Chapter 8 - Pangeran Penyelamat

"Ahh…! Sial, rasanya sakit sekali!" ucap suara dari seorang laki-laki dewasa.

Pria yang berumur sekitar empat puluhan itu beranjak dari duduknya. Penampilannya begitu kumuh dengan rambut panjang yang tidak rapi, dan dibiarkan terurai. Jelas sekali jika dia tidak pernah melakukan perawatan pada rambutnya yang terlalu panjang.

Glek..! Ji Soo menelan salivanya sendiri dengan perasaan takut. Dia sudah mendapatkan firasat buruk, saat melihat pria itu menatap lurus ke arahnya.

"Paman? Maafkan aku… Uhmm.. Aku tidak sengaja melakukannya, tadi itu aku terlalu ceroboh dan tidak hati-hati," ucap Ji Soo sambil melangkah mundur.

"Hehehe… ceroboh, ya?" pria itu terkekeh sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Apa kau baik-baik saja, Paman?" tanya Ji Soo, entah mengapa dia masih saja peduli pada pria yang justru tampak berbahaya.

Pria itu tidak langsung menjawab pertanyaan Ji Soo. Dia berjalan mendekati Ji Soo seraya memainkan kaleng minuman yang sudah ia remukkan sebelumnya. Setelah berada dekat dengan Ji Soo, barulah dia membuang asal kaleng minuman ke arah samping.

Bunyi klontang sudah tidak bisa dihindari, dan saat itu Ji Soo baru tersadar jika pria yag sudah sangat dekat dengannya amat berbahaya.

Baru saja Ji Soo membalikkan tubuhnya, tapi pria itu sudah bisa menarik tubuhnya dengan cepat.

"Mau pergi kemana kau!" ucap Pria itu dengan suara seram yang menggelegar.

"Aaaarrghh…! Lepaskan aku!" Ji Soo berteriak sekencang mungkin saat dia bisa merasakan dua tangan kekar yang berhasil meraih pinggangnya.

"Mau kemana kau! Wah… ternyata bau tubuhnya begitu manis. Bagaimana kalau kau menemaniku malam ini, nona?" ucap pria itu.

Dia lebih menguatkan kedua tangannya dan terus memegangi pinggang Ji Soo, memeluknya dari arah belakang hingga dia bisa mencium rambut Ji Soo yang begitu wangi.

"Apa yang kau lakukan! Aku bisa berteriak!" Ji Soo meronta dalam pelukan pria dengan aroma tubuh yang membuatnya ingin muntah.

Bukan hanya sekadar bau tapi ada aroma darah yang membuat Ji Soo seketika merasakan mual yang tidak tertahan.

"Aku lebih suka mangsa yang berteriak dengan perasaan takut! Berteriaklah! Aku sangat menyukainya… hahahaha…!"

Tawa pria itu menggelegar, membuat bulu kuduq Ji Soo berdiri. Tangan pria itu mulai mengarah pada bagian wajah Ji Soo, sehingga hampir menutupi sebagian wajahnya.

Saat Ji Soo sudah membuka mulutnya dan siap untuk berteriak. Saat itu juga dia sadar jika dia tidak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali. Seperti ada yang tertahan di tenggorokannya, hingga membuat suaranya tersumbat.

"Ada apa denganku? Dan kenapa… tubuhku! Tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali!" pikir Ji Soo yang ketakutan.

"Hehehe… kau pikir aku ini hanya seorang pria gelandangan? Kau salah besar nona. Kebetulan energiku sudah terkuras habis, pertarungan seharian itu sudah membuatku hampir mati. Sepertinya memakan daging segar akan menambah energiku."

Pria itu menyeringai seram dan tidak melepaskan Ji Soo dari pelukannya. Satu tangannya yang kekar sudah terangkat tinggi, dengan kuku panjang yang begitu tajam, sehinggga Ji Soo bisa mati mengenaskan malam itu.

Kedua tangan Ji Soo merentang lurus pada sisi tubuhnya. Dia berusaha sekuat mungkin agar bisa menggerakkan anggota tubuhnya, meskipun itu hanya seujung jarinya. Tapi usahanya sia-sia karena tidak ada satupun anggota tubuhnya yang bisa ia gerakkan.

"Malam ini aku akan membalaskan dendamku!" ucap pria itu dengan seringai seram yang semakin melebar.

Tubuh Ji Soo terangkat sedikit, sehingga kedua kakinya menggantung di udara.

"Apa aku akan mati? Tolong… siapapun tolong aku," terus saja Ji Soo membatin, dan menatap jalan sepi dengan langit gelap yang mencekam.

Dari kejauhan ada sesuatu yang bergerak dengan cepat. Begitu cepat sehinga Ji Soo hanya bisa melihat sekelebat putih yang tidak ia kenali.

"Apa itu?" pria seram yang menyekap tubuh Ji Soo, tersadar dengan sesuatu yang mendekat ke arah mereka berdua.

Baru saja pria itu ingin menghindari, tapi sedetik kemudian sesuatu yang bergerak itu sudah menyerang pria yang menyekap tubuh Ji Soo.

Sesuatu yang begitu misterius memberikan pukulan telak pada bagian perut. Sontak saja pria itu terkejut dan mengerang kesakitan, bahkan dia melemparkan tubuh Ji Soo dengan mudah, hingga membentur tempat sampah besar yang tidak jauh dari tempat itu tersungkur kesakitan.

Ji Soo merasakan tubuhnya begitu kesakitan, dia merasakan pusing saat kepalanya mulai mengeluarkan darah segar.

"Ahh… sakit, rasanya sangat sakit," Ji Soo merintih kesakitan dan akhirnya dia bisa berbicara.

Ji Soo melihat pemandangan yang seram dan berada dihadapannya. Dia melihat pria yang ingin membunuhya sedang menunjuk ke arah depan dengan wajah kesal.

Ji Soo melihat pria yang ditunjuk oleh pria jahat itu. "Bukankah dia… " Ji Soo mulai mengenali pria yang ia temui di malam perayaan.

"Kenapa dia bisa ada disini?" tanya Ji Soo berusaha untuk menggerakkan tubuhnya, dia berusaha untuk beranjak bangun, tapi rasa sakit pada sekujur tubuhnya membuat Ji Soo mengerang kesakitan.

Nam Joo Hyuk menatap kearah Ji Soo, dia merentangkan satu tangannya dan ada sinar putih yang menghampiri tubuh Ji Soo.

Rasanya begitu hangat, hingga Ji Soo terbuai dan memejamkan kedua matanya dengan cepat. "Kenapa? Aku sangat mengantuk sekali."

Nam Joo Hyuk masih memperhatikan Ji Soo dari kejauhan. "Berisitirahatlah, Ji Soo. Aku akan mengurus tikus ini,"

"HEY!!!"

Seseorang memanggil Nam Joo Hyuk dengan suara lantang yang menantang. Tapi respon Nam Joo Hyuk terlalu datar, bahkan dia memberikan tatapan mencemooh.

"Beraninya sekali kau mengambil mangsaku!!"

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu. Berani sekali kau mengganggunya! Ah… kau pasti cecunguk yang melarikan diri itu kan?" Nam Joo Hyuk melangkah dengan santai, tapi ada aura yang begitus eram saat dia memberikan sorot mata keji tanpa belas kasih.

"Dimana para penjaga? Hhh..!" Nam Jo Hyuk berjalan sambil merentangkan kedua tangannya ke arah samping.

Tangan Nam Joo Hyuk berubah dengan bentuk yang lebih besar dan berbulu. Kuku tajam yang bisa mengoyak daging manusia dengan keji.

"Kau ..?" Pria itu melangkah mundur dengan takut, tidak lagi dia menunjukkan taringnya yang terlihat seram.

"Seharusnya aku tidak mengurus tikus seperti kau. Tapi karena kau sudah mengganggu milikku, maka aku harus membinasakanmu segera," Nam Joo Hyuk tersenyum sambil memamerkan gigi taring yang begitu berbahaya.

"Energi ini berbeda dari para penjagaku yang mengejarku. Energi ini hanya dimiliki oleh orang bangsawan. Apa mungkin… dia…" Pria itu menjaga jarak aman dari Nam Joo Hyuk.

Dia terus berpikir bagaimana cara untuk melarikan diri dari pria muda yang terlihar berbahaya untuknya.

"Jangan berpikir untuk lari. Lebih baik kau menyerahkan diri sampai penjaga menjemputmu," Nam Joo Hyuk mencoba untuk menunjukkan rasa kasihannya.

"Cih!! Aku tidak butuh kepedulianmu! Aku… akan membunuhmu! KAU PIKIR AKU TAKUT!" Pria yang sebenarnya memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Nam Joo Hyuk itu mulai menyerang dengan langkah yang cepat.

"MATI KAU! RASAKAN INI!!"

Pria itu sudah melompat tinggi sambil dia mengarahkan satu tangan kanannya dengan kuku tajam. Dia sudah sangat siap untuk menyerang Nam Joo Hyuk yang masih diam berdiri, dan belum melakukan perlawanan sama sekali.

"Hhh… bodoh sekali. Padahal tadi itu aku sudah bermurah hati," ucap Nam Joo Hyuk dengan tatapan lurus mengarah pada pria yang sudah sangat dekat dengannya.

Tapi yang terjadi berikutnya justru mengejutkan.

DUAR…!!!

Suara ledakan yang begitu membahana dan menggelegar. Cahaya putih yang begitu menyilaukan bercampur sengan asap debu yang pekat.

Kepulan asap yang tebal mulai memudar dan saat itu juga, ada pemadangan yang lebih mencengangkan.

Nam Joo Hyuk sama sekali tidak terluka. Tatapan nanar yang keji dengan bola mata yang berubah menjadi merah. Dia baru saja membuat pukulan telak pada pria yang akan menyerangnya barusan.

Pria jahat itu kalah telak saat dia justru terbaring dengan Nam Joo Hyuk berada di atas tubugnya. Tidak hanya itu saja, karena Nam Joo Hyuk berhasil membuat pukulan telak yang menembus hingga jantung. Darah segar mengalir dari tubuh pria tersebut.

"Sial! Kau membuat tanganku menjadi kotor!"

Nam Joo Hyuk menarik tangannya dengan segera, sambil dia menegakkan tubuhnya dengan cepat.

"Huk… huk… aku tidak mau mati… huk… huk… kau… siapa kau?" Pria itu terbatuk sambil menahan rasa sakit karena dia hanya punya kesempatan beberapa detik untuk bertanya.

"Pergi kau ke neraka," jawab Nam Joo Hyuk dengan mimik wajah yang begitu datar. \

Disaat itu juga pria itu tidak lagi bersuara. Meskipun kedua matanya terbuka, tapi seluruh tubuhnya sudah tidak lagi bergerak.

Sekelompok orang dengan jubah hitam baru saja tiba, mereka terkejut saat melihat pemadangan kacau dan tahu jika Nam Joo Hyuk menggunakan kekuatannya.

"Pangeran Nam?" ucap seorang pria yang berjalan kearah Nam Joo Hyuk sambil membungkuk hormat.

"Kenapa kalian lama sekali mengurus tikus seperti ini. Cepat bereskan semuanya, jangan sampai ada manusia yang melihatnya," perintah Nam Joo Hyuk dengan tegas.

"Baik, Pangeran Nam," kata penjaga tersebut sambil melihat Nam Joo Hyuk berjalan kearah Ji Soo yang masih terbaring.

Dengan mudah Nam Joo Hyuk meraih tubuh Ji Soo. Dia menggendong Ji Soo dengan dekapan erat. Tatapan Nam Joo Hyuk berubah menjadi sedih karena Ji Soo yang terluka.

"Padahal aku sudah menandaimu. Seharusnya tidak ada yang berani mendekatimu," ucapnya kesal.

Nam Joo Hyuk membalikkan tubuhnya sambil melihat ke arah penjaga yang mulai mendekati tubuh pria yang terkapar dan tidak bernyawa.

"Bagaimana dia bisa melarikan diri, Lee?" tanya Nam Joo Hyuk.

"Dia berhasil menipu penjaga yang akan mengantarnya pada kota tahanan. Kami mencurigai ada orang dalam yang membantunya untuk melarikan diri," ucap Lee menjelaskan.

"Hmm…? Bereskan semua ini! CEPAT! Dan Lee?"

"Ya?" Lee menegakkan wajahnya melihat Nam Joo Hyuk yang masih menggendong wanita yang tidak ia kenali.

"Aku akan mengobati wanita ini. Pastikan tidak ada yang tahu mengenai keberadaannya,"

"Tapi… ayah anda akan…" Lee tampak ragu dengan perintah Nam Joo Hyuk barusan.

"Tidak ada kata tapi! Lakukan perintahku. Urusan ayah, akan menjadi tanggung jawabku!" Nam Joo Hyuk sudah membalikkan tubuhnya, dia tidak memberikan kesempatan pada Lee untuk menolak perintahnya.

"Tenang saja, Ji Soo. Aku akan memastikan kau aman," ucap Nam Joo Hyuk.