Dua pasang bola mata itu saling menatap dalam diam. Belum ada satupun kata yang terucap dari keduanya. Pria misterius yang ada dihadapan Ji Soo memunculkan seringai tipis, dan mimik wajah yang terlihat puas.
Berbeda dengan Ji Soo yang merasa heran, "Kau bilang apa barusan?" tanyanya sambil mengerjapkan matanya untuk beberapa kali.
"Joo Hyuk?"
Suzy baru saja menaiki anak tangga, dia berada ditengah anak tangga sambil menyaksikan pemandangan yang membuatnya bertanya-tanya.
"Kalian berdua sedang apa?" tanya Suzy.
Nam Joo Hyuk segera menarik Ji Soo ke arahnya, dan Ji Soo sempat memegangi dada bidang pria yang sudah mendekapnya begitu erat.
"Kau baik-baik saja?" tanya Nam Joo Hyuk.
"Aku baik-baik saja, dan lepaskan aku," Ji Soo segera melepas dekapan pria yang baru ia ketahui bernama Joo Hyuk.
Suzy melanjutkan untuk menyelesaikan anak tangga, dan setelah itu dia melihat bergantian antara Ji Soo dan Nam Joo Hyuk.
"Kalian berdua saling mengenal?" tanya Suzy, yang entah mengapa menjadi sangat penasaran.
"Tidak!" jawab Ji Soo terburu-buru.
"Tadi itu aku sangat ceroboh. Dan dia menyelamatkanku, terimakasih…" Ji Soo menatap pria didepannya yang justru menyeringai dan terlihat senang.
"Perkenalkan namaku adalah Nam Joo Hyuk," katanya dengan sikap santai.
"Terimakasih, Tuan Nam. Dan maaf karena aku harus kembali ke perayaan bersama dengan teman-temanku," kata Ji Soo sambil membungkuk dan setelah itu dia meninggalkan Suzy dan Joo Hyuk yang masih berada di puncak anak tangga.
"Uhm… apa itu target barumu? Sepertinya dia terlihat lezat," kata Suzy seraya melihat punggung Ji Soo yang mulai menjauh dan membaur dengan kerumunan.
"Dia milikku, dan kau tidak boleh mendekatinya," ucap Joo Hyuk dengan mimik wajah yang sudah berubah drastis.
Tidak ada senyum manis seperti yang ia berikan pada Ji Soo. Hanya wajah tampan dengan mimik datar, dan berkesan tidak ramah. Nam Joo Hyuk segera menuruni anak tangga, meninggalkan Suzy yang masih menatapnya dari puncak tangga.
"Uhmm… menarik sekali? Aku jadi penasaran," pikir Suzy.
Dibawah sana perayaan masih berlalu, dengan tamu undangan mulai terlihat mabuk karena menikmati sajian minuman yang tidak hentinya.
Ji Soo tidak memberanikan diri untuk minum lebih banyak, dia hanya melihat Ara dengan wajah memerah.
"Bibi Ara, hentikan! Kau sudah terlalu banyak minum," kata Ji Soo berusaha mengambil gelas minuman milik Ara.
"Aku masih kuat!" ucap Ara sambil menegakkan tubuhnya.
"Bagaimana bisa kau mengatakan kuat. Lihat saja dirimu, Bibi. Cukup… dan…"
Ji Soo terhenti saat Ara mulai menunjukkan tanda-tanda aneh, dan itu tergambar jelas pada mimik wajahnya.
"Bibi Ara! Hentikan! Kau tidak boleh muntah disini!" Ji Soo ikut menegakkan tubuhnya, dia berusaha menyadarkan Ara yang tampak memutar kepalanya dengan tak jelas.
Ara menutup mulutnya rapat, sambil memberikan aba-aba dengan tangannya jika dia butuh ke kamar kecil.
"Ya… ya! Aku akan menunggu disini, dan setelah ini kita harus pulang," kata Ji Soo.
Baru saja Ara melangkah beberapa langkah, dan dia tampak kewalahan untuk menjaga keseimbangan. Membuat Ji Soo khawatir dan segera memegangi kedua pundak Ara.
"Bibi, apa kau baik-baik saja. Hhh… berjalan saja kau susah," ucap Ji Soo yang khawatir.
Ara hanya menganggukkan kepalanya sambil dia menepuk dadanya sendiri. Mungkin saja dia berkata, "Aku masih kuat, kau tidak perlu sekhawatir seperti itu, anak muda."
Ara menggerakkan kedua pundaknya, dia tidak ingin jika Ji Soo terus saja memeganginya layaknya anak kecil. Setelah itu dia pun meneruskan langkah kakinya, meskipun Ji Soo masih mengamati dari kejauhan.
"Hh… dia sudah tua. Tidak seharusnya dia minum sebanyak itu,"
"Siapa yang sudah tua?"
Suara seorang pria membuat Ji Soo menoleh ke arah samping kanannya. Dia melihat Gim Ho Bin sedang tersenyum ke arahnya, hal itu membuat Ji Soo melamun tanpa sadar. '
"Ji Soo?" panggil Gim Ho Bin heran.
"Ah, ya! Pimpinan Gim!" Seru Ji Soo dengan suara lantang dan sikapnya yang terlalu formal.
"Santai saja, Ji Soo. Kau tidak perlu sekaku itu, ini masih suasana pesta," kata Gim Ho Bin terkekeh.
"Tetap saja kau adalah pimpinan disini," Ji Soo menundukkan pandangannya, dia merasa sangat canggung jika harus melihat langsung sepasang bola mata milik Gim Ho Bin.
"Bagaimana? Apa kau suka dengan perayaan malam ini? Apa kau ingin sesuatu, makanan ataupun minuman?" tanya Ho Bin berusaha untuk mengganti topic pembicaraan keduanya.
"Tidak! Maksudku aku suka dengan perayaan malam ini. Dan aku tidak sanggup jika harus mengisi perutku yang sudah penuh. Jangan paksa aku minum, aku bisa tidur dijalan jika mabuk nanti," Ji Soo menyeringai lebar dengan mimik wajah aneh.
"Oo…" Mulut Gim Ho Bin membulat kecil, sesaat dia merasa bingung dengan pernyataan Ji Soo barusan.
"Mengapa aku berkata seperti itu, sih?" pikir Ji Soo kesal.
Untuk beberapa detik keduanya hanya diam dan saling menatap saja. Kecanggungan diantara mereka berdua tidak bisa dihindari lagi.
"Kau ada disini rupanya, Ho Bin?"
Seorang pria dengan rambut hitam legam, dan sorot mata keji yang khas, membuat Ji Soo melirik ke arah sumber suara.
"Dia?" seru Ji Soo tiba-tiba.
"Kita bertemu lagi, Nona Ji Soo," ucap Nam Joo Hyuk dengan senyuman lebar.
"Kalian berdua saling mengenal?" Gim Ho Bin menatap bergantian antara Ji Soo dan Nam Joo Hyuk.
"Kau mengenalnya?" tanya Ji Soo menunjuk kepada Nam Joo Hyuk.
"Kami saling mengenal. Kami ini berteman," satu tangan Nam Joo Hyuk sudah ia letakkan pada pundak Gim Ho Bin.
"Oh, Tuan Nam. Kau begitu merendah diri, aku tidak pantas jika berdampingan denganmu seperti ini," goda Gim Ho Bin, melepaskan tangan Nam Joo Hyuk dari pundaknya dan setelah itu dia membungkuk hormat.
"Kenapa sikapmu sangat kaku? Kita memang berteman kan?" ucap Nam Joo Hyuk, tapi tatapannya tetap mengarah pada Ji Soo.
"Sepertinya aku harus memeriksa temanku. Maaf, kalau begitu aku harus segera meninggalkan kalian berdua disini," ucap Ji Soo berpamitan.
Tanpa menunggu Gim Ho Bin berkata apapun, segera saja Ji Soo membalikkan tubuhnya dan dia segera mengambil langkah kaki seribu untuk menghidari pria misterius yang sedari tadi ia temui.
***
Malam yang kian larut, membuat Ji Soo memutuskan untuk mengakhiri perayaan malam hari itu. Untung saja ada rekanan Bibi Ara yang bisa membawa wanita mabuk itu hinga tiba kerumah dengan aman.
Tapi berbeda dengan Ji Soo, dia harus pulang sendiri sambil berjalan kaki di malam yang larut, yang sebenarnya adalah hal yang berbahaya untuk dilakukan oleh wanita muda sepertinya.
"Setidaknya sudah ada orang yang mengantar Bibi Ara pulang. Untung saja aku bisa keluar dengan segera. Jika tidak, aku bisa bertemu dengan pria aneh itu!" pikir Ji Soo sambil membayangkan wajah Nam Joo Hyuk.
"Astaga! Bagaimana bisa Pimpinan Gim berteman dengan pria seperti itu?" Ji Soo berjalan kaki sambil mengusap kedua bahunya.
Ada sebuah kaleng minuman kosong yang tergeletak tidak jauh dari tempat Ji Soo berjalan. Dia semakin mendekakti kaleng minuman tersebut, dan karena merasa kesal, ia pun menendangnya dengan kuat secara asal.
Kaleng minuman kosong itu terpental cukup jauh, dan membentur tempat sampat berukuran besar sehingga menimbulkan suara "klontang" yang begitu nyaring.
"Hhh…" Ji Soo menghela napasnya dengan panjang, sedikit merasa lega karena bisa melampiaskan rasa penatnya.
Samar-samar ji Soo mendengar suara dari balik tempat sampah besar berwarna merah. Seperti suara erangan yang terdengar menyeramkan di malam yang begitu sepi.
"Si… siapa itu?" Ji Soo menghentikan langkah kakinya, dengan tatapan yang masih tertuju pada tempat sampah besar berwarna merah.
Sepasang tangan tiba-tiba muncul dari balik tempat sampah besar. Tangan besar yang penuh dengan noda tanah, dan memegangi kaleng minuman kosong yang sebelumnya ditendang oleh Ji Soo.
Ji Soo menjadi takut, dia mendapatkan firasat buruk saat melihat tangan itu meremuk kaleng minuman kosong dengan begitu mudahnya.