"Ya Tuhan!" pekik ibunya. Kemudian membekap mulut rapat ketika melihat tetesan darah berjatuhan ke lantai.
"Kak? Apa-apaan, sih?!" Kayla si bunga yang baru mekar itu menghampirinya tergesa. Menarik lengan kakaknya untuk mundur.
Pecahan dari kaca meja rias itu berserakan di lantai beserta tetesan darah Nazam. Kayla sangat hati-hati ketika melangkah di sekitar situ.
"Kak, tanganmu luka," ucap Kayla seraya meraih tangan Nazam yang kini berbalut darah segar.
Tangis dua wanita sedarah dagingnya masih memenuhi ruangan walau hanya isakan pelan. Namun, Nazam sama sekali tak mendengarnya. Rongga pikiran Nazam telah penuh oleh seorang Sofia. Istri yang baru saja minggat dari rumah.
'Bahkan kamu pergi ketika ibu dan adikku ada.'
"Zam ...." Ingin sekali sang ibu menyuruh Nazam untuk menyusul Sofia, tetapi bibirnya seperti tengah dikunci rapat.
