Usai melihat kepergian pria itu. Rey melihat wajah Ariela yang ada di sampingnya. Rey memerhatikan pakaian Ariela yang terbuka.
Rey mengembuskan napasnya. "Ganti pakaian kamu."
Ariela melihat pakaiannya yang sangat seksi. Ia pun menganggukkan kepalanya. Sebenarnya ia juga risih. Beruntung Rey bisa mengerti.
'Kalau tahu Rey mau datang, aku tidak akan memakai ini,' pikir Ariela.
Ariela berpapasan dengan Madam. "Lho, kamu tidak ke dalam?" tanya Madam.
Ariela menggelengkan kepalanya. "Ada Rey, tidak masalah kan kalau saya ikut dengannya?" tanya Ariela.
"Tidak masalah, lagi pula juga kamu yang untung jika pergi dengannya."
Ariela menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ayolah Madam, jangan mengejek lagi!"
"Saya tidak mengejek, sudah sana cepat. Siapa tahu kamu berubah pikiran setelah ini. Walau kamu pergi, saya masih tetap membuka pintu untuk kamu kembali."
Ariela tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Baik Madam, saya akan memikirkannya. Saya mau siap-siap dulu."
Ariela masuk ke dalam ruang ganti dan Madam melihat ke sebuah lorong menuju club. Di sana ada Rey yang sedang menunggu Ariela.
"Kenapa menunggu di sini?"
Rey yang sedang menundukkan kepalanya langsung mengangkat wajahnya.
"Tidak masalah, lagi pula hanya sebentar saja."
Madam menganggukkan kepalanya. "Soal …, saya sudah berbicara dengannya. Jadi tinggal usaha kamu, bagaimana kamu bisa membawanya dari tempat ini."
Rey menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, saya akan terus berusaha. Dan, terima kasih sudah mengizinkan saya untuk membawa Ariela."
"Tidak perlu berterima kasih. Saya juga tidak melakukan hal apa pun kok. Jadi, Anda tidak perlu cemas. Lagi pula, keputusan ada di tangan Ariela sendiri. Saya hanya bicara apa yang seharusnya saya katakan padanya."
Rey mengangguk. "Saya tidak akan melupakan kebaikan Anda."
Rey mengalihkan pandangannya. Membuat Madam yang berhadapan dengan Rey langsung menoleh ke arah belakang.
"Sudah siap?" tanya Madam dan Ariela menganggukkan kepalanya.
Madam sedikit heran karena Ariela memakai pakaian casual. Tapi ia memilih mengabaikannya.
'Mungkin saja Rey yang memintanya,' pikir Madam.
"Kalau gitu kami pergi dulu, Madam," ucap Rey.
Madam mengangguk. "Hati-hati di jalan," ucap Madam.
Ariela mengangguk dan Rey langsung merangkul belakang pinggang Ariela.
Rey membawa wanitanya keluar dari club malam tersebut. Pria itu tidak ingin berlama-lama di tempat ini karena ia merasa sudah mendapatkan apa yang diinginkannya.
Rey membuka pintu mobil untuk Ariela dan wanita itu langsung masuk ke dalam mobil.
"Kamu sudah makan?" tanya Rey saat dirinya baru masuk ke dalam mobil.
Ariela menggelengkan kepalanya. "Belum, tadi aku datang terlambat."
Rey menganggukkan kepalanya. "Kita pergi makan dulu ya. Kamu suka makanan apa? Atau kamu lagi ingin makan apa?"
Ariela nampak berpikir. Sebenarnya ia sedang tidak menginginkan apa-apa. Tapi, kira-kira kalau pria ini diajak makan di tempat makan terpencil apa bisa?
Ariela masih larut dalam pikirannya. Membuat Rey yang sedang fokus mengendarai mobilnya pun langsung melihat sejenak wajah cantik calon kekasihnya itu.
'Calon kekasih? apa dia mau?'
"Terserah kamu saja. Tapi jangan yang mahal-mahal."
Rey menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa memangnya? Aku juga enggak minta kamu untuk bayarin kok!"
"Mmmm, bukan begitu. Hanya saja tempat mahal tidak pantas untuk aku datangi," ucap Ariela jujur.
Rey tersenyum. "Kamu tahu nggak? Kamu itu berbeda dari perempuan yang pernah aku temui. Mereka semua justru memburu tempat mahal, barang branded. Tapi, kamu tidak sama sekali. Ini yang buat aku tertarik dengan kamu!"
'Kenapa dia banyak bicara sih? Padahal awal pertemuan, dia irit sekali bicara. Apa yang buat dia jadi berubah dalam satu malam ya?'
"Aku bukan tipe wanita yang suka menghamburkan uang untuk hal penting. Jadi menurutku mau mahal atau murah semua sama saja."
Rey semakin tertarik dengan wanita yang ada di sampingnya. Sebenarnya, ia sudah tidak sabar ingin menanyakannya. Tapi entah kenapa, ia merasa ragu. Takut Ariela menolaknya jika terburu-buru. Tapi, malam ini ada sesuatu yang harus ia berikan pada wanita yang ada di sampingnya. Semoga saja, ini bisa jadi bahan pertimbangan Ariela nantinya.
"Kalau aku yang pilih tempat makannya, kamu mau?"
Rey menganggukkan kepalanya. "Boleh, di mana?"
"Di gang depan itu belok kiri. Nanti jalan terus saja sampai mentok," ucap Ariela.
Rey menganggukkan kepalanya dan ia mulai mengikuti arahan Ariela.
Rey melihat jalan yang gelap, hanya ada beberapa lampu yang menerangi tempat ini.
"Kamu yakin di sini tempatnya? Tidak ada tempat makan juga."
"Kamu parkir di depan taman itu," unjuk Ariela.
Rey memarkirkan mobilnya. Ia menatap sekelilingnya dan tidak melihat ada restoran atau pun kios.
"Ayo turun. Kita harus berjalan kaki. Tempatnya masuk ke dalam gang sana," unjuk Ariela lagi dan Rey menganggukkan kepalanya.
Rey sedang berpikir, tempat sseperti apa yang akan ia kunjungi. Apa di sana bersih? Apa makanannya tidak mengandung racun?
Rey ini sebenarnya tipe pria yang cukup perfect. Bahkan jika ia harus makan di tempat asing. Asistennya akan mencobanya lebih dulu, apa makanannya berbahaya atau tidak. Rey pria yang sangat disegani. Sudah pasti banyak musuh yang ingin menyerangnya. Dan baru kali ini juga, Rey pergi tanpa membawa pengawal. Biasanya ia akan selalu dikawal beberapa mobil di belakangnya.
Semua karena Ariela, karena wanita itu ia merasa harus melakukan semua ini. Ia tidak ingin dicap sebagai pria manja, dan ia tidak ingin dibilang sebagai pria kaya yang sombong karena tidak mau makan di tempat yang tidak layak.
Saat melihat sebuah restoran yang cukup ramai, membuat Rey semakin mengernyitkan dahinya. Lihat saja tempat ini, apa bersih? Apa makanan yang mereka jual layak untuk dimakan?
Rey terus memikirkannya. Tapi tidak mungkin ia menolak ajakan Ariela.
'Kalau tahu, tadi aku tidak usah bertanya dia suka makan apa dan mau makan di mana! Aku jadi menyesalinya!'
Ariela melihat ke belakang dan mendapati Rey yang masih diam sambil mengamati sekitarnya.
"Ada apa?" tanya Ariela membuat Rey membuyarkan lamunannya.
"Tidak, tidak ada apa-apa."
"Ayo masuk, nanti semakin malam akan semakin ramai. Kita tidak bisa kebagian tempat nanti."
Rey mengangguk dan mengikuti langkah kaki Ariela yang mulai masuk ke dalam dan menaiki anak tangga.
Rey yang melihat tangganya cukup kotor, semakin merasa geli. Ia tidak yakin bisa memakan makanan yang ada di tempat ini. Melihat seperti ini saja, ia sudah ingin muntah.
Ariela mengajak Rey ke rooftop. Di tempat terbuka ini, Ariela bisa melihat bulan dan bintang yang kebetulan muncul.
Rey menatap takjub. Ternyata di atap ini cukup bersih dan menarik. Di mana ruang ini dihiasi dengan berbagai lampu yang cukup indah. Meja dan kursinya juga terlihat bersih. Berbeda dengan yang di bawah.
"Rey, sini duduk. Kenapa berdiri saja?" tanya Ariela yang masih belum memahami Rey.
Rey mengangguk dan ia ikut duduk. Ariela memberikan buku menu yang ada di atas meja. Rey membacanya lalu menatap wanita yang ada di hadapannya.
"Kamu mau pesan apa, Rey?" tanya Ariela lalu ia mengalihkan pandangannya dan kedua mata mereka langsung bertemu. Saling menatap satu sama lain.
Bersambung