Malam itu cuaca sedang tak hujan. Ify termenung di depan cermin menatap diri. Ia sadar, wajahnya terlihat tak bergairah akibat banyaknya tekanan akhir-akhir ini.
Tangannya mengelus perut yang masih rata. Cukup lama.
Dalam kesendiriannya malam itu frustrasi kembali menyerang, membuat segala ketakutan mencuat keluar. Tentang nasib anaknya.
'Apa, sih yang dilakukan Naran?! Sampai sekarang nggak ada perkembangan!'
Wanita itu menggebrak meja rias sekuat tenaga. Mengeraskan rahang menahan gejolak amarah yang membuncah di dada.
"Kurang ajar! Dia bahkan enggak becus ngurus bapaknya sendiri! Ngomong aja tiap hari oke oke akan segera bujuk, apalah. Mana buktinya!"
Ify memejam mata saking kesalnya. Bertambah kesal lagi dengan membayangkan wajah Sofia yang menari-nari menggariskan senyum merekah. Dan wanita ini sungguh benci.
"Ingin sekali kurobek bibirnya itu! Sangat menyebalkan!"
