Ariela membantu menyuapi ibunya. Ia senang bisa melakukan kewajibannya sebagai seorang anak. Hal ini akan selalu Ariela lakukan di saat ia memiliki waktu luang. Setidaknya, ia bisa meliburkan diri satu hari setiap minggunya.
"Bagaimana Bu? Apa kau menyukainya?" tanya Ariela penasaran.
Elise menganggukkan kepalanya. "Rasanya sangat enak sekali. Kamu juga harus makan yang banyak ya. Kamu juga harus makan sekarang, jangan hanya untuk Ibu saja."
Ariela tertawa. Ibunya selalu saja tahu apa yang ada di pikirannya. Padahal ia sengaja memesan banyak agar dirinya juga bisa menikmati makanan ini.
"Nak, apa kamu sudah memakannya?"
"Mmm, ini aku memakannya Bu," ucap Ariela dengan mulut yang penuh. Jika tidak seperti ini, ibunya tidak akan memercayainya nanti.
Elise sangat senang. Mereka berdua menikmati makanan lezat itu bersama-sama. Ariela terus memberikan suapan untuk ibunya hingga wanita paruh baya itu tak sanggup lagi untuk mengisi perutnya lagi dengan banyak makanan yang sangat ia tidak tahu sudah berapa banyak putrinya memesan makanan itu.
"Permisi, Nona. Kami akan memberikan menu penutup untuk Anda. Kebetulan sekali ini adalah resep baru dan kami sedang membagikannya kepada pengunjung yang beruntung," ucap pelayan restoran tersebut.
"Benarkah?" tanya Ariela yang tidak percaya dengan semua ini.
Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, selamat menikmati. Jika memerlukan sesuatu bisa memanggil saya," ucap pelayan tersebut. Nadanya terdengar sangat ramah. Bahkan Ariela sangat iri saat melihat wanita itu. Setidaknya kehidupan pekerjaannya jauh lebih baik dari pada dirinya.
"Sepertinya hari ini Ibu merasa bersyukur sekali. Nak, bagaimana jika kita ke tempat Ayah kamu. Beliau pasti sangat bangga memiliki putri seperti kamu."
Ariela nampak berkaca-kaca. Bahkan jika Ayah tahu apa pekerjaanku, sudah aku pastikan kalau Ayah akan membunuhku.
"Ariela," panggil Ibu. Membuat Ariela membuyarkan lamunannya.
"Tentu saja, ke mana pun Ibu inginkan. Aku akan menemaninya. Nanti kita pergi belanja juga ya, Bu."
Elise mengangguk, mereka berdua kembali menikmati dessert yang sudah didapatkannya secara gratis. Ariela cukup senang. Setidaknya ia bisa menghemat sedikit uangnya.
"Bu, tunggu di sini sebentar ya. Aku akan membayarnya lebih dulu. Tidak akan lama kok."
"Ya, Nak. Pergilah, Ibu akan menunggu kamu di sini."
Ariela menuju kasir. Ia mengeluarkan kartu miliknya dan membayar semua tagihannya. Tapi sebelum Ariela menyerahkan kartu miliknya ia terlihat kaget saat mendengar nominal yang diucapkan staff kasir tersebut.
"Ini tidak salah? Bukankah seharusnya lebih dari ini?" tanya Ariela. Ia ingin memastikannya. Jangan sampai pihak restoran rugi karena kesalahan kasirnya.
"Tidak, Nona. Kebetulan makana yang Anda pesan sedang discount. Jadi memang segini nominalnya," ucap staff tersebut.
Ariela menganggukkan kepalanya. Ia jelas merasa bersyukur. Padahal tadi ia hanya berbohong kepada ibunya. Tapi ternyata pas sampai di sini ia benar-benar mendapatkan discount. Apa mungkin alam sedang berpihak padanya saat ini?
Ariela kembali mendekati ibunya. Mereka berdua keluar dari restoran dan Ariela mengajak ibunya untuk masuk ke dalam taksi yang kebetulan ada di depan restoran tersebut. Ariela langsung memberitahu ke sopir ke mana tujuan mereka selanjutnya.
Di sisi lain.
"Saya sudah menjalankan apa yang Anda inginkan. Dan saat ini, wanita itu sudah pergi dari restoran. Saya sedang mengikutinya."
"Bagus, awasi saja terus. Jika mereka ingin membeli sesuatu kau harus bisa bergerak dengan cepat."
"Baik, Tuan. Saya mengerti."
Rey semakin melebarkan senyumannya. Ia tahu jika Ariela pasti akan curiga kalau biaya makan harus ia bayar semua. Jadi Rey memang meminta anak buahnya agar memberikan discount untuk semua menu yang dipesan oleh Ariela.
Rey sendiri merasa geli, kenapa ia bisa melakukan hal seperti ini. Padahal ia tahu kalau Ariela itu wanita yang sangat sulit untuk ditaklukan. Wanita itu terlalu acuh dan juga menggemaskan. Mungkin hanya Rey yang bilang kalau Ariela itu menggemaskan.
***
Tujuan kali ini adalah ke pemakaman lebih dulu. Ariela menuntun ibunya ke rumah di mana ayahnya berada. Elise nampak sedang memeluk bunga untuk suaminya.
Ariela justru merasakan sakit. Ia sebenarnya tidak ingin datang ke tempat ini. Ini semua akan membuat hatinya merasa sakit dan merasa sangat bersalah karena sudah membohongi ibunya.
Ariela dan Elise berdiri di depan batu nisan yang cukup besar. Elis menaruh bunganya di atas tanah.
"Suamiku, bagaimana di sana? Aku datang bersama dengan putri kita. Lihat, dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Dia sudah tidak manja lagi seperti dulu. Suamiku, aku bersyukur karena aku bisa membesarkannya dan maafkan aku, karena aku sekarang menyulitkannya. Padahal aku berharap bisa segera menyusul kamu. Tapi sepertinya, Tuhan belum mengizinkannya. Aku harus menjaga putriku sampai dia menikah nanti dan tunggulah aku di sana."
Ariela menitikan air matanya. 'Ayah, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Anakmu ini sungguh hina, tidak layak untuk dibanggakan. Ayah, aku melakukan semua ini karena ada alasannya, Ibu sakit. Dan aku tidak ingin dia pergi meninggalkanku. Jadi aku harus melakukan ini agar bisa mendapatkan banyak uang. Ayah sudah tahu itu bukan? Aku sudah lama bilang pada Ayah. Jadi aku mohon, maafkan aku Ayah.'
Ariela mencoba menahan tangisannya. Ia tidak ingin sampai ibunya kembali mencemaskannya. Ariela akan tetap berjuan apa pun yang terjadi nantinya. Ia akan terus berusaha untuk menyembuhkan ibunya.
"Bu, ayo kita pulang. Aku akan membawa Ibu berbelanja ke supermarket. Ibu ingin aku masakkan apa untuk makan malam kita?" tanya Ariela yang memilih untuk mengajak ibunya berbincang. Dengan seperti ini, ia tidak akan mengingat kesedihannya lagi.
Mereka berdua sangat menikmati hari ini. Terutama Elise yang tidak pernah berhenti mengucap syukur karena putrinya selalu saja memanjakannya.
Di sisi lain.
Rey semakin penasaran dengan kehidupan Ariela. Ia bahkan mendapatkan informasi jika mereka pergi ke sebuah pemakaman.
Bukan hal yang sulit bagi Rey untuk mendapatkan informasi mengenai wanita itu. Bahkan saat ini, ia sedang membaca semua informasi yang ia dapat dari anak buahnya. Rey semakin yakin bisa membawa Ariela ke sisinya.
Dan untuk urusan Madam, bukan hal sulit juga. Madam bisa diajak bekerja sama dan Rey sangat senang dengan sikap Madam yang tidak akan menahan sumber uangnya itu. Seharusnya memang semua pemilik club harus bisa seperti Madam.
"Hanya tinggal sebentar lagi. Ah, rasanya aku memang sungguh gila. Dan kau tahu Ariela? Ini bukan diriku, aku bukan tipe pria yang suka mencari informasi soal wanita. Aku lebih suka mencari informasi mengenai musuh yang harus aku singkirkan."
Rey menjedanya sebentar, mengatur napasnya lalu tersenyum tipis.
"Dan sialnya, kau sangat berbeda Ariela. Kau sudah mencuri hatiku yang sudah tertutup ini. Dan aku sendiri belum bisa memastikannya. Apa benar aku mencintai kamu. Atau aku hanya menginginkan kamu saja?" ucap Rey sambil memandang foto Ariela yang ia dapat dari anak buahnya.
Bersambung