Dalam Mimpi Ji Soo.
Ji Soo melihat dirinya yang berumur delapan tahun. Gadis kecil itu berada didalam kamar yang memiliki sebuah jendela yang dibiarkan terbuka.
"Itu aku?" pikir Ji Soo melihat dirinya yang berumur delapan tahun, sambil dia memperhatikan kamar yang dulu sekali pernah ia tempati.
Ji Soo perlahan mendekati gadis kecil yang sedang duduk meringkuk, sambil meletakkan kedua tangan yang sedang bertumpu pada tepi tempat tidur.
"Hey, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ji Soo heran, dia yakin bisa melihat ada sinar putih yang muncul entah dari mana.
Gadis kecil itu tidak menoleh saat Ji Soo memanggilnya. Dia masih asik menatap ke arah luar jendela, dan hal itu membuat Ji Soo penasaran dan terus mendekatinya.
Gadis kecil itu ternyata sedang bermain dengan seekor kupu-kupu yang memiliki sayap lebar berwarna biru. Cahaya putih yang terlihat terang itu berasal dari tubuh Ji Soo kecil.
Tapi bagaimana bisa?
"Ahh… aku ingat, ini pasti malam bulan purnama," ucap Ji Soo dan memandangi jendela kamarnya.
Kupu-kupu muncul semakin banyak, dan Ji Soo kecil sepertinya senang dengan kehadiran makhluk kecil yang menggemaskannya.
Tangan Ji Soo kecil mulai berayun-ayun di udara, mengikuti pergerakan kupu-kupu yang mulai mengitarinya.
Ji Soo dewasa masih memperhatikan dengan seksama. Tatapannya bergantian antara pemandangan bulan purnama dan Ji Soo kecil yang terus saja berpendar.
"Bukankah aku seharusnya tidak…" ucap Ji Soo sambil mengingat apa yang dikatakan oleh kakeknya dulu.
Belum selesai Ji Soo berkata, ada seseorang yang membuka pintu kamar. Pria itu berjalan dengan cepat, bahkan menembus tubuh Ji Soo dengan mudah, hal yang membuat Ji Soo terperanjat dan segera mencari tahu siapa yang baru saja masuk.
"Kakek?"
Ji Soo hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Dia melihat sosok kakeknya yang sangat ia rindukan. Oh Jae Pyo mendekati Ji Soo kecil, dan segera mengibaskan tangannya agar bisa mengusir kupu-kupu yang mengelilingi cucuknya.
"Kakek?!" Seru Ji Soo kecil dengan wajah merungut.
"Apa kau lupa kalau malam ini bulan purnama? Sudah berapa kali kukatakan, jika malam bulan purnama tiba kau seharusnya berada didalam kamar dan tidak membuka jendela, Ji Soo!"
Wajah Oh Jae Pyo terlihat cemas sambil dia memegangi kedua pundak Ji Soo. Dia memperhatikan cucuknya yang bersinar, dengan warna putih yang terang.
"Sebenarnya… ada apa denganku, kakek?" tanya Ji Soo heran.
Alih-alih menjawab pertanyaan Ji Soo, justru Oh Jae Pyo segera memeluk cucuknya sembari ia mengelus rambut Ji Soo yang panjang.
"Tidak apa-apa, Ji Soo. Aku akan menjagamu, setelah malam bulan purnama kau bisa bermain seperti biasa," kata Oh Jae Pyo dan sudah menegakkan wajahnya.
"Dimana ayah dan ibu?" tanya Ji Soo lagi.
"Besok kau akan bertemu dengan ayah dan ibumu. Aku sendiri yang akan mengantarmu. Untuk sementara ini kau harus bepergian dengan mereka," Oh Jae Pyo tampak ingin menangis, tapi ia tahan sekuat mungkin.
Sebenarnya Ji Soo tidak begitu paham dengan apa yang dijelaskan oleh Oh Jae Pyo. Sudah satu bulan ini dia tidak bertemu dengan kedua orangtuanya. Kakeknya hanya mengatakan jika kedua orangtua Ji Soo sedang sibuk melakukan pekerjaan penting.
"Besok? Aku ingat… aku ingat saat-saat seperti ini," Ji Soo dewasa mendekati Ji Soo kecil dan kakeknya.
"Kalian tidak boleh pergi. Katakan pada ibu dan ayah untuk tidak datang! Mereka akan mengalami kecelakaan mobil! Aku mohon… kakek! Apa kau bisa mendengarkanku!" Ji Soo berteriak.
Ji Soo ingin menyentuh pundak kakeknya. Tapi dia lupa jika dia hanya sebuah bayangan dalam ingatan masalalunya sendiri.
"Tidak… aku mohon… kalian tidak boleh pergi," Ji Soo mulai menangis dan tampak frustasi.
"Kakek… aku mohon, katakan pada ibu dan ayah. Mereka tidak boleh datang menjemputku… kakek!!"
Disaat Ji Soo menangis dan masih frustasi, disaat itu seperti ada angin besar yang menerpa tubuhnya, hingga ia terhempas ke belakang dengan cepat, menarik Ji Soo kedalam lubang gelap yang tidak tahu dimana ujungnya.
**mimpi Ji Soo berakhir**
"Hmm… kakek? Ibu? Ayah…"
Ji Soo bergumam dan mulai sadar dari tidurnya. Perlahan dia sudah membuka kedua matanya, dan hal pertama kali yang dia lihat adalah seekor kupu-kupu yang terbang rendah mengitar diatas wajahnya.
"Uhmm… kupu-kupu?"
Ji Soo beranjak dari bangunnya, sambil melihat seekor kupu-kupu yang masih saja berada dekat dengannya.
"Ahh… sakit sekali," Ji Soo melihat kearah pundak kanannya, sebuah perban sudah dibalut rapi menutupi lukanya.
"Kepalaku terasa pusing," ucap Ji Soo sambil melihat ke arah jendela kamar dengan tirai yang terbuka.
Kedau mata Ji Soo membelalak karena melihat pemandangan malam dengan bulan purnama yang terang. Dia segera merasa panik dan ingatan masalalunya kembali muncul.
Ji Soo segera turun dari tempat tidurnya, dia berjalan kearah jendela kamar dengan langkah yang sulit, bahkan dia seringkali terhenti untuk menarik napas sejenak.
Saat Ji Soo berhenti melangkah, dia menatap sebuh cermin yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia bisa melihat tubuhnya yang berpendar dan mengeluarkan cahaya putih.
"Hhh… kenapa harus malam ini?"
Ji Soo kembali melanjutkan langkah kakinya agar bisa lebih dekat dengan tepi jendela. Sesampainya dekat jendela, Ji Soo membuka jendela dan mencoba mengusir kupu-kupu yang masih saja ingin berada dekat dengannya.
"Kau harus pergi! Jangan dekati aku!"
Dia mengayunkan satu tangannya, berusaha mengusir seekor kupu-kupu tanpa melukai binatang kecil itu. Setelah beberapa saat, akhrinya kupu-kupu itu bisa keluar dari dalam kamar melalui jendela.
Ji Soo menutup jendela, begitu juga dengan tirai yang sudah tertutup rapat. Pemandangan bulan purnama itu sudah menghilang dari pandangannya, tapi bukan berarti tubuhnya tidak mengeluarkan cahaya.
Keadaan kamar yang cukup gelap, membuat Ji Soo terlihat begitu terang. Dia justru tampak mencuri perhatian dengan tubuhnya yang terus berpendar cahaya putih terang.
"Hhh… setidaknya didalam kamar ini tidak ada siapapun," ucap Ji Soo merasa lega.
Tapi perasaan lega itu hanya sesaat saja. Pintu kamar Ji Soo terbuka, dan terlihat Youra – pelayan wanita yang masuk membawa baskom dan handuk kecil untuk membersihkan Ji Soo.
"Nona Ji Soo?" Youra terkejut saat melihat penampilan Ji Soo yang berbeda.
"Ternyata kau… kau…" perkataan Youra membuat Ji Soo mengernyit heran.
"Aku bisa menjelaskan ini. Kau tidak perlu takut," Ji Soo gugup dan salah menyangka jika Youra takut dengan keadaanya.
Padahal, Ji Soo juga merasa takut dengan tatapan seram dari Youra. "Ada keadaan khusus yang biasanya aku alami, dan… itu hanya terjadi pada bulan purnama. Kau tidak perlu takut padaku,"
"Aku tidak menyangka… ternyata kau… kau adalah mereka," kata Youra yang masih tak jelas.
Youra baru saja melangkah sambil terus menatap Ji Soo. Tetapi dia sudah melepaskan baskom yang berisikan air hangat dari kedua tangannya.
Suara "byur" membuat Ji Soo terkejut dan merasa cemas dengan wanita paruh baya tersebut.
"Kau tidak apa-apa?" kata Ji Soo berjalan pelan mendekati Youra yang tiba-tiba membungkuk sambil memegangi kedua lututnya.
Youra seperti kehilangan tenaganya, tarikan napasnya terdengar jelas sambil dia menyembunyikan wajahnya yang penuh dengan bulir keringat. Tubuhnya terasa lemas, dan dia pun tersungkur di lantai yang basah.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ji Soo lagi, dia sudah cukup dekat dengan Youra, satu tangannya sudah merentang lurus dan siap untuk menyentuh pundak pelayan wanita yang bersikap aneh tersebut.
"JANGAN!!"
Youra berteriak begitu lantang, membuat Ji Soo menarik tangannya dengan segera.
"Ke… kenapa?" Ji Soo Gugup karena suara Youra barusan terdengar berubah, lebih berat dan seram.
"PERGI! PERGI DAN BERSEMBUNYI, NONA!!"
Youra menoleh kearah Ji Soo, wajahnya tampak seram dengan banyak guratan urat biru yang menonjol dan muncul disekitar wajahnya.
"PERGI DARI SINI!!! SEMBUNYI!!! ATAU KAU AKAN MATI!!!"