Ji soo tidak tahu sudah berapa banyak dia melangkah, disaat kedua kakinya mulai terasa pegal dan pundak kanannya yang terluka justru terasa semakin perih. Dia dan Suzy, mereka berdua justru menjauh dari menara utama.
"Cepat! Kau harus segera bersembunyi!" teriak Suzy yang berada didepan Ji Soo.
Napas Ji Soo terasa semakin sulit, bahkan dia bisa merasakan tenggorokannya semakin terasa kering. Hingga akhirnya Ji Soo memutuskan untuk memberhentikan kedua kakinya. Dia membungkuk seraya memegangi kedua lututnya.
"Hh… hhh… tunggu sebentar," kata Ji Soo dengan napas tersengal.
Suzy pun berhenti berlari dan menoleh ke arah belakangnya, "Kau ini benar-benar menyulitkan ya!" ucapnya kesal dan mendekati Ji Soo.
"Apa lagi sekarang?"
"Sebenarnya, berapa lami lagi kita harus terus berlari?" Ji Soo menegakkan tubuhnya sambil terus mengatur napasnya yang masih terdengar sulit.
Namun tatapan Suzy justru mengarah pada pundak kanan Ji Soo. Sorot mata Suzy yang membuat Ji Soo tak nyaman, hingga dia ikut menatap ke arah pundaknya sendiri.
"Aku baru sadar kalau kau terluka. Dari mana kau mendapatkan luka ini?" tanya Suzy sambil terus melihat pundak kanan Ji Soo dengan tatapan yang ngeri.
Ji Soo masih mengatur napasnya sambil dia menelan salivanya. Dia pun memandang pundaknya yang dibalut perban. Tapi warna merah mulai terlihat melalui perban yang tak lagi putih. Mungkin karena Ji Soo terlalu banyak bergerak, sehingga lukanya kembali terbuka.
"Apa kau akan percaya, jika aku mengatakan ada seseorang yang begitu gila dan menggigit pundakku? Aku bisa mati saat itu, hh… ini … hhh… benar-benar…. Hh… gila dan aneh!" jawab Ji Soo dengan napas tersengal.
"Apa?! Jo Hyuk menggigitmu!"
Suzy terkejut dan mendekat ke arah Ji Soo. Dia menangkup wajah Ji Soo dengan satu tangan kanannya. Kekuatan tanggannya begitu kuat saat dia mencengkram wajah Ji Soo, membuat gadis muda itu sulit untuk menapikkan wajahnya sendiri.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Suzy dengan tatapan yang begitu lekat.
"Apa maksud pertanyaanmu? Aku sama sekali tidak mengerti," kata Ji Soo tergagap.
Disaat itu juga terdengar suara keributan diiringi dengan suara lolongan beberapa serigala. Suaranya tampak begitu dekat dengan mereka berdua. Suzy segera melepaskan wajah Ji Soo dari cengkraman tangannya.
"Mereka sudah sangat dekat. Apa Jo Hyuk gagal?" Suzy tampak takut memandang ke arah belakang punggung Ji Soo.
"A… apa? Ada apa?" Ji Soo ikut menoleh ke arah belakangnya, tapi yang dia lihat hanyalah sebuah lorong gelap yang panjang, dan samar-samar dia mendengar suara lolongan yang membuat merinding.
"Cepat! Kita harus pergi. Dan kau… kau harus lari dengan cepat!" Suzy meraih lengan Ji Soo, dan mengarahkannya menuju sebuh pintu yang mengarah pada sebuah tempat.
Ji Soo rasanya ingin menghentikan kedua kakinya, dia sudah sangat lelah jika harus terus berlari. Tapi kenapa dia merasa ada hal yang lebih seram selain rasa lelahnya, sesuatu yang sedang mengejar mereka berdua dan bisa muncul kapanpun untuk menyergap dua wanita itu.
Mereka berdua baru saja melewati pintu besar, dan ternyata mengarahkan pada sebuah jembatan dengan atap tinggi yang terbuat dari bebatuan. Jembatan dengan sisi kakan dan kirinya yang terbuka, dan memperlihatkan pemandangan laut dengan langit malam yang dihiasi bulan purnama.
Tidak ada pemabatas aman pada sisi kanan dan kiri jembatan tersebut. Hanya ada pilar tinggi yang menopang atap bebatuan tersebut. Pilar yang berjajar rapi dengan jarak yang jauh antara satu sama lain.
Jika saja mereka berdua salah melangkah, bisa saja mereka jatuh dari jembatan tersebut, mereka akan mudah tenggelam dan terseret oleh ombak lautan yang tinggi.
"Tempat apa ini sebenarnya? Ini gila… Bagaimana caranya aku bisa lari dari tempat ini. Kenapa aku harus terlibat dalam hal seperti ini?" pikir Ji Soo sambil dia mengamati keadaan sekitarnya.
Tiba-tiba saja Suzy berhenti berlari. Dia duduk menekuk sambil menutupi wajahnya. Ji Soo pun sadar dan ikut berhenti berlari. Dia melihat kearah Suzy dengan perasaan bingung, bukankah tadi wanita itu yang menyuruhnya untuk berlari cepat.
"Hey? Apa kau baik-baik saja?" tanya Ji Soo yang sudah berada dekat dengan Suzy.
Namun Suzy tidak menjawab, dan tubuhnya masih membungkuk sambil dia terus menyembunyikan wajah yang tertutup oleh rambutnya yang panjang.
"Ini tidak akan berhasil! Tidak akan berhasil!" gumam Suzy sambil dia menoleh kearah sisi kanan.
Pemandangan bulan purnama yang tampak indah, tapi pemandangan itu membuat Suzy sulit untuk mengendalikan dirinya. Wajahnya menegang dengan urat biru yang muncul sesekali pada sekitar wajahnya. Kedua mata Suzy bahkan melebar dengan cepat, dia bisa melihat bayangan serigala yang muncul pada benaknya dan siap menyeruak dari dalam tubuh Suzy.
"Ada apa dengan kau?" Ji Soo merasa khawatir dan dia sudah menyentuh pundak Suzy.
"JANGAN SENTUH AKU!!" Teriak Suzy dengan suara yang menggelegar dan terdengar seram.
Suzy menegakan tubuhnya dengan cepat, dan menyambar pundak kanan JI Soo. Dia mencengkram pundak itu dengan kuat, hingga darah segar mengalir melewati perban yang sudah penuh dengan noda darah itu.
"Ahhh… sakit! Lepaskan aku!" Ji Soo merintih kesakitan, saat luka itu ditekan begitu kuat oleh Suzy.
Wajah Suzy terligat begitu menyeramkan, dia membuka mulutnya dengan lebar sambil menggeram, menunjukkan gigi taring yang tiba-tiba saja muncul.
"Lepaskan aku!" Ji Soo dengan kuat menyentakkan pundaknya, dan segera melangkah mundur.
Suzy kembali menggeram dengan setiap sisi wajah yang menegang. Dia mengulurkan satu tangannya yang tiba-tiba saja terlihat kekar dengan kukunya yang mencoba untuk mencabik Ji Soo.
Ji Soo melangkah mundur dengan panik, dia terlalu ceroboh karena tersentak oleh kakinya sendiri. Tubuhnya dengan cepat tersungkur ke arah belakang, dan untung saja kedua tangannya masih mampu menopang tubuhnya.
Suzy melompat kearah Ji Soo dengan tinggi, membuat gadis muda itu memekik ketakutan, saat dia melihat satu tangan Suzy siap mengarah padanya.
"TIDAK!!!" Ji Soo memejamkan matanya, dan sudah membayangkan hal seram yang terlintas di benaknya, sebuah kematian tragis yang akan ia alami di usia mudanya.
Jantung Ji Soo berdegup kencang, sesaat dia tidak merasakan sakit. Berpikir, apakah kematian semudah itu? Hingga dia tidak merasakan sakit sama sekali.
Tapi ada sesuatu yang menyentuh wajahnya, helain rambut serta hembusan napas berat yang amat dekat dengan wajahnya.
Ji Soo memberanikan diri untuk membuka matanya, dan …
Glek…!
Ji Soo menelan salivanya dengan perasaan takut. Tepat didepan wajahnya, ada wajah Suzy yang menatap dengan tatapan melotot. Wajah yang tidak bisa dikatakan wajah cantik, wajah itu terlihat sangar dan masih terus melotot kearahnya.
"Aku tidak akan bisa menahan diri terlalu lama!" ucap Suzy sambil menggeram dengan suara beratnya. Dia menarik tangan kanannya yang mendarat tepat disamping Ji Soo, tangan yang berhasil meremukkan permukaan lantai batu yang keras.
"Apa maksudmu?"
"Lari! Lari… kau harus lari! Kau akan menemukan sebuah ruangan dengan pintu berwarna perak. Besembunyi di sana, sampai bulan purnama berlalu! Apa kau paham!!!" Ucap Suzy menjelaskan sambil menegakkan tubuhnya.
"CEPAT PERGI DARI HADAPANKU, ATAU KAU INGIN KU MAKAN HIDUP-HIDUP!"
Teriakan Suzy membuat Ji Soo segera beranjak dari jatuhnya. Tanpa bertanya apapun dia segera berlari menjauh dari Suzy yang masih belum bergeming dari tempatnya, menatap lurus kearah punggung Ji Soo yang mulai berlalu ditelan kabut putih.
"Errggh… Aku tidak bisa menahan diri lebih lama!" ucap Suzy sambil melihat bulan purnama yang terang pada malam hari itu.
Lolongan seram yang menggaung segera keluar dari mulut Suzy, diikuti dengan perubahan tubuh dan wajahnya yang menjadi sosok serigala berwarna abu-abu.