibalik kantung mata itu.
"Ya sudahlah, aku bisa melanjut tidur di perjalanan pulang nanti. Oh, ini sangat enak!" jelasnya sembari makan.
"Jadi kau akan benar-benar kembali siang nanti?" tanyaku yang juga memakan masakan buatanku sendiri dan dijawab dengan anggukkan oleh Lime. Aku lalu menyerahkan sebuah cincin padanya.
"Apa ini?"
"Cincin,"
"Yah, aku tahu itu. Tapi apa maksudnya ini? Apa kau berniat melamarku?" tanya Lime.
"Kenapa malah jadi kesana? Itu hanya cincin dimensi yang berisi Ringgo hasil dari Bounty para Bandit. Gunakan itu untuk memenuhi kebutuhan para gadis di panti!" jelasku menghela nafas.
"Aku dan Feline telah memutuskan untuk memberikannya pada gadis panti," lanjutku memasukkan satu suap nasi goreng ke dalam mulut.
"Kalian tidak mau kembali kesana dulu?" tanya Lime.
"Begitulah. Aku berencana untuk menjadi petualang disini. Jadi sampaikan salamku pada mereka," jawabku.
Mendengar jawabanku, Lime membuat wajah murung. Aku bukanlah orang yang peka terhadap cinta atau semacamnya. Tapi dari tingkah lakunya selama satu minggu ini, aku bisa tahu kalau Lime memiliki perasaan padaku. Sungguh aneh kan? Hanya dalam seminggu, gadis berambut hijau muda dan dulu sempat aku kira seorang pelayan itu dengan cepat luluh dan jatuh cinta padaku.
Meskipun Pleiades bilang kalau poligami itu dibolehkan di dunia ini. Aku merasa kalau selingkuh itu adalah hal yang buruk. Namun saat aku melirik Feline, dia hanya tersenyum padaku. Bahkan semalam pun juga sama, saat aku bilang kalau aku mungkin tidak akan puas dengan satu wanita saja, dia tetap tersenyum dan mengatakan kalau apapun yang aku inginkan, dia akan selalu berada di sisiku.
Aku menghela nafas, lalu memukul pelan kepala lime.
"Jangan membuat wajah murung begitu. Jika saatnya tiba, aku akan bicara dengan kakekmu dan aku akan membuatmu bahagia," ucapku menggaruk pipi kananku yang tidak gatal.
"Hey, Feline. Bagaimana rasanya milik Wira?"
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
"Anda tahu? Milik Master benar-benar sangat hebat! Bahkan hingga sekarang, perutku masih merasakan tusukan-tusukan kuat darinya,"
"Tunggu, apa yang kalian bicarakan saat makan?!" teriakku dengan penuh kekesalan.