Daffa menghela nafasnya dengan panjang karena dia benar-benar bingung, entah dengan cara apa lagi Daffa mengatakan dia tidak ingin dijodohkan oleh wanita mana pun, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda dirasakan oleh Daffa.
Saat Daffa memejamkan matanya, dia kembali teringat dengan wanita yang sudah mencuri kecupan pertamanya tadi. Itulah kenapa sejak dia datang ke apartemennya, Daffa terus merasa gelisah dan frustasi.
"Kenapa aku teringat wajah dia lagi!" ucap Daffa dengan pandangan lurus menatap langit-langit kamarnya.
"Stop it, Daffa, jangan memikirkan dia lagi," ucap Daffa lalu dia melirik ke arah nakas karena ponselnya berdering di sana. Daffa menghela nafasnya dengan panjang saat melihat ibunya yang menelpon. Akhirnya, Daffa hanya membiarkan ponselnya berdering, saat ini dia sangat malas untuk berdebat dengan ibunya. Daffa pun mulai memejamkan matanya karena tubuhnya sudah terasa sangat lelah dengan semua pekerjaan yang dia lakukan di kantor.
***
Keesokan harinya
"Raline!" panggil Farhan, Raline yang masih bersiap di kamarnya dengan tergesa-gesa keluar dari kamar menghampiri sang ayah.
"Ada apa, Yah?" tanya Raline sambil merapikan seragam kerjanya.
"Kamu udah siap?" tanya Farhan.
"Udah, Yah, sebentar lagi berangkat, hari ini aku gak kuliah," jawab Raline.
"Sekarang kamu sarapan dulu, makanannya udah Ayah siapin," ucap Farhan.
"Kok Ayah yang masak? Kenapa gak tunggu aku aja?" tanya Raline.
"Gak apa-apa, hari ini Ayah juga berangkat siang soalnya harus mengurus berkas buat dinas ke luar kota juga," jawab Farhan.
"Ayah mau ke luar kota?" tanya Raline.
"Iya, cuma untuk beberapa hari, udah sini kamu sarapan dulu," jawab Farhan.
"Ibu ke mana?" tanya Raline.
"Ayah gak tau ibu kamu ke mana sepagi ini," jawab Farhan, lalu Raline mengambilkan makanan untuk Farhan.
"Kemarin dapat pekerjaannya?" tanya Farhan.
"Belum, Yah, nanti aku coba cari lagi," jawab Raline.
"Jangan pikirin apa yang ibu kamu bilang, gaji Ayah masih cukup untuk memenuhi kebutuhan kita dan kuliah kamu," ucap Farhan.
"Aku gak memikirkan apa yang ibu bilang kok, Yah, tapi emang aku gak mau terus menerus jadi beban buat Ayah sama ibu," ucap Raline.
"Siapa bilang kamu beban buat Ayah, kamu itu anugrah yang Allah titipkan buat Ayah, semenjak kamu hadir Ayah jadi punya tujuan hidup lagi," ucap Farhan.
"Terima kasih, Yah," ucap Raline dengan senyuman yang hadir di sudut bibirnya.
"Kamu kok gak makan?" tanya Farhan karena sejak tadi Raline hanya memperhatikannya bahkan sampai makanan di piring Farhan habis.
"Aku keasikan liat Ayah makan, jadinya lupa," jawab Raline lalu tertawa.
"Kamu ini ada-ada aja, ya udah biar Ayah suapin," ucap Farhan.
"Jangan, Yah," ucap Raline namun Farhan tidak menghiraukan ucapan sang putri, dia menyendok kan nasi untuk Raline dan menyuapi putrinya.
"Aku bisa makan sendiri aku juga udah gede masa disuapin sama, Ayah," ucap Raline.
"Kamu itu tetap anak kecil buat, Ayah," ucap Farhan.
"Iya deh iya aku emang masih kecil di mata, Ayah," ucap Raline, hal itu membuat Farhan tertawa lalu dia terus menyuapi Raline.
"Makanya kamu tuh cepetan cari suami, umur manusia gak ada yang tau, sekarang Ayah udah tua kalau Ayah meninggal, siapa yang ...."
"Ayah, kok bahas itu Ayah masih sehat gak bakalan tinggalin aku, lagian jangan ngomongin yang kayak gitu terus, Ayah pasti bisa lihat aku menikah terus Ayah bisa main sama anak aku nanti," ucap Raline menyela ucapan sang ayah karena dia sudah bosan mendengar ibunya sering berbicara seperti itu.
Namun tidak Raline pungkiri, saat ini hatinya menjadi gelisah karena mengkhawatirkan sang ayah, Raline segera menepis semua pemikiran itu karena dia yakin tidak akan terjadi sesuatu dengan ayahnya.
"Raline Sayang, kamu itu loh kalau dikasih tau suka ngeyel, kan tadi Ayah bilang umur manusia gak ada yang tau bisa aja kan lima langkah kamu pergi dari sini, detak jantung Ayah berhenti, Ayah cuma khawatir soalnya ibu kamu gak bisa Ayah harapkan untuk mengurus kamu dengan baik, jadi kalau Ayah pergi ...," ucap Farhan kembali terhenti.
"Ya ampun Ayah, malah diperjelas, udah ah jangan ngelantur terus," ucap Raline lalu meminum air yang sudah disediakan oleh Farhan.
"Ini makanannya belum habis," ucap Farhan.
"Aku udah kenyang, Yah, udah siang juga nanti aku telat," ucap Raline lalu dia menyalami Farhan dan pergi.
"Sebenarnya Ayah khawatir sama kamu, Nak, kalau Ayah benar-benar pergi kamu gimana dan sama siapa, apa Ayah harus menjodohkan kamu dengan Bian, dia pria yang baik, Ayah yakin dia bisa dipercaya untuk selalu menjaga kamu, walaupun kamu bukan anak kandung Ayah, tapi Ayah benar-benar menyayangi kamu," ucap Farhan, selesai sarapan dia merapikan meja makan karena dia yakin Sarah tidak akan melakukan itu, bahkan sejak bangun tidur, Farhan sudah tidak melihat di mana Sarah berada.
Selesai merapikan dapur, Farhan pun bersiap untuk pergi bekerja, namun baru saja dia keluar dari gang rumahnya, dia kembali lagi ke rumah karena melupakan berkas yang sangat penting tertinggal di kamarnya.
Setelah mendapatkan berkas itu, Farhan tidak langsung pergi, dia diam termenung di sisi ranjang sambil menatap foto Raline yang dia ambil dari atas nakas.
"Semakin dewasa, wajah kamu mengingatkan Ayah sama seseorang, Nak, apa kabar dia sekarang, aku ingin sekali bertemu dengannya, tapi aku malu menemui mereka karena apa yang mereka ucapkan benar, Sarah tidak benar-benar mencintai aku," ucap Farhan lirih, lalu dia menyimpan lagi foto Raline di atas nakas.
"Tidak ada gunanya juga menyesali semua ini, nasi sudah menjadi bubur, sekarang aku harus menerima balasan apa yang sudah aku lakukan dulu karena aku sudah menentang keluargaku dan meninggalkan dia," ucap Farhan lagi, dia pun beranjak dari tempatnya untuk benar-benar pergi bekerja.
Namun, Farhan menjadi ragu untuk pergi bekerja, entah kenapa dia merasa sangat berat untuk melangkahkan kakinya, dia terus mengingat tentang Raline dan merasakan seperti akan ada sesuatu yang akan membuat dirinya berpisah dengan Raline dalam waktu dekat.
"Tenang, tidak akan terjadi apa-apa, semuanya pasti baik-baik saja." Farhan pun menghela nafasnya dengan panjang dan mensugesti dirinya, setelah merasa lebih tenang Farhan pun pergi, namun saat Farhan sedikit jauh dari gang rumahnya, ada mobil yang melaju sangat kencang, Farhan tidak menyadari itu hingga....
BRAAK
Mobil itu menabrak Farhan dengan sangat kencang dan pergi begitu saja meninggalkan Farhan yang sudah terkapar tidak berdaya.