Gigi Nazam bersuara khas gemeretuk keras. Kemarahannya telah sampai ke pucuk kepala. Mendengar suara laki-laki di ponsel Sofia membuat jantungnya serasa dipukul-pukul.
"Halo, Sofia? Sofia?" Naran di sana masih cemas menunggu jawaban Sofia. Dia masih berusaha keras untuk menghubungi mantan pacarnya.
Dan itu bukan hanya sekadar ingin mengatakan perpisahan terakhir sebelum pernikahannya, tetapi Naran ingin membuat rindu yang menggebu.
Nazam memilih tak menjawab suara itu. Baginya, laki-laki sialan itu sangat tidak tahu malu. Seberani itu menghubungi wanita berstatus istri orang.
Penasaran, Nazam membuka riwayat panggilan di ponsel Sofia. Matanya tambah memanas melihat nomor sama tertera lebih dari satu kali.
"Bahkan dia menerima panggilan laki-laki sialan itu siang tadi?"
Demi apa pun, Nazam sangat terkejut. Bukan lagi serasa disambar petir atau disetrum listrik bertegangan tinggi, tetapi ini lebih-lebih. Saking parahnya, hati Nazam perih bagai dirajam tanpa ampun.
"M-Mas ...."