Nam Joo Hyuk tidak terkejut ketika dia kedatangan seorang tamu. Dia bisa melihat seorang wanita dengan pakaian serba hitam, sedang duduk sambil menyilangkan kedua kakinya dengan tinggi. Wanita itu menyibakkan rambut hitam lurusnya, saat melihat Nam Joo Hyuk yang baru saja muncul didepan pintu masuk.
"Untuk apa kau datang kesini?" tanya Nam Joo Hyuk dengan kesal.
"Uhh… kenapa kau ketus sekali, sih? Ayolah, oppa..,"
"Jangan panggil aku seperti itu. Meskipun kita berkeluarga tapi aku bukan kakakmu," ucap Nam Joo Hyuk masih ketus dan duduk berhadapan dengan wanita yang ada dihadapannya.
Wanita itu adalah Suzy, adik angkat dari Nam Joo Hyuk. Dia sudah terbiasa dengan sikap dingin dan ketus yang biasa ditunjukkan oleh Nam Joo Hyuk.
"Setidaknya aku bisa sedikit berbasa-basi. Aku dengar ada keributan yang terjadi semalam. Kau membunuh salah satu pengikut dari Klan Moro?" senyum sinis itu segera muncul dari raut wajah Suzy.
"Seharusnya kau tidak perlu mengajakku pada perayaan yang penuh manusia. Keberadaan kita sepertinya sudah menarik mereka untuk berani lebih dekat," Nam Joo Hyuk memajukan tubuhnya, memperlihatkan sorot mata yang tak ramah.
Dia melihat Suzy yang berani menaikkan satu kakinya ke atas meja.
"Singkirkan kakimu dari mejaku yang berharga," kata Nam Joo Hyuk mengancam sambil memperlihat gigi taringnya yang tiba-tiba muncul.
"Ishh… kau ini!" Suzy segera menurunkan kakinya, tapi senyum licik itu masih terpatri jelas pada wajahnya.
"Aku tahu kau membawa seorang wanita ke tempat ini," ucap Suzy dan seringainya semakin melebar.
"Bagaimana kau bisa tahu? Ahh… kau ini kan senang bergosip," sindir Nam Joo Hyuk dengan tatapannya yang masih terlihat tak ramah.
"Banyak yang melihat kau membawa seorang wanita. Seharusnya kau tahu jika ayah terus memperhatikan gerak-gerikmu. Aku datang karena aku peduli padamu. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?"
Sorot mata Suzy berubah curiga, dan dua pasang mata itu saling menatap untuk beberapa detik, tanpa ada satu katapun yang terucap.
"Bukan urusanmu," kata Nam Joo Hyuk dan akhirnya dia mengerjapkan matanya untuk beberapa kali.
"Kau tidak pandai berbohong. Kau tahu persis kan, apa keahlianku? Apa…" Suzy melirik kearah atas, dan setelah itu dia melihat reaksi Nam Joo Hyuk yang tampak gusar.
"Apa wanita itu ada diatas?" tanyanya lagi.
"Sudah kukatakan, ini bukan urusanmu!"
Nam Joo Hyuk sadar, akan percuma jika dia terus berbohong dihadapan Suzy. Adik angkat yang ada dihadapannya, sudah dilatih beribu tahun lamanya untuk mengetahui bagaimana cara mengungkap kebohongan.
"Kau gila, Joo Hyuk! Kenapa kau membawa manusia ke tempat ini?!" Suzy melotot kesal, sedangkan Nam Joo Hyuk segera bangkit dari duduknya.
"Sepertinya urusan kita sudah selesai. Lebih baik kau segera pergi dari istanaku!" kata Nam Joo Hyuk dengan sikap kasar.
"Siapa manusia itu? Kenapa kau membawanya ke tempat ini? Apa kau tidak takut jika ayah tahu, dan kau mendapatkan hukuman lagi? Apa kau lupa, terakhir kau menolong manusia, dan kau dikurung sangat lama!" Suzy kesal dan ia ikut beranjak dari duduknya.
Lagi dan lagi, Nam Joo Hyuk memberikan tatapan yang sedingin es. Dia ingat sepuluh tahun lalu, saat menolong seseorang yang sangat berharga untuknya.
"Kalaupun aku dihukum dan itu pun bukan menjadi urusanmu," kata Nam Joo Hyuk, dia pun membalikkan badannya tanpa harus menunggu kalimat balasan dari adik angkatnya.
"Sial!! Lagi-lagi, kau bersikap seperti ini! Kau selalu saja bersikap semaumu tanpa peduli dengan resiko yang akan kau hadapi," kata Suzy berdecak kesal.
***
Malam kian larut, dan Nam Joo Hyuk tidak bisa tidur saat itu. Dia berada didalam kamarnya yang begitu luas tapi terasa hampa dan sepi.
Sebuah tempat tidur dengan alasnya yang berwarna putih. Disamping tempat tidur ada sebuah meja bundar kecil dengan ponsel miliknya dengan keadaan tidak dinyalakan.
Dimana Nam Joo Hyuk?
Pria itu duduk di sebuah sofa besar sambil menatapi pemandangan dari balik jendela. Dalam kamar itu memiliki sebuah jendela besar, yang ukurannya sangat besar, hingga sangat mungkin jika Nam Joo Hyuk melompat mudah untuk melewati jendela tersebut tanpa harus susah payah membungkuk.
Anehnya jendela itu tidak memiliki kaca atau pembatas apapun. Jendela itu tampak seperti lubang besar, seakan-akan sebuah pintu cadangan yang mengarah pada alam liar di luar sana.
Nam Joo Hyuk duduk dengan wajahnya yang terlihat gelisah. Kedua tangannya berada di pangkuannya, saling bertumpu dengan jari jemari yang meremas.
"Sebentar lagi… sebentar lagi adalah waktu bulan purnama. Mereka akan sadar dengan kehadirannya disini," ucap Nam Joo Hyuk sambil memperhatikan bulan yang hampir sempurna.
"Aku tidak ingin kehilangannya lagi. Aku harus membuat keputusan," pikir Nam Joo Hyuk dan beranjak dari duduknya.
Langkah kakinya begitu sigap saat dia sudah meninggalkan kamarnya. Dia sudah membuat keputusan, yang akan mengubah takdir yang selama ini menjebaknya.
Nam Joo Hyuk sudah berada di pintu kamar yang terkunci dengan gembok dan rantai besar berwarna emas. Dia tidak mungkin memanggil pelayannya – Youra untuk membukakan pintu kamar yang ditempati oleh Ji Soo.
Dengan satu tangan, dia memegangi rantai tersebut, dan dengan mudah Nam Joo Hyuk sudah mematahkan rantai yang segera mengeluarkan suara gemiricik. Tidak menunggu lama saat Nam Joo Hyuk sudah membuka pintu.
Tapi…
Bug…!!
Sesuatu yang keras sudah mengenai kepala Nam Joo Hyuk. Nampan makanan yang terbuat dari stainless steel, dan dipegang oleh kedua tangan Ji Soo. Sepertinya gadis muda itu sudah lama bersembunyi dari balik pintu.
"Hah… kau…?" Nam Joo Hyuk melihat nampan makanan yang masih diangkat tinggi oleh Ji Soo.
Nampan makanan itu melengkung pada bagian tengahnya. Hal yang membuat Ji Soo terkejut adalah reaksi dari Nam Joo Hyuk karena pria itu tampak baik-baik saja. Jika Nam Joo Hyuk manusia biasa, sudah pasti ia memekik kesakitan atau terparahnya tidak sadarkan diri akibat pukulan telak yang dilakukan oleh Ji Soo.
Glek…!
Ji Soo takut tapi dia masih mengangkat tinggi nampan makanan. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Ji Soo seraya melangkah mundur karena Nam Joo Hyuk menoleh ke arahnya dengan tatapan seram.
"Jangan dekati aku!" ancam Ji Soo mulai panik. Dia mengarahkan senjatak tak berguna itu ke arah Nam Joo Hyuk.
Mimik wajah Ji Soo masih terlihat cemas, terus saja dia melangkah mundur hingga tidak sadar ada dinding yang membatasi pergerakannya.
Tepat ketika Ji Soo ingin memukul dengan menggunakan nampan makanan. Tepat disaat itu juga, kedua pergelangan tangannya sudah ditahan dengan satu cengkraman tangan Nam Joo Hyuk.
"Lepaskan! Lepaskan aku!" Kata Ji Soo meronta-ronta.
Nam Joo Hyuk tidak peduli, dia justru meraih kerah dari gaun tidur yang dikenakan oleh Ji Soo. Dia merobek kerah tersebut dengan mudah hingga memperlihatkan pundak kanan Ji Soo.
"Apa yang kau ingin lakukan?!" Ji Soo terkejut karena dia melihat Nam Joo Hyuk membuka mulutnya, sehingga terlihat jelas gigi taring besar yang berbahaya.
"Aku harus melakukan ini!" ucap Nam Joo Hyuk bersungguh-sunguh dengan suara berat yang terdengar seram.
"Tidak! Lepaskan aku!" teriak Ji Soo lantang.
Percuma saja Ji Soo berteriak, percuma saja dia berusaha untuk melakukan perlawanan. Karena Nam Joo Hyuk sudah memandang liar pada pundak kanannya. Padahal sudah ada bekas luka yang tertinggal pada pundaknya.
Tidak ada keraguan bagi Nam Joo Hyuk, saat dia sudah menancapkan taringnya yang tajam. Jeritan kesakitan dari suara Ji Soo begitu melengking, membuat siapapun yang mendengar jeritan Ji Soo akan merinding.
Sekelebat cahaya putih bercampur dengan warna biru muncul saat Nam Joo Hyuk belum melepaskan gigi taringnya dari pundak Ji Soo. Bahkan bayangan masa lalu muncul begitu saja di benaknya.
Bagi Nam Joo Hyuk, perasaanya bercampur aduk. Rasa amarah dengan kesedihan yang amat mendala
Darah segar kembali mengalir saat gigi taring belum terlepas. Saat itu Nam Joo Hyuk bisa merasakan kepalanya berputar karena ada rasa pusing yang tiba-tiba menyerangnya.
Ji Soo mengerang kesakitan, dia mendongakkan wajahnya dengan sepasang mata Ji Soo yang tiba-tiba saja berubah menjadi putih, wajahnya begitu pucat layaknya mayat hidup.
"Lepaskan, Nam!" suara itu melintas pada pikiran Nam Joo Hyuk.
Akhirnya Nam Joo Hyuk melepaskan pundak Ji Soo. dan tubuh gadis muda itu terkapar diatas lantai dengan wajah pucat dan tidak berdaya, dengan darah yang masih mengucur deras.
"Hampir saja… hampir saja… aku tidak bisa mengendalikan diriku!" ucap Nam Joo Hyuk sambil menyeka darah Ji Soo dari mulutnya.
"Aa… apa yang sudah kau lakukan padaku? Sakit... rasanya sakit sekali," ucap Ji Soo terbata-bata.
"Aku menandaimu, Ji Soo. Karena aku sudah menikahimu," ucap Nam Joo Hyuk sambil mendekati tubuh Ji Soo dan mengangkatnya dari atas lantai.
Saat itu Ji Soo bisa mendengar penjelasan Nam Joo Hyuk. Hanya saja tubuhnya masih terasa lemas, tidak mungkin baginya untuk melakukan pemberontakan.
Nam Joo Hyuk meletakkan tubuh Ji Soo diatas tempat tidur, dan saat itu pintu kamar terbuka dengan kehadiran Youra yang terlihat panik.
"Hah!!! Pangeran Nam? Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Youra sambil ia menatap ngeri pada Ji Soo yang berbaring tak berdaya serta berlumuran darah.
"Youra! Tatap aku! Katakan, ada apa?" suara Nam Joo Hyuk yang lantang membuat Youra kembali fokus pada Nam Joo Hyuk.
"Pa… pangeran Nam? Ada sekelompok orang yang baru saja tiba. Dan Nona Suzy sedang menghadapi mereka semua," jelas Youra sambil mendekati tempat tidur Ji Soo.
"Diluar dugaanku, ternyata mereka datang lebih awal. Siapa yang berani berkhianat?" Nam Joo Hyuk mengerang kesal.
"Kau obati lukanya. Jangan sampai dia kehilangan banyak darah," kata Nam Joo Hyuk memberikan perintah.
"Ba… baik, Pangeran Nam," jawab Youra gugup dan melihat wajah Ji Soo yang semakin pucat.
"Aku akan membereskan semua cecunguk ini!" ucap Nam Joo Hyuk mengerang kesal sambil ia meningalkan kamar Ji Soo.