Ji Soo sudah berada di lantai dua, dan akhirnya setelah cukup lama dia mencari, dia bisa menemukan kamar kecil yang letaknya lebih ke arah dalam.
Kamar kecil yang luas dan hanya ada tiga pintu toilet saja. Selebihnya ada beberapa meja rias lengkap dengan kaca oval bundar. Penerangan didalam kamar kecil itu tidak terlalu terang, ditambah lagi tidak ada jendela ataupun ventilasi, hanya ada dua penyaring udara yang berada pada atap.
Suasana yang gelap bukan karena tidak ada lampu yang menyala. Melainkan karena lampu tersebut mengeluarkan cahaya kuning yang gelap.
Ji Soo segera berlari kesalah satu toilet, dia segera memuntahkan isi perutnya kembali. Dia memang tidak terbiasa untuk minum, dan hal itu yang membuat Ji Soo tidak kuasa untuk terus melanjutkan perayaan yang bisa saja membuatnya mabuk.
"Rasanya aku tidak sanggup untuk berlama-lama ditempat ini. Lebih baik aku pulang saja," kata Ji Soo sambil beranjak untuk keluar dari dalam toilet.
Dia berjalan ke arah wastafel, dan membiarkan air keran membasuh tangannya. Ji Soo sempat melihat dirinya didalam cermin, dan anehnya dia melihat dirinya dengan tatapan sedih.
"Aku tidak secantik wanita itu. Wajar saja jika Ho Bin lebih memilih dan suka dengannya," ucap Ji Soo yang terus memperhatikan wajahnya.
Disaat itu juga lampu didalam kamar kecil berkedip, sekelabat Ji Soo seperti melihat sesuatu yang terlihat di belakang punggungnya. Ji Soo melihat bayangan hitam yang memantul dari cermin oval yang berada di hadapannya.
"Apa itu?!"
Ji Soo segera membalikkan tubuhnya, seketika dia merasa takut dan menelan salivanya dengan tubuh yang mulai gemetar.
Tapi tidak ada siapapun atau apapun yang berada di belakang punggungnya. Didalam kamar kecil itu hanya ada dia seorang.
"Astaga… apa yang aku lihat barusan?" Ji Soo masih memperhatikan sekelilingnya yang masih tampak sepi.
"Pasti karena aku terlalu banyak minum. Ya, pasti karena itu," dia berusaha meyakinkan dirinya, dan bergegas keluar dari dalam kamar kecil.
Ji Soo bisa bernapas lega saat dia sudah berada di luar kamar kecil. Samar-samar dia bisa mendengar perayaan yang masih berlangsung dibawah sana. Ji Soo melangkah perlahan sambil memegangi tas selempangnya, dan menatap kearah bawah.
Dia bisa melihat Gim Ho Bin yang sedang berbicara dengan Suzy, mereka berdua tampak akrab, dan seringkali Suzy menyentuh lengan Gim Ho Bin dengan mesra. Entah mengapa, tapi pemandangan di bawah sana membuat Ji Soo diam dan tidak lagi melangkah.
Gim Ho Bin dan Suzy masih asik berbicara, hingga seorang pria yang mengenakan jas biru datang menghampiri dan mengatakan sesuatu. Tidak lama Suzy dan Gim Ho Bin pun berlalu dan mereka berdua sudah tidak terlihat lagi oleh tatapan Ji Soo.
Ji Soo membalikkan tubuhnya, dia berusaha mencari tahu kemana Gim Ho Bin dan Suzy akan pergi. Sebuah pilar besar dibawah sana menghalangi pemandangan Ji Soo, dan akhirnya mereka berdua benar-benar tidak terlihat lagi olehnya.
"Hhh… Apa sih yang aku lakukan? Kenapa aku justru penasaran dengan apa yang mereka berdua lakukan. Ingat, Ji Soo! Ini bukan urusanmu!"
Ji Soo membalikkan tubuhya, dia berniat untuk menuruni anak tangga dan meninggalkan malam perayaan lebih cepat. Tapi saat dia membalikkan tubuhnya, tiba-tiba saja Ji Soo menubruk sesuatu yang keras.
Bug…!
Ji Soo mengusap keningnya, merasakan ada sesuatu yang keras dan baru saja ia tabrak.
"Kau tidak apa-apa?" tanya dari suara seorang pria, dan memegangi kedua bahu Ji Soo dengan cengkraman yang erat.
"Maaf, aku tidak melihat jika ada orang…" Ji Soo menegakkan wajahnya dan dia terkejut saat melihat sosok pria dengan sepasang mata hitam legam yang memandang ke arahnya.
Pria itu memiliki postur yang begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dari Gim Ho Bin. Parasnya tidak kalah tampan dan mempesona dari Gim Ho Bin. Sudut mata yang jelas dan sorot mata yang tajam, membuat Ji Soo diam membisu seperti terhipnotis oleh sesuatu.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu dan membuat lamunan Ji Soo buyar seketika.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Ji Soo dan segera memalingkan tatapannya, merasa canggung dengan keberadaan pria asing yang tidak ia kenal.
"Maaf, tapi apa kau bisa melepaskan kedua tanganmu dari bahuku?" pinta Ji Soo.
"Tentu saja," pria itu menurut dan masih menatap lekat ke arah Ji Soo yang terlihat heran dan canggung.
"Kenapa kau bisa ada disini? Dan tidak ada dibawah sana untuk berpesta?" tanya pria yang belum memperkenalkan diri.
"Aku… aku tadi harus kekamar kecil dan kebetulan kamar kecil yang berada dilantai dua masih kosong. Dibawah sana terlalu penuh, dan aku sudah tidak bisa menahan diri," Ji Soo berusaha menjelaskan sesingkat mungkin.
"Oh, jadi begitu," ucap pria itu menyeringai.
"Aku harus kembali ke bawah, dan… permisi," Ji Soo melangkah dengan segera dan melewati pria asing yang membuatnya tak nyaman.
"Ji Soo?" panggil pria itu dengan tiba-tiba dan sudah membalikkan tubuhnya.
Langkah kaki Ji Soo terhenti, tapi dia belum membalikkan tubuhnya. Dia merasa aneh karena pria itu memanggil namanya.
Perlahan Ji Soo memutar tubuhnya, dan pria tampan yang misterius itu masih tersenyum lebar.
"Ba… bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Ji Soo terbata-bata.
"Ji Soo, itu adalah namamu, kan? Perkenalkan Nam Joo Hyuk, maaf karena kita belum memperkenalkan diri dengan baik," kata Nam Joo Hyuk sambil mendekati Ji Soo.
"Bagaimana bisa kau tahu namaku?" tanya Ji Soo dan melangkah mundur, dia merasa takut dengan pria yang baru saja ia temui dan bisa tahu mengenai namanya.
"Cerita yang sangat panjang, bahkan terlalu panjang, aku takut kau akan bosan jika mendengarnya nanti," Nam Joo Hyuk terus mendekati Ji Soo, bahkan keduanya sudah sangat dekat.
"Berhenti! Dan jangan dekati aku!" Ji Soo mulai panik. Sambil dia melangkah mundur perlahan, dan tidak ada sadar jika ada anak tangga yang sudah sangat dekat dengannya.
Akan berbahaya jika Ji Soo terus berjalan mundur, dan tidak waspada. Tepat saat Ji Soo masih melangkah mundur, disaat itu juga dia mulai kehilangan keseimbangannya, dan bisa saja dia akan terluka parah.
Di saat itu juga, Nam Joo Hyuk bergerak begitu cepat, dan bisa meraih pinggang Ji Soo, sebelum tubuh mungil itu terhempas dan berguling menuruni anak tangga.
"Hah!!" Ji Soo terkejut karena dia hampir tidak melihat bagaimana pria asing misterius itu bisa bergerak begitu cepat, dan bisa menyelamatkannya.
"Apa kau selalu ceroboh seperti ini?" sindir Nam Joo Hyuk sambil menunjukkan senyum iblisnya.
Ji Soo menelan salivanya, dan entah kenapa dia sangat takut dengan tatapan dari sepasang bola mata hitam yang terlihat begitu berbahaya.
"Kenapa kau takut seperti itu, istriku?" ucap Nam Joo Hyuk dengan sikap santai.