Chereads / Moonlight: Pangeran Serigala dan Pengantin Pilihan / Chapter 10 - Waktu Yang Akan Mempertemukan Kita Kembali

Chapter 10 - Waktu Yang Akan Mempertemukan Kita Kembali

Glek…!

Ji Soo bahkan menelan salivanya dengan perasaan yang bercampur aduk. Bagaimana tidak ketika ada seorang pria asing dan mengatakan jika dia adalah suaminya.

"Kau sudah gila, ya!"

Secara refleks Ji Soo mendorong wajah Nam Joo Hyuk. Sepertinya jantung Ji Soo akan meledak jika pria itu terus saja melihat kearahnya dengan sepasang mata hitam yang indah.

Nam Joo Hyuk berdiri tegak sambil merapikan luaran jasnya. Dia hanya mendengus kesal saat melihat reaksi Ji Soo yang tidak senang.

"Kau bukan suamiku! Dan aku belum pernah menikah dengan siapapun! Dimana aku sekarang?!" tanya Ji Soo kesal, memberanikan diri untuk melotot kesal pada pria yang masih berdiri dekat dengan tempat tidurnya.

Nam Joo Hyuk terdiam dan terus menatap wajah Ji Soo, membuat wanita muda itu merasa canggung karena sikap Nam Joo Hyuk yang justru terlalu datar.

"Selain wajahmu yang masih sama, ternyata sifatmu lebih menyebalkan dari sebelumnya," sindir Nam Joo Hyuk.

"Apa? Kau bilang apa barusan?"

Ji Soo menyingkap selimutnya, dia sudah berniat untuk menurunkan kedua kakinya, tapi baru saja menapak di atas lantai, rasa sakit pada pergelangan kakinya muncul kembali.

"Bodoh sekali!" Nam Joo Hyuk yang kesal, membungkuk agar bisa meraih kedua kaki Ji Soo.

Dia meletakkan sepasang kaki Ji Soo untuk kembali ke atas tempat tidur. Nam Joo Hyuk bahkan menarik selimut agar bisa menutupi sebagian tubuh Ji Soo.

Ji Soo terdiam karena dia kembali melihat wajah pria itu sangat dekat, "Sebenarnya… siapa kau?"

"Sudah aku katakan, jika aku adalah suamimu," jawan Nam Joo Hyuk dengan dua wajah yang amat berdekatan.

"Aku tidak.."

"Sst..!" Satu telunjuk Nam Joo Hyuk sudah menempel pada ujung bibir Ji Soo.

Entah mengapa Ji Soo menurut, dia tidak mengerti kenapa dia diam dan menunggu pria yang ada dihadapannya menyelesaikan pembicaraan.

"Lebih baik kau berisitirahat, dan makan yang banyak. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, tapi tubuhmu begitu kecil. Aku suka wanita yang berisi, karena mereka lebih memuaskan ketimbang tulang yang bisa berjalan," ucap Nam Joo Hyuk sambil menyeringai.

"Kau!!" Ji Soo kesal dan dia menyentakkan telunjuk Nam Joo hyuk dengan keras.

Nam Joo Hyuk tertawa, dia merasa puas karena membuat Ji Soo kesal.

"Hahaha..! Aku lebih suka wajah kesalmu ketimbang wajah yang ketakutan. Tapi, Ji Soo? Aku bersungguh-sungguh. Beristirahatlah dan pulihkan tenagamu," ucap Nam Joo Hyuk dan setelah itu berlalu meninggalkan Ji Soo sendirian didalam kamarnya.

Pintu kamar baru saja tertutup rapat, disaat itu juga Ji Soo menarik napasnya denga lega.

"Ahh.. gila! Jika dipikirkan lagi, ini rasanya sangat gila. Pria itu… mengaku suamiku! Sinting!!" umpat Ji Soo kesal dan melempar bantal yang melambung tinggi di udara.

Bantal yang menjadi pelampiasan Ji Soo mendarat tepat di pintu masuk. Di saat itu juga, pintu kamar terbuka, dan tadinya Ji Soo menyangka jika Nam Joo Hyuk akan muncul untuk menggodanya lagi.

Ternyata seorang pelayan yang baru saja tiba dengan mendorong troli makanan. Dia pun terkejut saat melihat bantal putih yang tergeletak di atas lantai. Tatapannya segera memicing ke arah Ji Soo yang menjadi salah tingkah.

"Uhmm… maaf. Tadi itu aku tidak sengaja dan…"

"Tidak apa-apa, Nona Ji Soo," ucap pelayan wanita itu sambil memungut bantal Ji Soo dan ia letakkan pada bagian bawah troli dorong.

"Aku membawakanmu makan siang. Ada beberapa vitamin yang harus kau minum," ucapnya saat sudah berada dekat dengan tepi tempat tidur.

Aroma lezat memang tercium dari atas troli tersebut. Tapi hal itu tidak serta merta membuat Ji Soo terlena, dia masih penasaran dengan apa yang terjadi.

"Siapa kau? Tidak… siapa kalian? Kenapa kalian membawaku ke tempat ini?" tanya Ji Soo sambil memegangi lengan pelayan wanita tersebut.

Pelayan wanita itu tidak muda, sepertinya dia sepantaran dengan Bibi Ara. Tapi mimik wajahnya begitu tegang dan seperti tidak berperasaan. Dia menarik tangannya segera, berusaha menghindari cengkraman tangan Ji Soo.

"Maaf, tapi aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Makanlah, Nona Ji Soo," kata pelayan tersebut dan dia pun tergesa-gesa meninggalkan kamar Ji Soo.

"Kalian tidak bisa mengurungku di tempat ini! Bebaskan aku!" Teriak Ji Soo lantang saat pintu kamarnya sudah kembali tertutup rapat.

Saking kesal dan marahnya, napas Ji Soo menjadi menggebu-gebu, seraya memikirkan rencana untuk melarikan diri.

"Baiklah! Kau bukan wanita bodoh, Ji Soo! Kau pasti bisa keluar dari tempat ini," kata Ji Soo berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Tatapa Ji Soo mengarah pada salah satu jendela kamar. Dia baru tersadar jika jendela kamar yang besar itu dilapisi tralis besi yang besar. Dengan hati-hati, Ji Soo kembali menurunkan kedua kakinya. Dia penasaran dan ingin mencari tahu keberadaannya saat ini.

"Kenapa disaat seperti ini kedua kakiku terasa sakit. Bahkan kau berjalan lebih lambat dari seekor kura-kura!" ucapnya sambil menahan rasa sakit dan terus menyeret langkah kakinya agar bisa lebih dekat dengan tepi jendela.

Ada tirai putih transparan yang menghalangi pemandangan dari balik jendela. Ji Soo segera menyingkap tirai jendela sambil dia memegangi tralis besi dengan kedua tangannya. Hanya butuh waktu sedetik bagi Ji Soo untuk tercengang.

Kedua mata Ji Soo melebar dengan cepat saat dia melihat langit biru luas yang begitu terang. Bukan karena pemandangan langit yang indah, sehingga membuatnya tercengang.

Akan tetapi Ji Soo sadar jika dia berada di sebuah bangunan tinggi yang letaknya berada di tengan lautan. Ombak yang begitu besar seringkali bersentungan dengan sisi menara, tapi kenapa dia bisa berada di tempat seperti ini.

"Ji Soo yang malang? Jika ini penculikan, maka kau tidak bisa melarikan diri. Bagaimana caranya aku bisa lari dari tempat ini?" pikir Ji Soo takut dan cemas.

***

Hari sudah menjelang malam, langit biru itu sudah tidak lagi terang dan berubah menjadi abu-abu. Suasana di menara tua itu juga tidak lagi tenang. Seperti ada aura seram yang siap untuk mendatangi tempat tersebut.

Tapi seorang pria sedang berada diruangan luas dengan banyak jendela terbuka lebar. Dia sedang memainkan piano, dengan lantunan musik yang terdengar sedih.

Angin malam tertiup begitu dingin, tapi tidak mengendurkan Nam Joo Hyuk untuk menghentikan permainan musiknya. Disaat ia memainkan lantunan musik, disaat itu juga bayangan masa lalu tergambar jelas di benaknya.

Bayangan masa lalu yang penuh dengan simbahan darah. Wanita yang berjalan dengan ujung tombak yang tertancap tepat di dadanya, mendekati Nam Joo Hyuk sambil dia mengatakan…

"Biarkan waktu yang akan mempertemukan kita kembali. Aku… aku mencintaimu," ucap wanita itu dengan air mata yang berlinang.

Kata-kata yang membuat perasaan Nam Joo Hyuk semakin bercampur aduk. Seketika permainan pianonya menjadi kacau, ketika semut tuts piano ia tekan secara bersamaan. Suara musik piano justru membuat keadaan semakin terlihat mencekam dan berbahaya.

"Hhh…. Aku sudah menemukanmu! Tapi… kenapa jadi seperti ini! erlalu cepat dan keadaan menjadi sedikit kacau," ucapnya kesal.

"Pangeran Nam?" panggil seorang pelayan yang baru saja tiba.

Pelayan itu bernama Youra, dia orang yang bekerja lama dan ikut dengan Nam Jo Hyuk untuk berpuluh-puluh tahun lamanya.

"Ada apa?" tanya Nam Joo Hyuk sambil melihat wajah cemas Youra.

"Nona ketiga. Dia ada disini," kata Youra menjelaskan.