Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kisah Sang Pelacur - Pelacur Pun Ingin Bahagia

🇮🇩BintangGay
--
chs / week
--
NOT RATINGS
23k
Views
Synopsis
KONTEN 21++
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

IPAH POV

Di dalam kehidupan di dunia ini tentunya kita ingin hidup bahagia.

Setiap orang memiliki jalan hidup dirinya sendiri, setiap orang pasti ingin hidupnya bahagia, setiap orang memiliki angan-angan dan impian yang pada intinya bertujuan untuk menuju ke suatu kehidupan yang bahagia.

Namun bagaimana ketika jalan menuju kebahagiaan itu tidak sesuai dengan jalan kehidupan yang semestinya?

Namun bagaimana dengan jalan hidupku?

Di masaku dahulu kehidupan masih sangatlah sulit. Sangat sulit untuk mencari pekerjaan, terlebih dengan pendidikanku yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama.

Di masaku dahulu, suatu kesenangan yang menghambur-hamburkan uang, kesenangan diatas ranjang, sudahlah ada sedari dulu.

Banyak orang-orang yang memandang wanita yang bekerja sepertiku banyak yang memandang sebelah mata dan mengecap bahwa orang sepertiku ini merupakan seorang wanita rendahan, sangat hina, tidak memiliki harga diri, bahkan seringkali ada yang bilang jablay, PL atau semacamnya.

Aku pun sangat menyadari akan hal itu. Aku sangat menyadari bahwa aku ini hanyalah seorang wanita atau seorang gadis rendahan yang tidak memiliki harga diri. Aku hanya seorang wanita yang bekerja mencari uang dengan cara menggoda dan melayani seorang laki-laki.

Berbagai macam laki-laki, baik yang beristri, duda, lajang, hingga seorang pria yang hanya sekedar melampiaskan nafsunya saja, aku layani. Berbagai macam seorang pria dari berbagai macam kalangan yang datang ke tempatku, aku layani.

Bukan hanya satu atau dua orang dalam sehari, bukan hanya satu dua gadis yang melayani dalam satu ruangan dan bukan hanya satu dua pria yang ingin dilayani dalam satu ruangan, aku jalani.

Aku hanyalah seorang wanita yang bisa di bilang seorang wanita yang mencari uang dari jalan pintas, serba praktis dan dinamis.

Seringkali tetangga rumahku suka mencibir mengenai status pekerjaanku. Banyak orang yang menilai pekerjaan yang aku geluti ini sangatlah enak, sangatlah gampang mendapatkan uang hanya sebatas dengan cara tinggal mengangkang.

Namun pada kenyataannya, setelah aku menjalaninya tidaklah semudah itu, tidak secepat itu, dan tidak sesuai dengan apa yang mereka fikirkan.

Setiap malam aku harus melayani berbagai macam pria dari berbagai macam ras, berbagai macam bentuk belut hitam, dan juga dengan berbagai macam gaya mereka.

Persaingan antar gadis-gadis sepertiku yang saling berebut lelaki hanya untuk mendapatkan uang dan Nafsu birah* telah aku selami.

Bukan hanya persaingan kecantikan, namun persaingan antar magic seperti penglaris dan santet pun ada di dalamnya.

Menurut kalian apakah di bilang enak?

Kalau hanya sebatas diatas ranjang, bisa di bilang ya sangat enak, namun tidak ada rasa cinta di dalamnya. Semua itu di lakukan hanya untuk melayani mereka agar selalu puas.

Aku di tuntut untuk profesional melayani mereka demi mendapatkan uang guna memperbaiki kehidupanku dan juga keluargaku.

Seringkali kita rebutan seorang pria dengan teman sendiri, saling berbicara di belakang, hingga mengirim santet. Banyak yang sakit lalu meninggal. Banyak yang bertengkar berebut lelaki.

Pedih? Sangat pedih.

Selama bertahun-tahun, hampir lumayan lama, aku bergelut dalam dunia panas ini. Sangat mirisnya awal kisah hidupku ini berawal dari sifat arogan ayah kandungku sendiri.

Kehidupanku maupun kehidupan di dalam keluargaku ini sangatlah miris, akan terdengar keji dan lumayan memilukan bagiku.

Aku berasal dari salah satu Desa terpencil di daerah pesisir pantai. Paras wajahku terbilang cantik, berbody mungil, hitam manis, banyak orang-orang bilang menyebutku salah satu gadis kembang Desa di Desa terpencilku.

Aku terlahir sebagai anak ke tiga dari enam bersaudara. Setelah lulus dari Sekolah SMP, kegiatanku hanya membantu urusan Ibuku di rumah. Yang mana, setiap hari aku membantu Ibuku memasak, membersihkan rumah dan juga mencuci pakaian keluargaku.

Sebelumnya aku sangat mengharapkan agar dapat menikah lalu hidup bahagia dengan seorang pria yang aku cintai. Namun itu semua hanyalah sebatas mimpi di dalam hidupku.

Ayah kandungku bernama Arca, seorang Pria berusia 40 Tahun, berpenampilan gagah dan selalu nyentrik, apalagi jikalau Ia sedang ingin mengunjungi ke suatu tempat.

Ayahku memiliki usaha sebagai penjual kayu-kayu bahan, pemotongan kayu, atau lebih di kenal dengan sebutan nama usaha Matrial kayu. Ayahku suka mabuk-mabukan, gila bermain judi, dan suka bermain perempuan. Bahkan bisa bermalam-malam meninggalkan rumah untuk bermalam bersama dengan wanita lain selain dengan Ibuku sendiri.

Sifat Ayahku terbilang lumayan kasar, setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, maka harus selalu di turuti oleh seluruh keluargaku, tidak ada yang berani untuk membantah kepadanya.

Ibuku bernama Limah, seorang wanita berusia 37 Tahun, seorang wanita yang kecantikannya biasa-biasa saja, berpenampilan biasa-biasa saja, layaknya seorang Ibu-ibu yang tinggal di pedesaan. Ibuku sangat penurut, takluk, manut dan sangat tidak berani membantah perkataan dari suaminya (Arca ayahku).

Ibuku tidak pernah kemana-mana dan tidak pernah bergaul, Ia hanya mengurus rumah dan menjaga matrial saja, di saat Ayahku tidak ada di rumah.

Dari segi kehidupan perekonomian keluargaku, kalau hanya sekedar untuk makan, maka terbilanglah cukup.

Selain ayahku (Arca) yang memiliki usaha matrial kayu, Ibuku pun memiliki beberapa petak ladang sawah warisan dari kedua orang tuanya, meskipun ukuran sawahnya tidaklah terlalu besar.

Dengan gaya kehidupan ayahku (Arca) yang seperti itu, secara diam-diam Ayahku terlilit hutang. Ayahku terlilit hutang bukan hanya kepada temannya yang bernama Mamat, yang suka menemaninya judi maupun di saat Ayahku pergi ke suatu tempat Cafe remang-remang saja, akan tetapi Ayahku pun memiliki hutang kepada si pemilik Cafe.

Lambat laun seiring dengan berjalannya waktu, Ibuku (Limah) maupun aku pun mengetahuinya, kalau ayahku ini terlilit hutang yang lumayan menumpuk. Ibuku mengetahuinya, karena seringkali ada orang suruhan cafe datang ke rumah untuk menagih hutang.

Setiap kali orang suruhan dari Cafe remang-reman itu datang ke rumah, Ayahku selalu mengumpat dan selalu Ibuku yang menghadapinya. Hingga akhirnya Ibuku pun mengetahuinya kalau Ayahku ini memang benar seorang pria yang pemabuk, gila bermain judi dan suka main perempuan.

Namun apalah daya, Ibuku sangat berbeda dari pada yang lainnya. Ibuku tetap bertahan mempertahankan rumah tangganya bersama dengan ayahku. Ibuku selalu diam dan menurut kepada perkataan yang keluar dari mulut Ayahku.

Ayahku (Arca) memiliki seorang Adik perempuan. Adiknya Ayahku ini memiliki dua anak gadis kembar cantik yang bernama Susan dan Yati.

Susan dan Yati bekerja mencari uang sebagai gadis penghibur, pemuas nafsu lelaki hidung belang yang berada di salah satu Kota.

Semenjak Susan dan Yati bekerja sebagai gadis penghibur tersebut, kehidupan keluarga adiknya ayahku terbilang makmur. Yang mana, Susan dan Yati dapat membangunkan rumah yang lumayan besar, membeli kebun, membelikan sawah, dan juga dapat menambah ternakkan kambing untuk kedua orang tuanya.

Setiapkali kedua orang tuanya Susan dan Yati membutuhkan uang, maka dengan segera Susan dan Yati langsung mengirimkan uang untuk kedua orang tuanya.

Melihat akan kehidupan keluarga adiknya ayahku yang terbilang subur tersebut, membuat ayahku (Arca) merasa iri, membuat Ayahku semakin terobsesi dan sangat antusias agar anak-anak gadis cantiknya ini, terutama aku, agar dapat bekerja dan mengikuti jejak seperti Susan dan Yati.