Jembatan panjang dari bebatuan besar yang kuat, menghubungkan antara menara tempat tinggal Nam Joo Hyuk dengan jalan menuju daratan. Seperti sebuah tembok tinggi besar yang dikelilingi oleh lautan luas.
Malam sudah kian larut dan bulan diatas sana sudah hampir bulat sempurna. Dibawah pemandangan malam yang indah tapi menyeramkan itu, ada beberapa orang yang berada di atas jembatan penghubung. Mereka tidak terlalu terganggu dengan debur ombak yang saling beradu, seperti sebuah musik penyemangat agar bisa menaikkan hasrat mereka untuk membunuh.
Tiga orang pria berbadan besar dengan otot kekar. Pria pertama berada di barisan paling depat, memiliki rambut bergelombang panjang sebahu yang ia ikat satu. Dia mengenakan kaos abu-abu tanpa lengan dengan celana jeans hitam.
Pria itu bernama Chin Hwa, dia pemimpin ke tiga dari Kelompok Moro. Dibelakangnya ada dua pria yang tidak kalah besar tubuhnya, dua pria itu pengawal pribadi Chin Hwa. Dua pria botak dengan wajah sangar, dan ada kalung rantai berhias paku besar yang tajam.
"Senang bisa bertemu denganmu, Nona ketiga," ucap Chin Hwa sambil menyeringai tipis.
"Aku tidak menyangkan akan bertemu denganmu di tempat tinggalnya," dia melirik kearah menara tinggi milik Nam Joo Hyuk. "Sepertinya dia sudah terbebas dari hukumannya, huh?"
"Itu bukan urusanmu. Aku baru saja mengunjungi kakakku, dan apa yang sedang kau lakukan disini?" Suzy sama sekali tidak menampilkan wajah ramah, dia melihat sinis pada pria yang masih menyeringai licik kearahnya.
"Kau tahu, salah satu pengikut Moro ditemukan terbunuh. Mayatnya ditemukan pada tepi sungai, dengan kondisi yang hampir tidak dikenali," Chin Hwa terus saja mengoceh.
"Ohh… aku dengar dia salah satu buronan yang sedang dicari. Berani sekali dia menapakkan kakinya di wilayah kami," Suzy mendongakkan wajahnya, menunjukkan sikap angkuhnya.
"Dia belum diadili, dan belum terbukti bersalah. Peratutan pertama, seharusnya dia mendapatkan perlindungan hukum, dan bukan mendapatkan hukum rimba seperti ini," Chin Hwa mengerang kesal sambil menggerakkan tengkuk lehernya.
Sesaat wajahnya berubah menjadi bengis layaknya serigala. Tapi seketika wajah seram itu segera menghilang.
"Sepertinya aku tidak perlu berbasa-basi lagi. Katakan dimana dia?" ucap Chin Hwa dengan kedua tangan membentang lurus di sisi tubuhnya, dan setiap jari yang mengeluarkan kuku tajam yang runcing.
"Bodoh, jika kau ingin berkelahi dalam keadaan seperti ini!" Suzy melihat pemandangan langit malam, dan bulan purnama akan muncul dalam hitungan menit saja.
"Kenapa? Apa kau takut karena nanti kita tidak bisa mengendalikan diri? Apa kau takut mati, nona ketiga? Kalau begitu jangan halangi jalanku, dan biarkan aku mencambik tubuhnya dengan mudah," Ancam Chin Hwa sambil menggerakan kedua bahunya, seakan-akan dia sudah bersiap untuk berubah menjadi seekor serigala buas.
"Siapa sebenarnya yang akan kau bunuh?" ucap suara seorang pria yang baru saja muncul dan berjalan dengan sikap yang teramat santai.
"Jo Hyuk? Kenapa kau tidak berada didalam saja? Aku bisa melawan mereka semua," kata Suzy melihat kakaknya dan Nam Joo Hyuk mendengus kesal karena sikap percaya diri yang terlalu besar.
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu. Lebih baik kau berada didalam menara. Aku sendiri yang akan menangani mereka semua," kata Nam Joo Hyuk dan sudah berjalan di depan Suzy.
"Jangan bodoh, Jo Hyuk! Dia adalah pemimpin ke tiga dari Klan Moro. Kau akan kewalahan jika menghadapinya sendirian. Apalagi malam ini malam bulan purnama," ucap Suzy mengingatkan.
"Hhmm…" tatapan Nam Joo Hyuk mengarah pada langit malam dengan bulan yang begitu terang.
Ya, Suzy benar. Malam bulan purnama, malam dimana mereka bisa mendapatkan kekuatan lebih, tapi hal terburuk lainnya, mereka akan menggila dan tidak mudah untuk dikendalikan.
"Pangeran Nam?" Seru Chin Hwa dia menatap dengan tatapan berbinar-binar, menemukan keasikan yang sudah terbayangkan pada pikiran liciknya.
"Kau sama sekali tidak berubah setelah menjalani masa hukumanmu. Senang akhirnya kau keluar dari tempat persembunyianmu," Chin Hwa berjalan mendekati Nam Joo Hyuk.
Baru saja Suzy ingin melangkah maju, merasa kesal dengan sikap Chin Hwa, tapi Nam Joo Hyuk sudah menahannya.
"Tetap berada dibelakangku," kata Nam Joo Hyuk mengingatkan.
"Tapi…"
"Suzy! Ada seseorang yang harus dilindungi di dalam sana, dan aku mempercayakannya padamu," ucap Nam Hyuk dengan cepat tanpa bersuara, tapi untungnya Suzy bisa membaca gerakan bibir.
"Apa? Kau sudah sinting, ya? Keadaan seperti ini, baru kau butuh bantuanku! Sial, harusnya aku tidak datang mengunjungimu!!" Suzy geram dan terkejut karena perkiraannya benar, jika kakaknya membawa seorang manusia kedalam menara.
"Kenapa kau membawa manusia ke tempat ini, Jo Hyuk? Ku pikir kau pintar dan tidak akakn membuat kesalahan yang sama!" sindir Suzy yang masih saja mengoceh.
"Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi aku butuh kau untuk melindunginya," ucap Nam Joo Hyuk tanpa mengeluarkan suara.
Suzy mengangguk cepat dan ia segera membalikkan tubuhnya, dia berlari cepat ke arah menara. Tepat disaat itu Chin Hwa sudah berada dekat dengan Nam Joo Hyuk.
"Wah… wah… bahkan aku belum memulai penyerangan apapun, tapi kenapa dia sudah lari terbirit-birit seperti itu?" tatapan mengejek Chin Hwa diperlihatkan sambil dia melihat kearah Suzy.
"Ini bukan urusannya! Urusan kau adalah denganku! Sekarang kau pergi dari sini, sebelum aku tidak menunjukkan rasa kasihanku!" Nam Joo Hyuk menggertakkan giginya sambil menunjukkan wajah sangar.
"Kenapa kau membunuh orangku!" Akhirnya Chin Hwa teralihkan, dan dia kembali menatap Nam Joo Hyuk dengan bengis.
"Kenapa orangmu berada di wilayah yang tidak seharusnya. Lagi pula dia seorang buronan yang sedang dicari! Sudah sepantasnya dia disingkirkan," ucap Nam Joo Hyuk dengan lantang.
"Bahkan dia berani mencari mangsa di wilayah kami. Bagaimana jika para petinggi tahu? Aku yakin, mereka tidak akan tinggal diam,"
"Mangsa? Hahaha… kau melindungi manusia? Huh… kau monster yang menjijikkan! Apa kau lupa, kau mendapatkan hukuman karena kau juga pernah melindungi manusia? Huh… aku sangat penasaran, manusia seperti apa yang sudah kau lindungi. Aku dengar…" Chin Hwa memajukan wajahnya, sehingga dia bisa melihat sepasang mata hitam Nam Joo Hyuk yang begitu legam.
"Aku dengar jika manusia itu berada disini. Hmmm…" Chin Hwa mengendus sambil ia memejamkan matanya.
"Sepertinya aku bisa mencium bau daging manusia yang segar. Pasti rasa dagingnya sangat manis," ucap Chin Hwa seraya menyeringai seram dengan gigi taring yang tajam.
"Eergh…!" Nam Joo Hyuk menggertakkan giginya.
Dua tangan Nam Joo Hyuk sudah merentang lurus kearah depannya. Tangan seram dengan kuku runcing yang panjang, urat nadi terlihat jelas pada setiap jari jemari Nam Joo Hyuk. Dia sudah bersiap untuk bertarung dengan monster yang tak kalah seram dari yang pernah ia bunuh sebelumnya.
Dua pria yang berada dibelakang Chin Hwa sudah bersiap-siap. Dua tubuh pria itu membungkuk dengan lengkungan yang menjorok kearah atas, seakan-akan tulang belakang mereka hilang begitu saja. Tidak lama setelah itu, bulu kasar berwarna cokelat mulai muncul dari permukaan kulit mereka. Wajah mereka pun mulai berubah, mulai dari mata, hidung, dagu yang mulai meruncing.
Nam Joo Hyuk melihat langit malam, dan saat itu bulan bulat yang bercahaya terang. Dia melangkah mundur karena merasakan sesak pada dadanya. Seperti ada sessuatu yang seram dan mendesak untuk keluar dari dalam tubuhnya,
"Aargghhhh...!" Nam Joo Hyuk mengerang dengan suaranya yang membahana dibawah langit malam yang gelap.
Dia duduk bertekuk sambil menahan rasa sakit saat tubuhnya mulai bertransformasi. Wajah manusianya berubah dan perlahan wajah serigala itu muncul dengan bulu hitam legam yang mulai menutupi sekujur tubuhnya.