Satu tahun kemudian, apa yang di inginkan Rara sudah terwujud. Kini dia menjadi wanita yang cantik dan seksi. Tidak seperti dulu yang memiliki tubuh gempal dan tidak terawat.
Saat perban di buka perlahan, di saksikan Ibu juga Yuda saat itu, jantung Rara berdegup kencang. Saat pertama kalinya Rara melihat langsung ke kaca untuk melihat muka dan tubuhnya yang kini tampak langsing bak model.
"Nah, sekarang sudah bisa lihat muka dan tubuh kamu di kaca. Silahkan!"
Tubuh Rara di putar dan di arahkan langsung di depan kaca besar hingga terlihat seluruh tubuh. Namun dia masih memejamkan matanya dan membuka perlahan.
"Ra, sekarang buka lah mata kamu!" Ucap Yuda dengan meyakinkan.
"Iya, Ra. Lihat lah penampilan baru kamu!" Sambung Ibu.
Perlahan Rara mulai membuka matanya, dengan mata sedikit melirik ke arah kaca.
"Ini serius aku?" Tanya Rara sembari mengetuk kaca di depannya.
"Ya serius, Ra. Kalau bukan kamu siapa lagi?"
"Siapa tahu bayangan yang ada di kaca itu bukan aku, tapi hanya halusinasi aku."
"Coba sini mendekat!"
Yuda mulai usil lagi. Dia cubit pipi Rara saat itu.
"Auuu, sakit. Kalau nanti muka aku rusak bagaimana?"
"Haha, bagaimana? Sudah percaya kan kalau itu kamu?"
"Iya, sekarang aku baru percaya. Aku tidak sangka kalau aku berubah secantik ini. Kok muka aku jadi mirip orang Korea ya?"
"Bukannya itu yang kamu mau, kamu kan pernah minta kalau bentuk muka kamu di rubah seperti wanita Korea!" Ucap Yuda.
"Iya sih. Tapi kok aku jadi merasa asing begini ya dengan diri aku sendiri! Haha! Tapi aku senang, aku sudah bebas bergerak!" Rara lompat-lompat kegirangan. Sementara itu, Ibu juga ikut menyaksikan kebahagiaan Rara. Semenjak Rara di rawat, Rara begitu dekat dengan Yuda. Hingga, Rara hampir saja melupakan tentang kisah masa lalunya.
"Aku bahagia dengan diri aku sendiri yang sekarang ini, aku jadi lebih cantik, lebih ringan, dan tentunya lebih merasa baik saja."
"Syukurlah, aku ikut senang kalau kamu bahagia seperti ini." Ucap Yuda.
"Oh iya, setelah ini. Aku ingin menunjukkan sesuatu untuk kalian." Sambung Yuda.
"Apa itu, Nak?" Jawab Ibu.
"Nanti kalian juga tahu, ya sudah buat kamu Rara. Ayo ganti pakaian lalu ikut bersama aku ya?"
"Siap, Bos!"
Rara menuju toilet, lalu memakai baju yang di bawakan Ibunya. Setelah sampai di kamar mandi, terdengar suara Rara yang tertawa cekikikan. Sehingga membuat Ibu dan Yuda saling berpandangan karena heran.
"Bu, kenapa ya dengan Rara?"
"Tidak tahu, coba Ibu lihat dulu." Ibu ikut menyusul Rara ke kamar mandi. " Ra, kamu kenapa? Kok tertawa seperti itu!" Sambungnya.
Ketika Ingin mendorong pintu kamar mandi, Rara lebih dulu membuka pintu. Dia terlihat sedang memegang celana levis yang di gunakan. Seketika itu pula, Ibu dan Yuda yang melihat hal itu tidak bisa berhenti tertawa. Bagaimana tidak, Ibu membawakan pakaian lama Rara yang kedodoran. Dari berat tubuh 80 Kilo, kini menjadi 55 kilo.
"Haha! Kamu lucu. Itu celana, kamu ikat saja dengan tali rapiah." Ucap ibu dengan terkekeh.
"Ya ampun, Rara. Itu celana bisa di pakai untuk berdua. Haduh, ini nih aku sudah sengaja bawakan kamu pakaian. Tolong jangan pakai itu lagi ya!" Yuda terkekeh lalu memberikan kantong yang berisi sepasang baju yang sudah dia siapkan untuk Rara. Rara masih belum bisa berhenti tertawa. Setelah itu, dia kembali masuk dan mengganti pakaiannya.
Beberapa menit kemudian, Rara keluar dengan pakaian baru yang di belikan Yuda. Rara terlihat lebih cantik dengan menggunakan baju tersebut.
"Tara! Aku sekarang sudah lebih cantik kan?"
"Wah, kamu benar-benar cantik sekarang. Ayo kita pergi!"
"Mas, siapa wanita ini?" Tiba-tiba datang seorang wanita cantik, anggun dan berhijab.
Yuda tercengang kaget ketika melihat wanita yang bernama Anggun itu adalah tunangan dia.
"Hem, Anggun. Ini, Ini, Hem!" Yuda sangat gugup dan tidak bisa jelaskan siapa Rara sebenarnya. Karena selama ini, Yuda tidak pernah cerita dengan Anggun.
"Jadi selama setahun belakangan ini, kamu sering tidak ada kabar, sering entah ke mana, ternyata kamu di sini, kamu sibuk dengan wanita lain?" Ucap Anggun yang hampir meneteskan air matanya.
"Yuda, siapa wanita ini?" Tanya Ibu lagi.
"Semuanya, maafkan aku. Di sini bukannya aku sengaja tidak beri tahu dengan kalian semua. Karena ini hanya menjadi rahasia aku. Tapi Anggun sudah tahu sendiri, jadi aku ingin katakan yang sebenarnya."
"Akhirnya aku menemukan kamu di sini, sengaja aku buntuti kamu tadi, dan sekarang aku tahu kebenarannya." Ucap Anggun tidak sabar.
"Anggun ini adalah tunanganku!" Yuda menegaskan bahwa anggun adalah tunangan dia. Saat itu pula, anggun tenang karena Yuda mengakui Kebenarannya. Namun yang belum dia ketahui, siapa sebenarnya wanita cantik di depannya kini.
"Oh, tunangan kamu Yuda! Kenapa kamu tidak bilang sih. Hem, hai kenalin aku Rara. Aku temannya Yuda! Sampai di sini jangan salah paham dulu ya, Mbak. Kita hanya teman kok!" Jelas Rara agar Anggun tidak marah.
"Oh jadi kalian hanya teman? Aku kira, Yuda sudah mengkhianati aku."
"Sekarang kamu sudah percaya kan?" Sambung Yuda.
"Iya, maafkan yang hampir salah paham"
"Ya sudah, kamu mau kemana setelah ini? Aku antar ya!" Bujuk Yuda.
"Tidak perlu, aku masih ada urusan dengan teman aku di kantor. Lagi pula, kantor aku juga dekat di sini. Ya sudah, aku pulang duluan ya!" Ucap Anggun.
"Baiklah kalau itu yang kamu mau!"
Anggun keluar dari ruang itu. Kini tinggal ibu, Rara dan Yuda lagi. Mereka hendak melanjutkan perjalanan mereka lagi.
"Huh, untung saja Anggun tidak marah?"
"Yuda, kamu bagaimana sih? Masa selama ini kamu tidak cerita dengan aku kalau kamu sudah punya tunangan. Kan aku jadi tidak enak tadi."
"Kalau aku jujur sudah tunangan, aku yakin kamu tidak akan mau menerima aku. Iya kan? Makanya aku diam saja."
"Tapi kamu hebat ya, sudah beberapa lama ini kamu masih bisa menyimpan rahasia ini."
"Jelas dong, ya sudah ayo kita berangkat. Lihat itu, Ibu sudah lelah menunggu kamu yang banyak bicara.
Seperti yang sudah di katakan Yuda sebelumnya, mereka menuju ke suatu tempat. Mana tempat itu terdapat banyak rumah bedeng.
"Kita ngapain di sini?" Tanya Ibu.
"Bu, Ra. Ini adalah salah satu usaha aku. Beberapa rumah di sini adalah rumah kontrakan aku. Aku ingin memberikan satu rumah untuk kalian berdua."
"Apa? Kamu tidak bohong?"
"Tidak, ini kunci rumah itu. Kini buka lah jika tidak percaya." Yuda memberikan kunci rumah pada Rara.