Chereads / My Maid My Lover / Chapter 7 - Saviour

Chapter 7 - Saviour

Margot menarik Anya ke sebuah ruangan dengan paksa. Anya berusaha berontak, akan tetapi Margot ternyata wanita yang cukup tangguh.

"Kau mau apakan aku?" teriak Anya tanpa rasa gentar sedikitpun.

"Buka pakaianmu!" perintah Margot dengan nada tinggi mengintimidasi.

"Apa?" Anya terkesiap.

"Aku bilang buka!" ulang Margot.

"Aku harus memastikan bahwa kau benar-benar masih perawan-"

"Tapi aku-"

Belum sempat Anya teruskan kata-katanya, seseorang mengetuk pintu ruangan itu dengan keras dan bertubi-tubi.

"Siapa?" tanya Margot dengan nada kesal.

"Aku," jawab suara bariton di luar sana.

"Oh," sahut Margot tampak terkejut.

Dengan cepat Margot berjalan menuju pintu dan membukanya, Anya bisa melihat dengan jelas sesosok pria yang berdiri di depan pintu. Pria tinggi dengan badan proporsional, kulitnya sangat putih, iris matanya coklat, dan rambutnya hitam. Kelimis dan kesemuanya disisir ke belakang dengan rapih.

Pria itu melihat Anya sesaat, lalu kembali memfokuskan pandangan kepada Margot.

"Ayahku mencarimu," kata pria tampan misterius itu. Dia kembali mengarahkan mata tajamnya kepada Anya, menyeringai lalu pergi.

"Kau tunggu disini dulu," kata Margot lalu beranjak pergi dari ruangan tersebut.

***

Margot berjalan meninggalkan ruangan tempat ia memaksa Anya membuka pakaian. Wanita itu menuju sebuah ruangan khusus yang berada di lantai dua, ruang khusus bagi para tamu vvip. Para lelaki hidung belang yang berasal dari kalangan atas. Hanya pria kaya dan berkuasa yang bisa masuk ke dalam sana.

"Tuan Dmitry, apakah anda mencariku?" tanya Margot pada Adolfo Dmitry, calon pewaris Dmitriosa Corp.

Adolfo Dmitry tampak bingung dengan pertanyaan yang diberikan Margot, "tidak, aku tidak mencarimu. Memang siapa yang mengatakan kalau aku mencarimu, Margot?" Tuan Dmitry mengerutkan keningnya.

Margot langsung tahu, kalau putra dari pria di depannya ini yang telah mengerjainya.

"Uhm, mungkin aku hanya salah dengar," kata Margot lalu berpamitan undur diri dari ruangan itu. Namun, sebelum langkah kakinya pergi meninggalkan ruangan tersebut, tiba-tiba saja Tuan Dmitry kembali memanggilnya.

"Margot, tolong minta satu anak buahmu kemari. Pelayan disini kurang," ujar Tuan Dmitry, Margot pun mengangguk pelan.

Khusus malam ini ruangan vvip di booking oleh duda dari Nyonya Issabel Dodso. Ya, Adolfo Dmitry telah lama ditinggal mati oleh istrinya. Dia tidak menikah lagi setelah itu, dan memilih tempat ini sebagai tempat ia melepaskan hasrat kelelakiannya.

Margot segera percepat langkahnya menuju ruangan tempat Anya menunggu, ia tahu pasti Xavier- putra Tuan Dmitry yang dikenal sangat urakan dan berandal, yang mengerjainya.

"Sudah kuduga, pasti dia!" lirih Margot sambil meremas tangannya, ketika melihat ruangan tadi telah kosong.

***

"Hei mau kau bawa kemana aku?" tanya Anya saat pria yang tak ia tahu namanya itu menarik tangannya dan mengajak ia berlari menjauhi bangunan besar itu.

"Menyelamatkanmu," katanya sambil tertawa.

Anya mengerutkan dahi, tak seharusnya ia percaya begitu saja dengan apa yang diucapkan pria ini. Ia bahkan tak mengenal dia siapa. Namun pria itu terus menariknya menuju belakang bangunan yang ternyata adalah area parkir.

"Oh ya, kau pasti bingung aku siapa," katanya, Anya pun mengangguk.

"Akan ku ceritakan tentang diriku nanti, sekarang, masuklah ke dalam mobilku. Aku akan membawamu berkeliling," katanya.

Anya tak melakukan apa yang lelaki itu perintahkan. Ia justru memandang Xavier dengan tatapan bingung.

"Aku tidak akan berbuat jahat kepadamu," katanya sambil tersenyum ramah.

"Berkeliling?" tanya Anya.

Xavier mengangguk, "ya, bukankah itu lebih baik daripada kau menghabiskan malam ini dengan tidur bersama para pria tua itu."

"Kau pasti anak baru kan?" Xavier membukakan pintu mobil untuk Anya. "Cepatlah sebelum kita ketahuan," katanya.

Anya pun masuk ke dalam mobil berwarna biru tua itu, tak lupa ia mengenakan sabuk pengaman.

Xavier segera melajukan kendaraannya, meninggalkan pelataran luas bangunan kastil tersebut.

***

"Siapa kau?" tanya Anya dengan kaku dan canggung.

"Aku Xavier, ayahku adalah teman dari pemilik tempat itu. Dia juga pelanggan disana, kau tahu maksudku kan?"

Anya menggeleng.

"Kenapa kau membawaku pergi darisana?"

"Karena aku butuh teman," jawabnya cepat.

"Kau tak seharusnya berada disana, pasti mereka, anak buah Margot yang memaksamu kan?" tanya Xavier.

"Iya, ayahku berhutang pada mereka—"

"Oh, jadi kau dijual oleh ayahmu sendiri?"

Anya menganggukkan kepalanya perlahan, seraya melirik kepada lelaki tampan yang tampak tenang menatap jalanan lengang dan gelap di depannya.

Sesaat suasana hening, baik Anya maupun Xavier tak mengatakan sepatah kata pun. Tiba-tiba saja ponsel yang Xavier taruh di atas dashboard meraung.

"Halo—" Belum sempat Xavier menyahut, seseorang di seberang sudah langsung memakinya.

"Apa kau gila? Kenapa kau bawa kabur gadis itu?" teriak Adolfo kepada putranya.

"Berapa harganya?" tanya Xavier dengan tenang dan santai, seolah ia tak tahu menahu dengan nada suara sang ayah yang menahan marah.

"Cepat bawa dia kembali kesini!"

"Aku mau gadis ini, tolong ayah bayarkan untukku. Sekali ini saja, untuk merayakan kelulusanku, apa ayah keberatan?" tanya Xavier dengan senyum sinis.

"Tidak bisakah kau meminta ijin ayah jika ingin membawanya pergi. Jangan mempermalukan ay—"

"Thanks, Dad," kata Xavier seraya menutup teleponnya dengan cepat.

Klek!

Sebelum Adolfo mengatakan lebih banyak hal lagi yang memuakkan baginya.

"Aku akan membawamu berkeliling Central Middlesbrough."

"Bisakah kau ceritakan padaku, siapa orang-orang itu?" celetuk Anya mengawali pembicaraan.

"Maksudmu Margot?"

"Ya."

"Margot adalah simpanan dari pamanku, dia adalah sahabat ayahku yang sudah ku anggap seperti pamanku sendiri. Tempat itu adalah rumah bordil, tapi lebih berkelas, karena hanya para eksekutif muda hingga petinggi yang bisa masuk dan menggunakan jasa para pelacur disana."

"Jadi, rumah besar itu, adalah tempat pelacuran?" Anya terkejut.

"Kau kira tempat apa itu?" Xavier bertanya, sembari tertawa mengejek.

"Kau akan dilelang di tempat itu, jika aku tidak menyelematkan mu."

"Untuk apa kau menyelematkan ku?" tanya Anya tegas. Aneh rasanya seorang pria muda yang ayahnya adalah pelanggan tetap rumah pelacuran, bersikap manis dan menyelamatkan gadis.

"Entahlah." Xavier mengangkat kedua bahunya bersamaan.

"Aku melihatmu sejak tadi, sejak kau datang bersama Candace, dari gerbang depan."

"Benarkah?" tanya Anya tak percaya.

"Lalu, apa kau mengasihani ku? Sehingga memutuskan untuk menyelamatkan ku?"

Xavier menyeringai, lalu tersenyum misterius.

"Mungkin."

"Lalu kau mau bawa aku kemana?"

"Ke rumahku," sahutnya cepat.

"Rumahmu?"

"Ya, kami sedang membutuhkan tenaga asisten rumah tangga. Hanya jika kau tak keberatan bekerja kepada kami," katanya santai.

"Apa kau serius?" Ada perasaan lega saat Xavier mengatakan hal itu.

"Kau tidak akan menyuruh ku untuk melayanimu kan?"

"Tentu saja kau akan melayani ku," sahut Xavier.

"Maksudku melayanimu dalam artian lain," sahut Anya cepat mengoreksi.

"Uhmm, aku tidak bisa menjaminnya. Apa kau bersedia melayani ku?" tanya Xavier seraya dekatkan wajahnya ke arah Anya, setelah sesaat sebelumnya ia hentikan laju mobilnya di depan sebuah taman.