Didalam mimpinya, bayangan seram itu masih melintas pada benak Ji Soo. Seseorang yang berbahaya dan berusaha untuk menyakitinya. Pria dengan bau darah yang melekat pada tubuhnya.
Pria itu membuat Ji Soo berjalan mendekat ke arahnya, alih-alih bisa bergerak, justru Ji Soo berjalan dengan langkah yang terlalu mudah, seperti tidak ada rasa takut yang sedang ia rasakan.
"Tidak… aku mohon…! Lepaskan… aku!" teriak Ji Soo berusaha untuk menghentikan langkah kakinya sendiri. Akan tetapi percuma saja karena dia terus berajalan ke arah sosok seram yang tidak jelas bentuk wajahnya.
Ji Soo sudah sangat dekat hingga tiada jarak yang memisahkan, membuat pria itu menyeringai seram sambil memamerkan gigi taring yang runcing dengan air liur yang menetes, seakan-akan pria itu sedang menatap senang karena siap untuk menyantap Ji Soo.
Seringai seram yang semakin lebar dan mengarah pada salah satu pundak Ji Soo. Dengan mudahnya, pria itu menancapkan gigi tajamnya, sehingga Ji Soo berteriak sekencang mungkin karena rasa sakit.
"TIDAK!!!!"
Ji Soo berteriak dengan kencang sambil dia menegakkan tubuhnya, yang sebelumnya sedang berbaring diatas tempat tidur. Kedua matanya sudah terbuka lebar, dengan perasaan takut yang masih ia rasakan. Belum lagi dia merasa jika jantungnya berdebar begitu kencang, sampai-sampai Ji Soo merasa kesulitan untuk bernapas.
"Mimpi? Ta… tadi itu mimpi?" ucap Ji Soo tergagap.
Dia memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan seksama, barulah Ji Soo sadar jika dia berada disebuah kamar yang begitu luas dan jelas bukan kamarnya.
"Dimana aku?" tanya Ji Soo pada dirinya sendiri.
Dia menyingkap selimut dengan segera dan segera turun dari tempat tidur. Tapi baru saja kedua kakinya berpijak dan Ji Soo bisa merasakan tenaganya hilang begitu saja. Aneh sekali, karena Ji Soo tidak bisa berdiri dengan benar, kedua kakinya begitu lemah hingga dia tersungkur di atas lantai dingin.
"Ahh… ada apa dengan kakiku?"
Dia memegangi pergelangan kakinya yang terasa sakit, bahkan ada kain perban yang melingkar pada pergelangan kakinya.
"Aku terluka?" tanyanya dengan heran sambil mengingat apa yang terjadi dengannya.
"Malam itu… aku… aku bertemu denga sesuatu yang seram, dan dia mencelakaiku, lalu…"
Pikiran Ji Soo buyar seketika saat pintu kamar terbuka. Dia menegakkan wajahnya untuk melihat siapa yang baru saja tiba. Ada dua orang yang baru saja masuk, seorang wanita dengan seragam pelayan berwarna hitam putih.
Pelayan wanita itu tidak meneruskan langkah kakinya. Dia justru memberikan jalan bagi seseorang seraya membungkuk hormat.
Nam Joo Hyuk memperhatikan Ji Soo yang sedang tersungkur diatas lantai. Kedua tangan Ji Soo merentang lurus agar bisa menopang tubuhnya yang masih terasa lemah.
"Dia… kenapa dia ada ditempat ini?" pikir Ji Soo yang bingung dan takut.
Nam Joo Hyuk melirik kearah pelayan wanita, "Tinggalkan kami berdua saja, sepertinya kau harus menyiapkan makan siang untuk Nona Ji Soo."
"Baik, Pangeran Nam," kata pelayan wanita itu menurut dan bergegas meninggalkan ruangan.
"Pangeran? Apa maksudnya dengan pangeran? Memangnya ada hal seperti itu di jaman seperti ini?" kata Ji Soo heran sambil menatap Nam Joo Hyuk yang bergerak mendekatinya.
"Apa yang dia inginkan dariku? Kenapa dia mendekatiku. Sial… kenapa disaat seperti ini, aku justru tidak bisa berlari!" gumam Ji Soo kesal, tapi dia berusaha untuk bangkit dari jatuhnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Nam Joo Hyuk, dia pun merasa khawatir karena Ji Soo terlihat memaksakan diri untuk bisa berdiri tegak.
Hampir saja Ji Soo terjatuh lagi karena dia sedikit kehilangan keseimbangan. Dia segera berpegang pada sisi tempat tidur, meskiput sorot mata tajam ia berikan pada Nam Joo Hyuk.
"Jangan mendekat! Si… siapa kau?!" teriak Ji Soo dengan satu tangan membentang lurus ke arah pria asing yang tidak ia kenali.
"Kau tidak perlu takut padaku, Ji Soo. Tenang saja, tidak akan ada orang yang menyakitimu. Kau aman ditempat ini," kata Nam Joo Hyuk dengan yakin.
"Apa maksud perkataanmu barusan? Siapa yang ingin menyakitiku? Hh… ini pasti sebuah kesalahan besar, aku hanya seorang anak nelayan yang tidak memiliki apapun. Untuk apa…"
Ji Soo lengan dan mengalihkan pandangannya dari pria yang berada di hadapannya. Disaat itu juga Nam Joo Hyuk bergerak cepat, dan dia surah meraih Ji Soo agar jatuh dalam pelukannya.
Hal itu membuat Ji Soo memekik karena terkejut. Kejadian yang begitu cepat hingga Ji Soo sudah berada dalam pelukan seorang pria. Dia kembali menatap sepasang mata hitam yang menatapnya dengan tatapan lekat dan amat mendalam.
"Glek… lepaskan aku!" kata Ji Soo dengan suara pelan.
Tapi Nam Joo Hyuk tidak menurut, dia justru meraih pinggang Ji Soo dan menggendong gadis muda itu dengan mudah.
"Seharusnya kau tidak turun dari tempat tidurmu. Tubuhmu masih lemas, dan kakimu juga sedang terluka. Apa kau tidak bisa hati-hati? Memangnya kau mau ya kehilangan kedua kakimu, huh?" sindir Nam Joo Hyuk dan dia barus saja meletakkan tubuh Ji Soo diatas tempat tidur.
Ji Soo merasa sangat canggung dengan situasi yang sedang ia rasakan. Bukan karena paras Nam Joo Hyuk yang tampan dan mempesona. Tapi Ji Soo bisa merasakan ada sesuatu yang seram dibalik senyum manis yang diberikan untuk Ji Soo.
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" tanya Ji Soo gugup, dan dia tidak berani menatap langsung pada sepasang mata Nam Joo Hyuk.
"Jadi… kau lupa ya? Kau hampir saja dimakan seseorang."
Jawaban Nam Joo Hyuk yang seram itu justru diucapkan dengan sikap santai, dan mimik wajah yang justru terlihat senang.
"Aku? Dimakan seseorang?" Ji Soo bahkan tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"Hahaha… aku hanya bercanda saja," kata Nam Joo Hyuk, tapi kali ini mimik wajah yang senang itu berubah menjadi wajah dengan ekspresi yang begitu dingin.
Kedua tangan Ji Soo menggenggam selimutnya dengan kuat. Dia merasa ada yang aneh dengan pria yang ada disampingnya.
"Siapa kau? Dan kenapa kau membawaku kesini?" tanya Ji Soo, dan akhirnya dia memberanikan diri untuk menatap langsung sepasang mata hitam yang ternyata terlihat begitu keji.
"Ternyata kau tipe orang yang mudah melupakan orang, ya? Apa kau lupa dengan suamimu sendiri?" ucap Nam Joo Hyuk bersungguh-sungguh.
"Su… suami? Apa?! Kau suamiku! Tidak mungkin kau suamiku! Ini sama sekali tidak lucu. Apa kau sudah gila!" ucap Ji Soo kesal.
Nam Joo Hyuk justru mendekatkan wajahnya, sangat dekat hingga Ji Soo bisa melihat bintik wajah di seitar hidungnya yang mancung.
"Kau mau apa?!" Ji Soo jelas takut hingga suaranya bergetar.
"Apa aku terlihat seperti seseorang yang sedang bercanda?" Nam Joo Hyuk balik bertanya.