Chapter 6 - Bab 6

POV Ipah.

Ayahku (Arca) sedang berdiri di depan warung kopi yang berada di seberang jalan rumahku.

"Beli rokok Sus?" Ucap Ayahku (Arca) kepada seorang Ibu-ibu gemuk pemilik warung kopi.

"Rokok apa kang?" Tanya Susi.

"Garfit Sus." Jawab Ayahku (Arca).

"Itu saja kang?" Tanya Susi.

"Iya, itu saja." Jawab Ayahku (Arca).

Susi langsung mencari dan mengambil rokok Garfit dari etalase warungnya.

"Ini kang?" Susi memberikan rokok.

"Mamat kemana Sus?" Ayahku (Arca) menanyakan suaminya Susi sambil memberikan uang membayar rokok dan juga menerima rokok dari Susi.

"Ada di dalam kang. Mau ada Job ya kang?" Tanya Susi.

"Iya. Mau saya ajak ketemuan sama orang malam ini." Ucap Ayahku (Arca).

"Langsung masuk saja kang ke dalam?" Ucap Susi.

"Okey." Ucap Ayahku (Arca).

Arca segera berjalan masuk ke dalam rumahnya Mamat.

"Assallamu allaikum.." Ucap Arca sembari membuka pintu rumahnya Mamat.

"Eh kamu bro? Duduk bro?" Ucap Mamat yang melihat Ayahku (Arca) berucap salam sambil membuka pintu rumahnya.

Ayahku (Arca) mendaratkan bokongnya di sebelahnya Mamat.

Mamat ini adalah seorang Pria 38 Tahun, tampan, berkumis tipis, gempal, gagah dan kekar. Selain sebagai tetangga seberang jalan rumahnya Arca, Mamat juga merupakan teman gila sepermainannya Arca.

"Kenapa kamu bro? Kelihatan sedang stres kayak gitu?" Tanya Mamat.

"Hancur Mat." Jawab Ayahku (Arca).

TOK! TOK!

Mamat dan Ayahku (Arca) langsung terdiam mendengar suara kentukan pintu. Susi langsung berjalan masuk.

"Ini kang kopinya?" Ucap Susi sambil menaruh kopi di atas Meja lalu mendaratkan bokongnya di Sofa berhadapan dengan Mamat.

Mamat langsung memelototkan kedua bola matanya kepada Susi, menandakan ini bukanlah urusannya perempuan dan tidak boleh ikut campur ataupun nimbrung.

"Silahkan di minum kang? Saya tinggal dulu." Ucap Susi sambil mendirikan badannya lalu berjalan keluar.dan menutup pintu rumahnya.

"Makasih Sus.." Jawab Ayahku (Arca).

Susi tidak mendengar dan tidak menjawabnya. Susi mendaratkan bokongnya di kursi karet yang berada di pinggir warungnya.

"Tadi kamu mau ngomong apaan bro?" Tanya Mamat.

"Hancur Mat. Saya kecolongan." Bisik Arca dengan nada pelan.

"Maksudnya?" Tanya Mamat.

"Anak saya sudah tidak perawan lagi Mat. Stres saya jadinya." Ucap Ayahku (Arca).

"Dasar bodoh kamu. Kenapa bisa sih?" Tanya Mamat.

"Saya kan tidak dapat menjaga setiap saat anak saya Mat. Saya juga tidak tahu, kalau sehabis Maghrib itu anak saya pergi dari rumah dan di bawa oleh Pemuda sampah itu." Ucap Ayahku (Arca).

"Kapan kejadiannya?" Tanya Mamat.

"Baru saja terjadi. Makanya saya kesini." Ucap Ayahku (Arca).

"Begini saja bro. Cibiran anakmu yang sering keluar dari mulut orang-orang disini itu, sudah lumayan sering saya dengar, kalau anakmu itu sering di bawa oleh Pemuda itu." Ucap Mamat.

"Terus saya harus bagaimana Mat?" Tanya Ayahku (Arca).

"Sebaiknya, kamu nikahkan saja anakmu itu dengan pemuda itu bro?" Ucap Mamat.

"Maksudnya?" Tanya Ayahku (Arca).

"Ya, kamu harus menikahkannya. Untuk sekedar menambal cibiran bibir yang sudah tersebar di kampung ini. Terlebih, dengan anakmu yang sudah kena sama Pemuda itu. Kamu juga harus meminta barang bawaan dari keluarga Pemuda itu. Biar tidak rugi-rugi amat bro." Ucap Mamat.

"Terus saya harus beneran menikahi mereka berdua gitu Mat?" Tanya Ayahku (Arca).

"Ya, kamu harus segera menikahkan mereka. Tapi dengan syarat." Ucap Mamat.

"Syarat gimana Mat?" Tanya Ayahku (Arca).

"Sini?" Mamat meminta Arca untuk mendekatkan kupingnya ke mulutnya yang ingin berbisik.

Arca pun turut mendeketkan kupingnya ke dekat mulutnya Mamat.

Mamat beberapa kali membisikkan sesuatu kepada Ayahku (Arca). Ia memberikan Informasi mengenai salah satu tempat, memberikan syarat untuk Pemuda itu, dan meyakinkan Ayahku (Arca) bahwa anak gadis cantik mungilnya ini pun masihlah dapat laku keras meskipun sudah tidak perawan lagi.

"Bagaimana Bro?" Tanya Mamat mengenai beberapa sarannya yang sudah di bisikkannya kepada Ayahku (Arca).

"Ok lah. Saya akan mengikuti saranmu itu. Tidak salah saya punya teman seperti kamu." Ucap Ayahku (Arca).

"Satu lagi?" Ucap Mamat.

"Apa lagi itu Mat?" Tanya Ayahku (Arca).

"Sini?" Mamat kembali meminta Ayahku (Arca) untuk mendekatkan kuping ke mulutnya.

Ayahku (Arca) kembali mendekatkan kupingnya di dekat mulutnya Mamat. Mamat membisikan suatu keinginan dirinya di telinga Arca.

"Bagaimana? Bisa kan?" Tanya Mamat.

"Gampanglah masalah itu mah. Yang terpenting, anak saya masih benar-benar bisa untuk bekerja." Ucap Ayahku (Arca).

"Biar lebih pasti. Sekarang kita pergi ke tempat biasa. Untuk menemui pemilik Cafe itu sekaligus kita bersenang-senang. Kamu lagi kepengen di goyang kan bro?" Tanya Mamat.

"Justru dari tadi saya ingin mengajak kamu kesana. Makanya saya memakai setelan pakaian ini." Jawab Arca.

"Okey. Tunggu sebentar? Saya ganti baju dulu." Ucap Mamat sambil mengangkat bokongnya dari Sofa.

"Jangan lama-lama kamu Mat. Batang hitam saya sudah tidak kuat." Ucap Ayahku (Arca).

"Hahaha.. Sabarlah bro." Ucap Mamat sembari berjalan memasuki kamarnya.

Mamat segera melepaskan dan mengganti sarungnya dengan celana Jeans lalu memakai pakaian kemeja nyentriknya. Setelah itu, Mamat berjalan keluar kembali sambil membawa tas kecil berisi uang yang lumayan banyak.

"Ayok bro?" Ajak Mamat sambil mengeluarkan motornya dari ruangan Televisi.

Ayahku (Arca) langsung mematikan rokok, berdiri lalu berjalan keluar dari rumahnya Mamat.

Susi hanya menatap mereka berdua yang ingin pergi. Susi Istrinya Mamat pun tidak berani untuk menanyakan kapan jadwal pulang suaminya ke rumah.

Mamat langsung menstarter motornya. Ayahku (Arca) langsung menaikkan kedua kakinya di motornya Mamat.

Mamat mengarahkan tujuannya ke suatu tempat, Cafe-cafe remang yang berada di pinggir pantai yang berada di daerahku ini.

"Tenang saja Mat, saya pastikan anakmu itu masih dapat bekerja. Kamu tahu sendirikan gadis-gadis yang sering kita pakai saja, sudah pada tidak perawan, dab rata-rata mereka juga seorang janda muda." Ucap Mamat sambil menyetir motor.

"Saya juga yakin, setelah kita berkunjung ke orang pinter itu, Pemuda sama anakmu itu tidak akan dapat berkutik. Yang berarti, mulutmu itu nantinya akan di tanggapi dan tidak akan berani untuk membantah perkataanmu." Sambung ucapan Mamat.

"Okey, makasih banyak Mat atas solusinya?" Ucap Arca.

"Ya-ya, tapi kamu harus ingat, permintaan yang sudah saya bisikkan kepada kamu itu?" Mamat terlihat ingin sekali permintaannya di kabulkan oleh Ayahku (Arca).

"Ya gampanglah. Sudah sama siapa saja kamu Mat." Ucap Ayahku (Arca).

Mamat terlihat tersenyum. Terlihat sangat gembira mendengar jawaban dari Arca.

Sekitar satu jam Mamat menyetir motor lumayan mengebut di perjalanan, mereka berdua pun telah sampai di area Cafe remang-remang yang berada di pinggir pantai di daerahnya.

Sejenak Mamat memarkirkan motornya di parkiran cafe remang-remang itu. Setelah itu Ayahku (Arca) bersama Mamat langsung berjalan masuk ke dalam Cafe remang-remang.