"Tapi gak di sini Raline, kamu tau kan itu tempat apa?" tanya Bian dengan kening yang berkerut.
"Iya aku tau, tapi kan gak ada salahnya mencoba, aku juga capek dari tadi muter-muter terus tapi belum ada kerjaan yang dapat, ini juga udah hampir malam," jawab Raline.
"Udah lah, besok kita cari lagi dari pada kamu kerja di tempat kayak gini," ucap Bian.
"Aku mau coba tanya sama pemiliknya," ucap Raline tak ingin menghiraukan ucapan sahabatnya.
"Raline, tunggu!" cegah Bian, tapi Raline tetap masuk ke tempat itu.
"Ck ... keras kepala banget sih," ucap Bian, dia pun pergi menyusul Raline, dia tidak akan membiarkan Raline bekerja di tempat seperti ini.
Saat masuk ke tempat itu ternyata Bian melihat Raline sedang digoda oleh seorang pria.
"Lepasin!" pekik Raline karena tangannya dicengkram sangat erat oleh pria yang tidak dia kenali.
"Kau orang baru di sini, Nona?" tanya pria itu.
"Iya dia orang baru, tapi dia harus pergi sama gue!" ucap Bian dengan tatapan tajamnya.
"Berapa kau bayar dia, biar aku ganti dua kali lipat?" tanya pria itu.
"Kau tidak akan mampu membayarnya!" jawab Bian.
"Perempuan murahan seperti dia, tidak pantas dibayar dengan harga tinggi," ucapan pria itu membuat Bian semakin naik pitam, lalu dia mengangkat tangannya bersiap untuk melayangkan tinjunya, namun perbuatan Bian dicegah oleh Raline.
"Jangan Bian, nanti kamu malah kena masalah lebih baik kita pergi dari sini," ucap Raline sambil menarik lengan Bian.
"Enggak, dia harus diberi pelajaran biar gak kurang ngajar sama cewek," ucap Bian.
"Hei, Bung, kau tidak sadar sedang berada di mana?" tanya pria itu dengan senyuman mengejek.
"Kau!" pekik Bian.
"Tian jangan, ayo kita pulang!" ucap Raline, lalu menarik Bian untuk keluar dari tempat itu, namun ....
Bruk
Raline yang tidak memperhatikan di sekitarnya menabrak seseorang hingga dia terjatuh di atas orang itu.
"Raline!" ucap Bian.
Mata Raline membulat sempurna ketika bibirnya beradu dengan bibir pria itu.
"Oh my god, my first kiss!" ucap Raline di dalam hatinya.
"Raline!" panggil Bian, tapi Raline tidak menanggapi karena gadis itu masih terkejut.
"Rupanya dia menikmati posisi itu!" ucap seorang pria yang datang bersama pria yang kini berada di bawah Raline.
"Raline" panggil Bian lagi namun dengan sedikit kencang, hal itu membuat Raline terperanjat lalu dia langsung bangun dari posisinya.
"Ayo pergi!" ucap Bian dengan kesal sambil menarik lengan Raline.
"Bentar, Bian!" ucap Raline.
"Gak ada, pulang sekarang!" ucap Bian lagi lalu menyeret Raline agar keluar dari tempat itu.
"Mas, sorry!" pekik Raline kepada pria yang tadi terjatuh karena dia.
"Kamu suka ya ciuman sama cowok itu?" tanya Bian dengan tatapan tajamnya ketika mereka sudah sampai di parkiran.
"Hah? Ciuman?" tanya Raline dengan mata yang membulat sempurna. Pertanyaan bodoh Raline membuat Bian menatap tajam kepadanya.
"Aku ciuman?" tanya Raline lagi.
"Iya emangnya apa lagi, kan tadi kamu ciuman sama dia sampe gak mau bangun!" jawab Bian.
"Aku gak sengaja Bian, abisnya kamu malah mau berantem di sana!" ucap Raline.
"Tau ah, bikin orang kesel aja udah dibilangin jangan masuk ke situ, masih masuk juga bukannya dapet kerjaan malah ciuman sama orang," ucap Bian yang semakin kesal.
"Kamu kok jadi marah-marah, kan kamu juga tau tadi itu aku gak sengaja nabrak dia," ucap Raline.
"Gak sengaja juga tetep aja kan, namanya kamu ciuman sama dia!" ucap Bian.
"Bian!" pekik Raline yang mulai kesal karena Bian tak hentinya memarahi dia.
"Apa!" pekik Bian juga.
"Kamu udah kayak emak-emak yang gak kebagian sembako murah, marah-marah aja," ucap Raline.
"Jelas lah aku marah, aku tuh cem ...." Sadar dengan apa yang akan dia katakan, Bian langsung menghentikan ucapannya.
"Kenapa gak dilanjutin?" tanya Raline.
"Gak apa-apa lupain aja, cepetan naik udah sore nih!" jawab Bian.
"Dih, gak jelas banget sih!" ucap Raline, lalu dia naik ke motor Bian setelah itu mereka pergi.
"Ini helmnya terima kasih," ucap Raline, setelah dia dan Bian sudah sampai di gang yang tak jauh dari rumahnya.
"Hmm!" gumam Bian.
"Kamu marah sama aku?" tanya Raline.
"Gak!" jawab Bian.
"Ya udah," ucap Raline, lalu dia pun pergi.
"Ya ampun, itu cewek gak peka banget sih lagian tadi ngapain coba pake ciuman sama cowok itu!" ucap Bian dengan kesal, dia pun segera pergi dari sana.
***
Setelah kejadian dia ditabrak oleh seorang gadis, Daffa hanya diam memainkan gelas yang dia pegang, bahkan dia tidak menghiraukan seorang wanita yang datang untuk menggodanya, entah kenapa dia terus terbayang dengan tatapan mata gadis itu.
"Pergi!" ucap Daffa sambil memberikan uang kepada wanita itu.
"Aku belum melakukan apa-apa untukmu tapi kau sudah membayarku," ucap wanita itu dengan menggoda, tapi Daffa malah melayangkan tatapan tajamnya kepada wanita itu.
"Kalian pergi dulu dari sini," ucap Alvaro kepada dua wanita yang ada di hadapannya.
"Apa kita tidak akan bersenang-senang?" tanya salah satu wanita itu.
"Aku ingin bicara dulu dengan temanku," jawab Alvaro lalu kedua wanita itu pun pergi.
"Rupanya kau menikmati saat bibirmu bersentuhan dengan wanita tadi?" tanya Alvaro dengan alis yang terangkat.
"Apa yang kau maksud?" tanya Daffa.
"Cih ... berpura-pura tidak mengerti, ayolah Daffa, kini waktunya kau melepaskan keperjakaanmu!" jawab Alvaro.
"Aku akan melakukannya, tapi bukan dengan wanita murahan seperti mereka, harus wanita yang belum tersentuh siapa pun yang tidur denganku," ucap Daffa.
"Kau gila? Di tempat seperti ini tidak ada wanita yang masih suci," ucap Alvaro.
"Aku tidak peduli," ucap Daffa lalu beranjak dari tempatnya.
"Kau mau ke mana?" tanya Alvaro.
"Pulang, aku muak berada di sini," jawab Daffa.
"Kau belum ...."
"Persetan dengan apapun itu!" maki Daffa menyela ucapan Alvaro lalu dia benar-benar pergi dari tempat itu.
"Ternyata pria itu belum benar-benar dewasa," ucap Alvaro.
"Ah ... shit!" maki Daffa sambil mengacak rambutnya frustasi.
Saat ini dia sedang berada di kamar apartmentnya, dia sengaja tidak kembali ke rumah karena Daffa sangat malas bertemu dengan ibunya yang pasti akan memaksa dia untuk makan malam bersama dengan Meta.