Suasa-suara berisik membangunkan Nazam dari tidurnya. Laki-laki itu memaksakan diri membuka mata rapatnya. Langit-langit ruangan yang menyambut, serta bau wangi yang menusuk hidung.
Wangi masakan.
"Duh, kepalaku ...." Kepalanya berat. Berdenyut nyeri. Tangan itu menyentuh bagian yang terasa paling sakit. Dia mendesis, menikmati sakit itu sendiri. Tangannya yang luka telah berbalut kasa.
"Pak Nazam sudah bangun?" Suara familier menyapa ketika susah payah mengangkat tubuh untuk duduk.
"Mulyo?" Nazam mengucek mata, masih linglung. Bertanya dalam hati mengapa ia bisa ada di rumah sekretarisnya? Dan dia tidur di sofa?
Nazam lupa kalau semalam dia datang ke sana.
"Kenapa aku ada di sini?"
"Bapak sendiri yang datang semalam. Dan saya ... maaf, saya pikir Bapak maling karena bisa masuk ke sini, jadi semalam tak sengaja saya pukul Bapak sampai pingsan," sesalnya ketika mengatakan kebenarannya.
'Ah, ya ... kalau begitu, luka ini juga dia yang obati dan balut?'