"Maksud mama?"
Demi apa pun, Naran bagai manusia bodoh saat ini. Ia tak mengerti dengan berita yang disampaikan oleh ibunya barusan.
Ify menyambut kabar itu dengan senyum lebar. Senyum miring yang aneh.
'Yes, aku tahu rencanaku memang akan berhasil membuat si tua bangka itu setuju.' Ify membatin puas.
"Papa kamu suruh mama jemput kalian. Ayo, katanya kalian sudah boleh nikah. Sebaiknya cepat-cepat bereskan barang kalian masing-masing dan jangan membuang banyak waktu." Perintah ibu Naran sekali lagi.
"Ayo, kamu juga," lanjutnya gemas, menunjuk Ify.
"B-baik, Tante."
Ify bergegas masuk, sementara Naran masih saja tenggelam dalam keterkejutan yang sulit hilang. Matanya menatap kosong, membayangkan sosok papanya.
"Ran, kamu ngapain diem aja? Ayo buruan!"
"Hah? Oh, iya Ma." Masih dalam kondisi linglung, Naran masuk ke rumah Richard untuk mengambil ponselnya.
***