Chapter 3 - Bab 3

IPAH POV.

Malam itu, merupakamalam yang lumayan terasa dingin bagiku.

Di kebun yang terlihat lumayan gelap ini, aku sedang bersama dengan seorang pria berusia dua puluh satu tahun.

"Sayang, lakukanlah hal itu kepadaku?" Aku mengendalikan tangan kanannya keatas payu-daraku.

"Apa kamu yakin sayang?" Ia terlihat sangat kurang yakin dengan perkataanku.

"Aku sangat menginginkannya, aku sangat ingin merasakannya bersama dengan kamu. Lakukan itu lalu nikahilah aku?"

Aku mengendalikan tangannya meremas payu-daraku. Aku sangat berharap hal ini dapat aku rasakan, sehingga Ayahku mengijinkan agar aku menikah dengannya. Dengan harapan agar aku dapat terbebas dari permintaan gila ayahku.

"Apa kamu ingin melihatku di renggut oleh orang lain? Lakukan hal itu malam ini juga sayang?" Aku mengendalikan tangannya meremas lebih keras di atas payu-dar*ku.

"Baik, aku akan melakukannya. Namun sebaiknya kita mencari tempat yang aman dulu."

Ia mendirikan badannya berdiri. Ia meraih tanganku membantuku berdiri.

Ia menaiki motor dan menyedal penukit motornya. Aku mendaratkan bokong di jok motornya.

Di sepanjang perjalanan aku membonceng ini, aku memeluk tubuhnya dengan erat, diiringi dengan angin malam yang lumayan terasa sangat dingin.

Ia mengarahkan tujuannya ke salah satu Gubug tua yang berada di tengah-tengah empang, terlihat sangat sepi dan lumayan gelap, hanya cahaya rumbulan malam dan cahaya lilin yang Ia nyalakan yang menjadi penerang di dalam gubug tua ini.

BRAK!!

Ia mengulum bibir tipisku, mendesak, menindih tubuh mungilku diatas papan gubuk tua ini.

Tangannya menggerayang mengarah ke bawah. Menarik segitigaku ke bawah. Telunjuknya bermain-main di liang sempit bawah sambil terus menciumi bibir tipisku.

"Ouuuh sayang.." Ini pertama kalinya aku merasakan sentuhan bawah, terasa menggelikan membuat bulu kuduk di sekujur tubuhku merinding.

Nafasnya sangat menggebu-gebu, belut hitam panjangnya terlihat berdiri tegak hingga menarik boxernya ke depan.

"Ouuuh sayang.." Aku merasa geli menggeliat merasakan jari telunjuknya.

Secara perlahan aku menarik Boxer dan CD-nya ke bawah. Tangan kananku memegang batang belut hitamnya yang berdiri tegak. Terasa sangat keras batang belut hitamnya. Semakin penasaran untuk aku ingin segera cepat-cepat merasakannya.

"Oouh.. sayang.. " Desahan bisikanku sambil memaju mundurkan batang belut hitamnya secara pelan.

"Aaah.. enak sayang sentuhan tanganmu."

Ia berhenti menciumi bibir tipisku. Ia beralih pandangannya ke arah pucuk hitam gunung kembarku.

SLURP! Ia mengenyot dan memutarkan lidahnya di pucuk hitam gunung kembar kecilku. Satu tangannya merem*s-rem*s gunung kembarku yang satunya.

"Ouuh.. gilaa.." Aku mendesah, menggeliat dengan tanganku yang masih memaju mundurkan batang belut hitamnya secara pelan.

"Oouh sayang.." Aku beberapa menggeliat sambil sesekali menggeliatkan gunung kembarku.

Ia terus menghisap dan memutarkan lidahnya di pucuk hitam gunung kembarku dengan satu tangannya yang tetap meremas.

"Sekarang sayang?" Pintaku padanya karena waktu sudah lumayan malam.

"Iya.." Aku melepaskan batang hitamnya. Aku sangat pasrah untuk melakukannya.

Aku mengangkangkan kedua kakiku. Belut hitamnya mendidih liang sempit bawah sana, Lid*hnya menjulur dan berputar-putar di pucuk hitam gunung kembarku.

"Owhh terus sayang.." Suaraku terbata-bata manja menggeliat merasakan permainan lid*hnya yang lumayan hebat bersama dengan gesekkan pelan batang belut hitam panjangnya di atas liang sempit bawah sana.

"Owhh.. Gila.." Aku mendesis kembali sambil memegang kepalanya yang sesang memutarkan lid*hnya di pucuk gunung kembar kecilku, satu tangannya memainkan pucuk hitam gunung kembar yang satunya.

"Ouuh sayang.." Aku menggeliat kembali merasakan rem*san demi remasan, permainan lidahnya, bersama dengan gesekkan belut hitam panjangnya diatas liang sempit sana. Seluruh bulu kudukku tengah merinding, tanganku sesekali meremas kepalanya.

Belut hitam panjangnya terasa sangat keras, sangat terasa.

"Ouuh.. Enak sayang.." Aku menggeliat kembali dan secara berulang ketika aku melihat lidahnya tengah mengecap dan berputar-putar di pucuk hitam gunung kembarku dibarengi dengan ujung kepala belut hitam panjangnya yang sesekali menempel di tengah-tengah bibir liang bawah sana.

"Ouuuh.. Sayang.." Ucapku terbata-bata manja sambil meremas merasakan sedotan bibir bersama kepala belut hitam panjangnya yang secara perlahan ingin dimasukkan.

"Ouuh.. Enak sayang.." Ia memutarkan lida*hnya kembali sambil sesekali menggesek dan sesekali menempelkan kepala batang hitam itu di bibir liang sempit sana.

"Mmmm ooouh.." Aku merasakan sebuah gigitan dan jilatannya yang lumayan hebat bersama dengan satu tangannya yang memainkan pucuk hitam gunung kembar yang satunya.

Benda hitam panjangnya menempel sambil sesekali ditekan, gerakkan-gerakkan naik turun menggesek di bibir liang sempit sana.

"Ouuuh sayang.." Aku kembali menggeliat sambil meremas kepalanya merasakan begitu nikmatnya.

BLEBESS.. "Arg! Shh, Ahh, Sakiit sayang.." Aku merintih, mendesis, merem*s kepalanya sangat keras. Terasa perih liang sempit ini merasakan benda hitam panjangnya mulai menerobos memasuki liang sempit ini.

Cairan merah pun menetes dari bibir liang sempit ini.

"Relax sayang.." Ucapnya.

Ia kembali mengeny*t, menjilati, merem*s sambil secara perlahan memaju mundurkan kepala batang hitam panjangnya di liang sempit sana.

"Shhh ooouh.." Desisnya merasakan batang belut hitamnya yang secara perlahan maju mundur di liang sempit sambil terus memutarkan lidahnya di pucuk hitam gunung kembar ini.

"Sshhh, ahh, Shhh, ahhh.." Desisnya sambil terus memutarkan lidah dibarengi memaju mundurkan batang belut hitamnya di liang sempit ini. memaju m perlahan-lahan Ia memaju mundurkan kepala benda hitam panjangnya di dalam liang sempitku sambil terus mengecap dan mengilin pucuk hitam gunung kembar ku yang satunya.

Ooouh sayang.."Aku menahan rasa perih itu sambil meremas kepalanya.

Keringat deras tengah mengucur dan selalu mengiringinya yang sedang memaju mundurkan kepala belut hitam panjangnya.

Suara rintihan dan desahan kita berdua selalu terdengar di gubuk tua ini.

PLOK!PLOK!PLOK!

"Ahh, ahh,.. Enak sayang.." Ia memaju mundurkan belut hitam panjanganya sedikit lebih cepat sambil terus memutarkan lidah pucuk hitam gunung kembar.

Sesekali aku merin*ih, mendes*h, menggeliat, merasakan apa yang sedang di kerjakan olehnya.

PLOK! PLOK! PLOK! Kepala batang belut hitam panjangnya terus maju mundur lebih cepat di dalam liang sempit ini.

"Sssshh.. Ahh.. shh ahh.." Aku mulai merasa menikmatinya. Sebuah desa*an dan rinti*an pun selalu terdengar di dalam gubuk tua ini.

"Ouuuh.. gila.. " Lid*hnya mulai menjilati garis leher ini sambil tetap memaju mundurkan batang hitamnya. Kedua tanganku memeluk erat tubuhnya. Sesekali aku mengerang dan merem*s dannya.

"Ouuuh sayang.. Enak sayang.." Bisikku di telinganya yang sedang memutarkan lidah di garis leher ini.

"Shh,, ahh,, shh ahh.. Terus sayang.." Aku memperkuat pelukanku.

PLOK!PLOK!PLOK! Ia terus memutarkan lid*hnya di leher ini sambil menghentakan keluat masuk belut hitam panjangnya dengan santai.

"Ahh.. Enak sekali sayang.. " Benda hitam panjang nya mulai terasa berkedut, sangat terasa di dalam liang sempit ini.

PLOK!PLOK!PLOK!Benda hitam panjang itu maju mundur lebih cepat.

"Argh! Ah, ah, ah.. Enak banget sayang.. Punyaku udah keluar sayang.. " Cairan kental panasnya beberapa kali nyembur ke dalam liang sempit ini.

Aku bersamanya terlihat kelelahan. Dagunya terjatuh diatas pundakku.

"Makasih ya sayang.." Bisiknya di telingaku.

Aku hanya memeluknya dengan erat.

Secara perlahan-lahan belut hitam panjang itu mulai terasa bergerak mundur.

"Argh!" Aku mendesis menggeliat ketika kepala belut hitam panjangnya keluar dari liang sempit ku. Batang hitamnya di atas liang sempit ini.

"Enak banget sayang? Nanti kita main lagi ya?" Bisiknya di telingaku.

Aku hanya menganggukkan kapalaku sambil tetap memeluknya dengan erat.

"Kamu tunggu sebenar dulu ya sayang?" Ucapnya sambil mendirikan badannya.

Ia memakai Boxer lalu berjalan keluar dari gubug tua ini. Ia mengambil air dari sumur lalu masuk kembali ke dalam gubuk. Ia melihat-lihat liang sempit ini dengan jari-jemarinya sambil menyirami dengan air hingga terlihat bersih.

Ia menaikkan segitiga putih ini. Tanganku ditarik olehnya untuk duduk. Aku membenahi rok rumbaiku.

Aku langsung memeluknya kembali. Aku sangat menyayanginya dan sangat tidak ingin berpisah.

"Tenang sayang. Aku akan bertanggung jawab. Aku sangat mencintai kamu."

"Ini adalah sebuah awal. Nanti ke depannya kita pun benar-benar akan satu ranjang."

"Aku yakin kalau pun orang tuamu tahu, pasti akan minta untuk segera dinikahi olehku. Dengan begitu, niatan ayah kamu untuk menuruti perintahnya akan berhenti."

"Tapi aku takut a.."

"Percayalah denganku sayang. Aku pasti akan bertanggung jawab jika nanti kedua orang tuamu menuntun akan kejadian ini."

"Janji ya a, aa akan bertanggung jawab?"

"Iya sayang, aku berjanji aku akan bertanggung jawab atas semua hal yang telah aku lakukan bersamamu ini.

Sejenak Ia memakai kaos dan celana jeans pendeknya. Kita berdua segera berjalan keluar dari gubug tua. Terasa sangat perih bawah ini saat beranjak bangun maupun saat berjalan.